Sentuhan Dendam Penuh Gairah

Pertemuan Tak Terduga (5)



Pertemuan Tak Terduga (5)

0Dalam kesedihan itu mereka pergi membuat petisi, namun pada akhirnya mereka diusir, bahkan dipenjara. Mereka dipaksa membuat pernyataan untuk tidak membuat petisi lagi.     
0

Jika mereka tidak mau membuat pernyataan itu, mereka tidak akan dibebaskan, bahkan akan dipukuli.     

Ketika putra mereka meninggal, yang tersisa hanyalah kedua orang lanjut usia itu, dan mereka berani bertaruh nyawa untuk mencari keadilan.     

Suatu hari, pihak kepolisian tiba-tiba membebaskan mereka keluar dari penjara. Dan mereka berdua bertemu dengan Mo Qing yang mengutus seseorang untuk mengantar mereka berdua pulang ke desa.      

Setibanya di rumah, mereka diberi janji ketika buah anggur matang, akan ada orang datang untuk membeli anggur mereka.      

"Tidak mudah menemukan pria muda yang baik saat ini, Nona. Jadi Nona beruntung bisa menemukan pria muda yang baik di kehidupan ini."     

"Nenek salah paham, aku…"     

Tiba-tiba terdengar suara Mo Qing yang terbatuk di luar, "Nenek, aku masuk."     

Nenek itu segera berdiri dan meraba-raba untuk membuka tirai dan membiarkan Mo Qing masuk.     

Saat itu juga Gu Xiaoran langsung terdiam dan tidak lagi bicara.     

Setelah selesai mandi, Gu Xiaroan tidak lagi melihat nenek tua itu di dapur. Tapi dia justru melihat Mo Qing yang mengenakan pakaian lusuh sedang duduk di bangku sambil mengeringkan pakaian untuknya.     

Meskipun Mo Qing mengenakan pakaian yang lusuh, namun dia tetap tidak bisa menyembunyikan penampilannya yang tampan dan elegan, sehingga dia tidak terlihat lusuh sama sekali.     

Pakaian itu sudah setengah kering, kemudian Mo Qing mengambil handuk kain kering untuk mengusap rambut Gu Xiaoran yang baru saja selesai keramas. Kemudian dia berkata dengan lembut, "Apa kamu lapar? Kalau lapar di luar ada ubi rebus untuk makan."     

Gu Xiaoran mencium aroma ubi rebus dan tiba-tiba perutnya terasa keroncongan. Kemudian dia pun mengambil handuk yang ada di tangan Mo Qing itu sambil berkata, "Aku bisa menghanduki diriku sendiri." Kata Gu Xiaoran sambil berjalan keluar dari dapur.     

Saat itu di ruang tamu sudah tersedia sepanci ubi rebus, dan tumis sayur tanpa minyak dari sayur-sayuran yang tumbuh liar.      

Sambil melihat makanan yang seadanya ini, Kakek dan Nenek Liu merasa sedikit tidak enak hati, "Ketika buah anggur belum matang, tidak ada yang bisa dimakan di rumah."     

Gu Xiaoran tahu bahwa meskipun jika anggurnya matang, jika tidak bisa dijual, anggur-anggur itu pasti akan membusuk. Jika hal itu terjadi, maka mereka tidak akan mendapatkan penghasilan dan sulit untuk makan. Saat memikirkan hal ini, Gu Xiaoran merasa sedih dan sangat membenci pejabat yang sudah korupsi itu.      

Kemudian Gu Xiaoran mengambil ubi rebus yang diberikan oleh Mo Qing, dan memakannya dengan lahap.      

"Ini cukup enak."     

Kemudian Mo Qing mengambil hidangan dengan sumpit, lalu menaruhnya ke mangkuk Gu Xiaoran, "Sekarang kamu coba makan sayuran liar yang tumbuh dengan subur, rasanya tidak buruk. Kamu pasti belum pernah makan sayur ini di kota, jadi cobalah."     

"Kamu adalah Tuan Muda keluarga Mo, memangnya kamu pernah makan ini?"     

"Dulu aku pernah berpartisipasi dalam pelatihan bertahan hidup, dan saat itu aku sering mencari sayuran liar untuk dimakan."     

Saat tumis sayuran itu masuk ke mulut, seketika ekspresi Gu Xiaoran terlihat masam. Bukan karena tidak enak, tapi entah kenapa Gu Xiaoran memiliki perasaan yang tidak asing dengan rasa sayuran tersebut.     

Apakah sebelumnya dia juga pernah makan sayuran liar seperti ini?     

Pelatihan bertahan hidup?     

Saat memikirkan hal itu, seketika Gu Xiaoran ingat tentang kamp pelatihan yang pernah dia lihat dalam mimpinya.     

Apakah aku juga pernah ikut berpartisipasi dalam pelatihan bertahan hidup yang Mo Qing bicarakan itu?     

Mo Qing menyaksikan Gu Xiaoran makan sayuran liar dengan lahap. Ketika memakan ubi rebus, sudut mulutnya seolah merasakan sentuhan kelembutan yang tak terlihat.     

Setelah selesai makan, hujan menjadi semakin deras. Pasangan tua itu khawatir kalau jalan menjadi berbahaya saat malam hari, sehingga mereka menyuruh Mo Qing dan Gu Xiaoran untuk menginap malam itu.     

Gu Xiaoran tidak takut dengan bebatuan yang longsor, hanya saja mobil Yu Fei rusak dan terdampar di tengah hujan. Karena saat ini dia tidak bisa memperbaikinya, akhirnya dia hanya bisa menunggu sampai esok hari lalu memikirkan caranya nanti.     

Kemudian nenek itu mengajak Gu Xiaoran ke kamar sebelah. Kamar itu sangat sempit dan sederhana, tetapi sangat bersih dan rapi.     

Nenek bilang, kamar ini adalah kamar putra mereka, meskipun putra mereka telah meninggal, nenek masih rajin membersihkannya setiap hari seperti ketika putranya masih hidup.     

Saat mendengar Nenek itu bercerita tentang putranya, seketika Gu Xiaoran langsung merasa sedih.      

Saat itu juga, tiba-tiba Gu Xiaoran terpikirkan sesuatu. Meskipun dia tidak bisa membantu penjualan anggur, namun Gu Xiaoran bisa menemukan cara untuk meretas masuk ke dalam sistem manajemen departemen pemerintahan untuk memeriksa ke mana dana itu dialihkan.      

Para pejabat korup itu tidak hanya menguras uang mereka, tapi juga menguras darah dan daging orang-orang miskin ini.     

Gu Xiaoran duduk di tempat tidur dan berusaha untuk tetap tenang, kemudian rasa sakit terasa dari tangan hingga ke kakinya. Kemudian dia pun melihat telapak tangannya yang ternyata lecet dan melepuh, bahkan terasa sakit saat dia mencoba meregangkan jari-jarinya.     

Tidak lama kemudian Mo Qing tiba-tiba membuka pintu dan berjalan masuk ke dalam kamar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.