Sentuhan Dendam Penuh Gairah

Pertemuan Tak Terduga (4)



Pertemuan Tak Terduga (4)

0Gu Xiaoran membenci dirinya yang mulai mengandalkan orang lain, "Lepaskan, aku ingin pulang."     
0

"Mobilmu mogok, bagaimana kamu bisa pulang? Lagi pula, hujan akan semakin deras, jika kamu terlalu lama basah kuyup, besok kamu akan sakit."     

"Tidak ada hubungannya denganmu."     

"Aku adalah lelakimu, mana mungkin tidak ada hubungannya denganku?"     

"Kalau aku bilang tidak ada hubungannya, ya berarti tidak ada."     

"Mari kita kembali bertemu lagi besok."     

"Tidak mau."     

"Sepertinya kamu benar-benar marah."     

Sambil tersenyum, Mo Qing menundukkan kepalanya melihat wajah Gu Xiaoran. Lalu dia pun menyeka air hujan di wajah Gu Xiaoran dan menatapnya dalam-dalam.      

Dengan cepat Gu Xiaoran langsung menepis tangan Mo Qing.     

"Apa yang harus kulakukan agar kamu tidak marah lagi?"     

"Aku tidak marah, aku hanya ingin pulang."     

"Sudah sampai." Mo Qing tiba-tiba menurunkannya.     

Gu Xiaoran mendongakkan kepalanya dan melihat rumah yang berdinding tanah di depannya. Dia tidak percaya bahwa hanya dua puluh kilometer dari Seoul, ada sebuah rumah tua seperti ini yang hanya ditinggali oleh orang-orang miskin.     

Tidak lama kemudian Kakek Liu membuka pintu, "Rumah ini sangat sederhana, jadi tidak perlu sungkan."     

Saat mendengar Kakek Liu berkata seperti itu, Gu Xiaoran tidak lagi meronta untuk menginginkan pergi, akhirnya dia pun mengikuti Mo Qing masuk ke dalam rumah tersebut.     

Menurut Kakek Liu, wanita yang bisa bersama Tuan Muda Imperial Grup pastilah wanita dari keluarga kaya.      

Kakek Liu melihat gubuk jerami miliknya yang sudah lusuh itu, dia pun merasa sedikit tidak enak hati, sehingga dia berkata lagi, "Tempat ini sangat rusak, tapi karena di luar sedang hujan badai, maaf membuat Nona…"     

Gu Xiaoran pun tersenyum, "Kakek, tidak perlu sungkan, ada baiknya memiliki tempat berlindung dari angin dan hujan."     

Bagi Gu Xiaoran, panti asuhan yang ada dalam kenangan masa kecilnya itu masih jauh lebih buruk dibanding tempat ini.     

"Istriku sudah merebus air panas, jadi lebih baik Nona mandi dulu untuk menghangatkan badan agar tidak masuk angin."     

Karena pakaian Gu Xiaoran basah, Gu Xiaoran merasa tidak nyaman. Selain itu pakaian yang dia kenakan itu juga sudah sangat kotor. Kemudian dia pun menatap Mo Qing, dan mengikuti lelaki tua itu masuk ke dapur.      

Dengan tenang Mo Qing menatap Gu Xiaoran yang berjalan menuju dapur. Saat ini Gu Xiaoran masih merasa kesal terhadap Mo Qing, namun tidak ada tempat untuk meluapkan amarahnya.      

Di dapur, ada seorang nenek buta yang sedang duduk.     

Seketika Gu Xiaoran teringat tentang pasangan tua bermarga Liu yang mengajukan petisi itu.     

Mungkinkah ini mereka? Batin Gu Xiaoran.     

Ketika wanita tua itu mendengar suara gerakan seseorang yang mulai mendekat, dia pun segera berdiri dan berkata, "Kami tidak punya anak perempuan, jadi kami tidak punya pakaian perempuan di rumah. Jika Nona tidak keberatan, pakailah pakaian milikku, sementara itu saya akan mengeringkan pakaian Nona, tidak akan butuh waktu lama untuk mengeringkannya."     

"Baik." Gu Xiaoran langsung setuju. Ketika Kakek Liu keluar, dia pergi ke bilik untuk untuk mandi. Kemudian dia pun segera melepaskan pakaiannya dan menyerahkannya kepada wanita tua itu melalu tirai.     

Gu Xiaoran merasa nyaman ketika berendam air panas setelah kehujanan. Saat mandi, Gu Xiaoran pun mengobrol dengan wanita tua itu melalui tirai.     

Gu Xiaoran pernah mendengar informasi bahwa ada seorang sekretaris yang pernah berkunjung. Karena sekretaris tersebut tidak tahu kondisi dan situasi Desa Quping, akhirnya sekretaris itu datang secara pribadi untuk memeriksanya.      

Setelah melihat kondisi desa ini, sekretaris tersebut berjanji akan mengalokasikan dana untuk perbaikan jalan dan memperkuat pondasi ruas jalan yang rawan longsor.     

Sekretaris itu adalah orang yang selalu menepati janjinya. Sehingga ketika dia kembali, dia dengan cepat mengalokasikan sejumlah dana. Tapi hasilnya tidak ada orang yang memperbaiki jalan dan atau membuat terasering.     

Karena kejadian itu, Kepala Desa pergi untuk melaporkan kondisi tersebut kepada pihak berwajib. Sedangkan mereka mengatakan proyek sedang dijadwalkan, tetapi setelah beberapa tahun program itu tidak ada hasilnya.      

Karena jalan menuju ke desa ini sangat sering terjadi longsor yang menutup jalan, sehingga hampir tidak ada orang yang mau datang ke desa untuk membeli buah anggur.     

Karena itulah orang-orang di desa mengumpulkan uang untuk membeli truk, truk itu digunakan untuk menjual anggur ke luar desa. Dan pengemudi truk itu adalah anak mereka.      

Karena anggur harus dikirim dalam keadaan segar, mereka tidak berani menunda pengiriman bahkan saat hujan lebat mereka tetap mengirim anggur yang mereka jual.     

Suatu hari, saat hujan deras sedang melanda putra mereka sedang mengirim buah anggur, namun saat itu juga tiba-tiba terjadi tanah longsor dan sebuah batu seukuran meja terguling dan menabrak atap truk, sehingga menewaskan putra mereka yang ada di dalam mobil.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.