Sentuhan Dendam Penuh Gairah

Pertemuan Tak Terduga (3)



Pertemuan Tak Terduga (3)

0Semua penduduk di desa ini adalah orang-orang tua dan anak-anak, tidak seperti yang diberitakan di jejaring media sosial. Sehingga Kakek Liu tidak tahu siapa itu Gu Xiaoran.     
0

Tapi saat Kakek Liu melihat kulit Gu Xiaoran yang mulus dan putih itu, dia pun tahu bahwa Gu Xiaoran bukan gadis petani.      

Karena seluruh tubuhnya basah kuyup oleh hujan, Kakek Liu merasa tidak enak hati lalu dia berkata, "Segera masuk ke rumah agar tidak kehujanan dan minum teh panas. Berlama-lama basah kuyup seperti itu bisa membuatmu sakit."     

Gu Xiaoran baru saja hendak menolak. Tapi Mo Qing tiba-tiba menjawabnya lebih dulu, "Kalau begitu, kakek kembali dulu untuk merebus air panas."     

Kakek Liu pun langsung menganggukkan kepalanya dan bergegas untuk masuk ke dalam rumah.      

Mo Qing membuka ritsleting jas hujannya, lalu memakaikannya kepada Gu Xiaoran.     

Gu Xiaoran sudah kedinginan karena seluruh tubuhnya basah kuyup, kemudian dia merasakan kehangatan ketika bersandar di dada Mo Qing.      

Namun di sisi lain, Gu Xiaoran merasa sedih ketika memikirkan tentang Cheng Peini yang mempersulit dirinya dan Mo Qing yang tidak peduli dengan kejadian itu. Seketika hidung Gu Xiaoran tampak memerah karena tidak bisa menahan tangis.      

Gu Xiaoran tidak mengerti ada apa dengan dirinya sendiri saat ini. Pada saat diadopsi keluarga Gu, meskipun Gu Xiaoran sering sendirian, lelah, dan menderita, bahkan kesepian, namun saat itu dia tidak pernah menangis.     

Sedangkan karena satu orang yang bernama Cheng Peini ini, Gu Xiaoran bisa sedih sampai seperti ini.     

Gu Xiaoran tidak ingin Mo Qing melihat sisi lemahnya, sehingga dia pun berusaha menenangkan diri dan berkata, "Tadi sepatuku jatuh."     

Mo Qing meletakkan Gu Xiaoran ke dalam mobil, lalu jari-jari dinginnya mengusap pipinya sambil berkata, "Tunggu aku."     

Air mata Gu Xiaoran benar-benar tidak bisa ditahan dan mengalir begitu saja, namun karena langit sudah gelap dan hujan turun cukup deras, sehingga siapapun tidak akan bisa melihat air mata itu.      

Saat melihat Mo Qing berjalan pergi, Gu Xiaoran menahan rasa sakit pada kakinya. Kemudian dia pun turun dari mobil pikup dan bergegas ke mobil bekas bermerk La Vida milik Yu Fei.     

Mobil itu baik-baik saja ketika berangkat ke sini, tetapi sekarang mobil itu seperti melawannya, mesin mobil itu tiba-tiba tidak mau menyala.      

Sialan!     

Amarah Gu Xiaoran seketika langsung melonjak, hari ini dia sudah diabaikan oleh seseorang dan saat ini mobil yang dia kendarai itu juga mengerjainya.      

Mo Qing tiba-tiba menundukkan kepalanya dan mengetuk jendela sambil menatap Gu Xiaoran yang sudah duduk di dalam mobil.     

Gu Xiaoran pun merasa tertekan dan tidak berdaya, dan akhirnya dia pun membuka pintu dan turun dari mobil.      

Ketika melangkah, kakinya yang terluka itu terasa sakit lagi sehingga membuatnya merintih kesakitan. Mo Qing yang sedang berdiri di tengah hujan menatapnya sambil tersenyum.     

Meskipun seluruh tubuhnya sudah basah kuyup, namun Mo Qing masih tetap berdiri dengan tegap dan tidak mengeluh sedikitpun.     

Gu Xiaoran memalingkan wajahnya karena dia tidak ingin melihat Mo Qing yang sedang tersenyum melihatnya.     

Kemudian Mo Qing melepas jas hujannya lalu memakaikannya kepada Gu Xiaoran, lalu dia sedikit membungkuk untuk menggendong Gu Xiaoran.     

Gu Xiaoran berusaha keras untuk turun dari gendongan Mo Qing, namun pada akhirnya dia sadar bahwa usaha yang dia lakukan itu akan sia-sia. Tangan Mo Qing merangkul bagian pinggang Gu Xiaoran dengan erat, sehingga Gu Xiaoran tidak bisa melepaskan diri.      

Akhirnya Gu Xiaoran berhenti berjuang melakukan hal yang tidak perlu. Gu Xiaoran merasakan kehangatan di tengah hujan yang dingin ketika lengannya menempel di dada Mo Qing yang kokoh, dan seketika tubuhnya diam tidak bergeming.     

Mo Qing mendekatkan bibirnya ke telinga Gu Xiaoran lalu dia bertanya dengan suaranya yang lirih, "Marah padaku?"     

"Untuk apa aku marah padamu?" Dalam benaknya Gu Xiaoran menahan amarah karena memikirkan tentang proposalnya hari ini.      

"Kamu marah padaku karena aku mengabaikan tentang proposal yang kamu ajukan tadi."     

"Permohonan itu seharusnya adil, tapi kamu sebagai Tuan Muda Imperial Grup justru mengabaikanku." Gu Xiaoran menantang berdebat.     

"Proposal perencanaan yang kamu buat itu memang bagus, Cheng Peini tidak akan mempengaruhi keputusan itu meskipun dia menolaknya."     

Seketika Gu Xiaoran langsung tertegun. Dia tidak menyangka, ternyata Mo Qing tahu bahwa Gu Xiaoran telah mengajukan proposal itu dan Cheng Peini yang mempersulitnya.      

Tetapi siapa bilang tidak ada gunanya bagi Cheng Peini meskipun mempersulitku? Batin Gu Xiaoran.     

Gu Xiaoran bahkan tidak memiliki kesempatan untuk menyerahkan proposal perencanaannya. Semakin memikirkan hal itu, Gu Xiaoran semakin merasa frustrasi.     

Setelah kehilangan ingatannya, Gu Xiaoran selalu terasa hampa. Sampai pada akhirnya dia bertemu dengan Mo Qing, dan dia jatuh hati padanya, sejak saat itu perasaannya menjadi tenang.     

Selain itu, Mo Qing juga memperlakukannya dengan baik. Gu Xiaoran secara tidak sadar mengakui perhatian yang diberikan Mo Qing. Pengakuan itu akan berubah menjadi kebiasaan, dan kebiasaan itu akan membuatnya ketergantungan. Kebiasaan itu mudah dibentuk, tapi sulit diubah.     

Ketika Imperial Grup dalam masalah, bisa saja seribu perhatian yang diberikan Mo Qing kepadanya berubah menjadi kebencian. Perubahan sikap Mo Qing yang drastis seperti itu membuat Gu Xiaoran merasa tidak berdaya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.