Sentuhan Dendam Penuh Gairah

Pertemuan Tak Terduga (2)



Pertemuan Tak Terduga (2)

0"Huh…" Kakek tua itu mengambil seikat rumput rami dan berlari ke kebun.     
0

Mo Qing yang saat itu mengenakan jas hujan segera turun dari mobil untuk mengambil seikat rami. Kemudian dia pun segera berlari menuju kebun anggur, lalu menyebarkan rami untuk menutupi rak anggur dan mengikatnya dengan tali.     

Saat melihat seseorang yang dia kenal, Gu Xiaoran pun dengan spontan langsung tersenyum.     

Kemudian Gu Xiaoran juga berjalan menuju mobil ke pikup untuk mengambil rami. Dia memperhatikan cara Mo Qing saat menyebarkan rami di rak anggur.     

Sebelumnya Gu Xiaoran belum pernah melakukan ini, sehingga dia mengerjakannya dengan lamban. Ketika dia baru saja meletakkan rami dan belum sempat mengikatnya, itba-tiba rami itu tertiup angin dan berserakan di mana-mana.     

Saat itu Mo Qing yang sedang berdiri seketika langsung mendongakkan kepalanya.     

Tanaman anggur itu lebih tinggi dari Gu Xiaoran, sehingga Mo Qing tidak tahu bahwa ada Gu Xiaoran di balik tanaman anggur itu. Namun dia tahu bahwa ada orang di balik tanaman anggur itu.     

Saat rami yang hendak dia ikat itu terbang tertiup anging, Gu Xiaoran pun bergumam, "Mmmm…".     

Di sisi lain, kakek Liu dan Mo Qing bekerja sama dengan baik. Salah satu di antara mereka meletakkan rami di atasnya, dan yang satunya lagi bertugas mengikatnya.     

Beberapa kali petir menyambar di langit, dan tidak lama kemudian hujan turun dengan deras.     

Dalam sekejap, seluruh tubuh Gu Xiaoran langsung basah kuyup.     

Kekuatan fisik Gu Xiaoran tidak buruk, tetapi pekerjaan ini terlalu melelahkan untuk seorang wanita yang belum pernah berkebun sebelumnya.     

Tidak lama kemudian, Gu Xiaoran sudah lelah dan punggungnya terasa pegal. Namun Gu Xiaoran menggertakkan giginya dan bersikeras untuk tetap bertahan.     

Semakin lama, hujan semakin deras dan derasnya air hujan membuat penglihatan Gu Xiaoran menjadi buram. Jika anggur yang tersisa tidak ditutupi, tanaman anggur akan roboh karena derasnya hujan.     

Gu Xiaoran memperhatikan jari-jari Mo Qing yang mengikatkan tali pada rami itu dengan lincah. Melihat hal itu, Gu Xiaoran diam-diam menggigit bibirnya dan bersikeras melakukan yang terbaik, tanpa mau meminta bantuan Mo Qing.      

Ketika Gu Xiaoran sudah selesai menutupi rak anggur yang terakhir, tiba-tiba kakinya tersandung batu kecil. Kakinya pun terasa sakit dan sulit untuk tetap berdiri dengan tegak, sehingga Gu Xiaoran berlutut untuk menahan rasa sakit yang dia rasakan.      

Tidak lama kemudian, tiba-tiba ada seseorang yang mengulurkan tangannya untuk memegang sikunya.     

"Apakah kamu baik-baik saja?" Suara Mo Qing terdengar dari atas kepalanya, Mo Qing terdiam sejenak, lalu beberapa saat kemudian dia berkata lagi dengan ragu-ragu, "Gu Xiaoran?"     

Mo Qing hanya menatap wajah Gu Xiaoran sebentar, kemudian pandangan matanya itu tertuju ke arah kaki Gu Xiaoran.     

Entah sejak kapan salah satu sepatu Gu Xiaoran terlepas, dan kaus kaki yang dia kenakan itu juga sudah robek, sehingga memperlihatkan jari-jari kakinya berlumpur dan terlihat sangat kotor.     

Gu Xiaoran pun segera menangkupkan jari kakinya karena malu dilihat oleh Mo Qing.      

Kemudian Mo Qing pinggan Gu Xiaoran dengan erat, lalu dia pun menggendong Gu Xiaoran secara telantang dan membawanya pergi ke mobil pikup.     

Saat itu juga, tiba-tiba Gu Xiaoran teringat tentang kedatangannya ke Imperial Grup untuk mengajukan proposal.      

Karena Mo Qing dan Hua Zi memiliki hubungan yang sangat dekat, jadi tidak mungkin Mo Qing tidak tahu bahwa Gu Xiaoran pergi mengajukan proposal. Namun pengajuan itu dinilai oleh Cheng Peini yang bahkan sengaja mempersulitnya. Saat mengingat hal ini Gu Xiaoran tidak tahan untuk menahan kekesalan yang dia rasakan.     

Karena itulah, Gu Xiaoran tidak ingin terlalu intim dengan Mo Qing. Dia pun meronta dan meminta Mo Qing untuk menurunkannya.      

"Turunkan aku."     

"Jangan bergerak." Kata Mo Qing sambil mengencangkan pelukannya agar Gu Xiaoran tidak bisa bergerak. Kemudian tatapan Mo Qing tertuju ke arah wajah Gu Xiaoran yang kesal itu sambil bertanya, "Kenapa kamu datang ke sini?"     

"Aku ke sini ya karena aku mau ke sini." Ekspresi wajah Gu Xiaoran terlihat dingin dan nada bicaranya juga terdengar kesal.     

Melihat hal itu, Mo Qing tersenyum tipis dan berhenti bertanya.     

Gu Xiaoran pun menyadari bahwa jawaban yang dia katakan itu bisa dengan mudah membuat Mo Qing salah paham padanya. Sehingga dia pun berkata lagi, "Aku tidak mengikutimu ke sini."     

"Hmm…"     

"Aku bahkan tidak tahu kalau kamu ada di sini." Gu Xiaoran merasa bahwa jawabannya masih belum cukup jelas, sehingga dia pun melanjutkan untuk menjelaskan.     

Senyuman tipis, di sudut mulut Mo Qing itu justru perlahan semakin lebar.     

"Aku serius, jangan terlalu percaya diri karena mengira aku datang ke sini untukmu."     

"Aku tidak berpikiran begitu, tetapi setelah mendengarmu mengatakan itu, sekarang aku mengiranya demikian."     

"Jangan berpikiran yang aneh-aneh." Amarah Gu Xiaoran semakin melonjak.     

Mo Qing tersenyum lagi, tanpa menanggapinya sama sekali.     

Saat itu juga Kakek Liu sudah selesai mengikat rak tanaman anggun yang terakhir, kemudian dia tertegun ketika melihat Mo Qing sedang menggendong seorang gadis dalam pelukannya, "Ini…"     

"Ini Gu Xiaoran, dia di sini untuk membantu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.