Sentuhan Dendam Penuh Gairah

Pertemuan Tak Terduga (7)



Pertemuan Tak Terduga (7)

0Meskipun Gu Xiaoran tidak bisa melihat wajah Raja dalam mimpinya, tapi apa yang dia rasakan dalam mimpi itu sama persis seperti apa yang dirasakan saat dia sedang bersama Mo Qing saat ini.     
0

Dalam mimpinya, Gu Xiaoran melihat bahwa ketika Mo Qing merawat lukanya, Mo Qing juga sedikit menundukkan kepalanya dan mengerutkan kening seperti yang dia lihat saat ini.     

Gu Xiaoran menatap Mo Qing dengan linglung, seolah-olah dirinya kembali memasuki dunia mimpi itu.     

Kemudian Gu Xiaoran mengulurkan tangan untuk menyentuh alis Mo Qing yang tampak berkerut, kemudian dia pun berbisik, "Lukaku tidak parah."     

Seketika Mo Qing langsung terdiam membeku saat dia hendak mencabut duri yang menusuk tangan Gu Xiaoran. Kemudian perlahan Mo Qing mendongakkan kepalanya dan menatap Gu Xiaoran dengan pandangan sedikit kabur, saat itu juga jantung langsung berdebar-debar.     

Dulu Gu Xiaoran selalu berlatih dengan keras, sehingga dia sering sekali terluka.     

Dan setiap kali Mo Qing mengobati lukanya, Gu Xiaoran selalu berkata kepadanya, "Lukaku tidak parah."     

Gu Xiaoran mengatakan kalimat yang sama seperti dulu, apakah karena dia ingat masa lalunya atau dia memang mengatakan hal itu dengan spontan karena sudah kebiasaannya sejak dulu? Batin Mo Qing.     

Angin pun berhembus membuat rambut di dekat telinganya berterbangan dan menyapu wajahnya.     

Dengan lembut Mo Qing merapikan rambut Gu Xiaoran yang terurai dan menyisipkan kembali ke belakang telinganya. Kemudian perlahan jari-jarinya itu mengusap wajah Gu Xiaoran yang tampak sedikit pucat.     

Gerakan Mo Qing tiba-tiba berhenti setelah ujung jarinya menyentuh kulit Gu Xiaoran yang dingin. Kemudian Mo Qing menurunkan tangannya, lalu mengepalkan tangannya seolah dia sedang menahan sesak di dadanya.      

Saat seseorang mengenal cinta, secara otomatis hatinya akan berubah menjadi lembut. Dalam hidup ini, Mo Qing bisa memenuhi hasratnya, namun dia tidak bisa memiliki cinta.      

Mungkin Mo Qing bisa memanjakan Gu Xiaoran dan bahkan melindunginya, namun dia tidak ingin membiarkan dirinya sendiri kehilangan kendali hanya karena cinta. Mo Qing tidak ingin membuat dirinya memiliki hati yang lembut.     

Beberapa tahun ini, Mo Qing sudah melakukan pekerjaan dengan baik. Namun akhir-akhir ini, wanita mungil ini tanpa sadar menyentuh lubuk hatinya yang telah lama disegel. Mo Qing tidak ingin siapapun menyentuh sisi lembut dalam dirinya.      

Mo Qing menarik napas dalam-dalam, kemudian dia melihat kembali tangan Gu Xiaoran. Lalu dengan hati-hati dia mengambil duri yang tertancap di tangannya yang halus. Setelah merawat lukanya, Mo Qing mematikan lampu dan berbaring dengan pakaian tertutup, "Ayo tidur." Suara Mo Qing terdengar begitu lembut dan tenang.     

Dalam gelap malam, Gu Xiaoran diam-diam melirik sosok yang berbaring di sebelahnya.     

Selama Mo Qing berbaring di sampingnya. Gu Xiaoran merasa suasana hatinya menjadi tenang dan sama sekali tidak merasa aneh.     

Gu Xiaoran benar-benar merasa lelah, sehingga tidak lama setelah dia berbaring, dia langsung tertidur dengan lelap.     

Saat mendengar suara napas Gu Xiaoran yang menjadi halus dan lembut, Mo Qing pun membuka matanya dan melihat wajah mungil Gu Xiaoran yang tertidur lelap di sampingnya.     

Malam ini cuacanya sangat dingin, sedangkan selimut di rumah Kakek Liu sangat tipis.     

Di tengah malam, tubuh Gu Xiaoran meringkuk karena kedinginan.     

Saat menyadari hal itu, Mo Qing langsung berbalik ke samping dan memeluknya dengan lembut. Gu Xiaoran pun meringkuk dalam kehangatan pelukan Mo Qing, tanpa sadar dia mengigau lirih, "Raja!"     

Mo Qing tiba-tiba terdiam, dia pun merasa tegang. Jarang sekali perasaannya bisa gundah seperti ini, namun kali ini detak jantungnya terus berdetak kencang meskipun dia telah berusaha untuk tetap tenang.     

Beberapa saat kemudian, Mo Qing merasa lelah dan perlahan dia mulai langsung memejamkan mata lalu tertidur hingga fajar.     

Gu Xiaoran terbiasa bangun pagi, tidak peduli seberapa lelahnya dia, bahkan meskipun dia tidur larut malam, dia masih bisa bangun tepat waktu di pagi hari.     

Ketika Gu Xiaoran membuka matanya, Saat itu juga Mo Qing sudah tidak ada disampingnya.     

Kemudian Gu Xiaoran pun duduk, dan Mo Qing membuka pintu sambil berkata, "Sudah bangun?"     

Adegan ini seperti seorang suami menyapa istrinya saat di awal-awal menikah.     

Semalam, saat tidur bersamanya, Gu Xiaoran tidak merasa ada sesuatu yang aneh. Setelah mendengar suara Kakek Liu dan istrinya mengobrol di luar, tiba-tiba ada perasaan tidak nyaman dihatinya.      

Kemudian Gu Xiaoran pun turun dari tempat tidur dan bergegas memakai sepatunya.     

Saat ini hujan telah berhenti, Kakek Liu dan istrinya khawatir kebun anggur milik mereka, sehingga mereka buru-buru pergi ke kebun anggur.     

Gu Xiaoran berjalan keluar rumah dan melihat Mo Qing memeriksa mobil milik Yu Fei.     

"Apakah bisa diperbaiki?"     

"Mesinnya rusak, jadi hanya bisa diderek ke bengkel."     

Mo Qing menarik kawat baja dari mobil pikup dan mengaitkannya ke mobil milik Yu Fei.     

Gu Xiaoran tahu dari Mo Qing bahwa sebelum anggur itu bisa dijual, mereka harus menyimpan ubi jalar untuk di makan. Karena itulah Gu Xiaoran menyimpan ubi untuk sarapan yang disiapkan oleh nenek Liu tadi.     

Kemudian Gu Xiaoran pun menghubungi Xiaolan, tapi Xiaolan berkata bahwa dia harus membantu ibunya beres-beres dan harus tinggal di desa dua hari lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.