Sentuhan Dendam Penuh Gairah

Pertemuan Tak Terduga (1)



Pertemuan Tak Terduga (1)

0Setelah selesai makan, kakek Mu dan Mu Hua pergi. Kemudian Yu Jianmin membawa Xiaohan ke tempat tidur.     
0

Yu Fei sudah tahu tentang Cheng Peini yang sengaja membuat masalah, sehingga tidak lagi ingin membahas tentang proposalnya kepada Imperial Grup. Jadi, dia pun membiarkan Gu Xiaoran pergi ke kamarnya lebih awal untuk beristirahat.     

Setelah masuk ke kamarnya, Gu Xiaoran membuka komputer untuk melihat Weibo, di Weibo ada sebuah unggahan untuk mencela para pejabat korup.     

Insiden itu terjadi di sebuah tempat bernama desa Quping dekat Seoul.     

Jalan pegunungan menuju Desa Quping adalah area yang rawan longsor. Karena seringnya terjadi longsor menyebabkan kondisi jalan menjadi sulit dilalui. Meskipun Desa Quping menghasilkan buah anggur dengan kualitas bagus, namun penduduk di sana masih terbilang miskin karena jalur transportasi yang sulit.     

Selama bertahun-tahun, beberapa orang sudah menyumbangkan uang dengan sukarela untuk memperbaiki jalan menuju Desa Quping agar memperkuat jalan yang rawan longsor. Namun sumbangan tersebut digunakan oleh beberapa orang untuk kepentingan pribadi, sehingga jalan menuju Desa Quping tidak jadi diperbaiki.     

Di Desa Quping ada seorang pria tua bermarga Liu dan istrinya yang buta yang pernah pergi ke Seoul untuk membahas masalah tersebut, tetapi hasilnya mereka diusir.     

Gu Xiaoran ingat ketika dia mendengar obrolan Mo Qing dan Lin Yi Zhi di telepon beberapa waktu yang lalu. Saat itu mereka juga sempat membahas tentang Desa Quping. Dia mendengar mereka meminta seseorang untuk mengantar pria tua yang bermarga Liu dan istrinya itu kembali ke Desa Quping.     

Gu Xiaoran mengira Mo Qing akan memberikan sumbangan untuk ke Desa Quping, tapi kemudian dia tidak melihat berita apapun tentang itu.     

Yang pasti, unggahan mengkritik pejabat seperti itu tentu akan segera dihapus. Dan Gu Xiaoran yang sebagai warga biasa hanya bisa membacanya, lalu melupakannya.     

Tiba-tiba langit diselimuti awan gelap, disertai suara petir dan guntur.     

Gu Xiaoran tiba-tiba teringat pakaiannya yang masih dijemur di balkon, sehingga dia dengan langsung mematikan komputernya dan pergi ke balkon untuk mengambil pakaiannya.     

Xiaolan, orang yang tinggal di rumah kontrakan di sebelah tiba-tiba menggedor pintu dengan cemas di lantai bawah sambil memanggil-manggil, "Nona Yu Fei, Nona Yu Fei."     

"Dia sedang mandi, kamu ada perlu apa dengannya?" Gu Xiaoran bertanya.     

"Aku ingin bertanya padanya, bolehkah aku meminjam mobilnya sebentar? Aku jamin aku tidak akan membuat mobilnya rusak."     

"Sebentar lagi akan hujan badai, kamu masih mau keluar?"     

"Anggur yang di tanam keluarga kami sepuluh hari lagi akan matang. Selain aku hidup dengan bekerja paruh waktu, keluarga kami bergantung pada buah anggur untuk kebutuhan sehari-hari. Karena sebentar lagi akan hujan lebat, tanaman anggur kami akan rusak dan hasil panen dalam setahun ini akan lenyap. Di rumah hanya ada ibuku dan adik laki-lakiku yang masih berusia 5 tahun. Jadi aku harus pulang untuk membantu ibuku menutupi tanaman anggur kami."     

"Berapa jauh rumahmu dari sini?"     

"Dua puluh kilometer."     

"Desa Quping?" Gu Xiaoran memikirkan unggahan yang baru saja dia lihat di Weibo itu, karena Desa Quping berjarak dua puluh kilometer dari Seoul.     

Xiaolan pun menganggukkan kepalanya.     

"Aku akan mengantarmu pulang." Jalur ke desa itu rawan longsor, hujan lebat kali ini akan membuat jalan semakin berbahaya. Jika longsor datang, orang biasa tidak akan bisa menghindarinya.     

"Kenapa kamu sangat baik hati?"     

"Lagi pula aku sedang ada luang, tunggu sebentar."     

Gu Xiaoran segera mengambil kunci mobil dan meminta izin pada Yu Fei. Setelah itu dia pun segera mengemudikan mobil Yu Fei untuk mengantar Xiaolan.     

Di dalam mobil, Xiaolan mengatakan bahwa, jika anggur di desa hanya bisa dikirim dengan jumlah yang sedikit, kebutuhan keluarganya tidak akan bisa tercukupi. Banyak pemuda di desanya yang rela merantau untuk mencari pekerjaan, sehingga yang tersisa di desa itu kini hanya orang tua dan anak-anak.      

Saat Gu Xiaoran dan Xiaolan tiba di desa Quping, hujan deras perlahan turun.     

Bhakan Xiaolan tidak sempat masuk rumah, dengan tergesa-gesa di langsung pergi ke kebun anggur untuk membantu orang tuanya.     

Karena Gu Xiaoran punya waktu luang, akhirnya dia pun mengikuti Xiaolan berjalan menuju ke kebun anggur.     

Saat ini para penduduk desa sedang sibuk menyelamatkan buah anggur yang mereka tanam, dan mereka yang tinggal di desa ini adalah orang-orang yang suda tua dan anak-anak.     

Di antara mereka, ada kakek usianya sekitar 70-80 tahun yang sendirian sedang berusaha menutupi tanaman anggunya supaya tidak terkena hujan badai.     

Kakek tua itu memandang ke langit dan kebun anggurnya sambil menyeka air mata keputusasaan.     

Saat melihat kakek tua itu, Gu Xiaoran hendak menghampirinya untuk membantu. Namun tiba-tiba ada sebuah mobil pikup yang membawa rami berhenti di depan pria tua itu.     

Air mata kakek tua itu masih terus mengalir, dan dengan cepat dia melangkah maju, "Tuan Mo!"     

"Kakek Liu, cepatlah, sudah tidak ada waktu lagi. Selamatkan berapapun yang bisa diselamatkan."     

Saat mendengar suara Mo Qing, Gu Xiaoran seketika langsung tercengang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.