Sentuhan Dendam Penuh Gairah

Wajah Munafik (1)



Wajah Munafik (1)

0Gu Xiaoran ingat sosok pria yang menghampirinya di ruangan penuh dengan darah waktu itu.     
0

"Apakah kamu tahu di mana dia sekarang?"     

"Aku tidak tahu. Gu Xiaoran, hanya itu yang aku tahu. Anggap saja ini aku membayar hutangku kepadamu."     

Setelah Shen Haoyu selesai bicara, dia berhenti memakai mikrofonnya dan berjalan pergi menuju pintu besi. Kemudian Gu Xiaoran keluar dari pusat penahanan dengan perasaan sesak dalam hatinya.     

Shen Haoyu tidak tahu di mana Xu Honghai berada, tetapi Gu Xiaoran merasa bahwa orang bernama Xu Honghai ini ada di dekatnya.     

Komisaris Angkatan Bersenjata Kota Seoul. Itu berarti orang tersebut memiliki pengaruh yang kuat dalam bidang militer.      

Tiba-tiba Gu Xiaoran langsung kepikiran tentang Kepala Biro Keamanan Publik yang baru dilantik itu.     

"Bukankah Shen Haoyu termasuk melakukan pelanggaran yang berat?"     

"Belum diputuskan hukuman apa yang akan dia terima, tapi dia telah menerima uang untuk mencelakai orang lain, bahkan ada beberapa korban jiwa. Menjual bencana untuk orang lain dan dia juga terlibat dalam beberapa kasus pembunuhan. Selain itu dia adalah penjahat yang selama ini dicari-cari oleh pihak kepolisian. Jika orang semacam itu sudah masuk penjara, kemungkinan besar dia tidak akan bisa keluar lagi."     

Kemudian Gu Xiaoran turun dari mobil dan melihat ke arah rumah keluarga Mo yang megah, namun entah kenapa dia merasa sedikit takut.      

"Aku pernah berjanji kepada Ayahmu."     

"Terus kenapa?" Mo Qing tiba-tiba mengulurkan tangannya untuk memegang tangan Gu Xiaoran, kemudian dia menarik tangan Gu Xiaoran dengan lembut supaya Gu Xiaoran bisa mendekati ke sisinya, "Tidak perlu membawa-bawa perjanjian itu, anggap saja perjanjiannya sudah diubah."     

Setelah melewati pintu masuk, sudah tidak mungkin bagi Gu Xiaoran untuk mundur, jadi Gu Xiaoran menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri, kemudian dia berkata, "Hadiah itu tampaknya…"     

Ketika Gu Xiaoran memikirkan hadiah untuk Mo Zhenzhong, dia merasa sangat bingung bahkan rambutnya hampir rontok karena dia benar-benar bingung dan tidak tahu hadiah apa yang harus dia berikan.      

Pada akhirnya Gu Xiaoran memilih satu set teh terbaik dan daun teh buatannya sendiri. Gu Xiaoran pernah belajar seni membuat teh dari Bibi Hui.      

Dulu, di setiap tahun, ketika Gu Xiaoran ingin minum teh, dia akan pergi ke pegunungan dengan Bibi Hui untuk memetik daun teh musim semi terbaik. Kemudian membawanya untuk diproses sendiri, mulai dari proses pengeringan sampai siap seduh, terlepas dari warna dan aromanya, hasil teh buatannya selalu bagus dan enak.     

"Yang penting hadiah itu dibawa dengan hati, selain hati memangnya apa kekurangan dari Ayahku?" Mo Qing segera memasuki rumah megah keluarga Mo itu dengan wajah bersinar sambil mengajak Gu Xiaoran melewati pintu masuk.      

Saat itu Mo Zhenzhong sedang duduk di sofa yang ada di aula sambil membaca koran. Ketika Mo Qing dan Gu Xiaoran memasuki pintu, tatapannya langsung tertuju pada Gu Xiaoran dengan sikap yang dingin.      

"Ayah." Kata Mo Qing sambil menarik tangan Gu Xiaoran yang hendak menjauh darinya.     

Mo Zhenzhong menjawab dan tatapannya yang tajam itu masih tertuju ke arah Gu Xiaoran. Dari tatapan matanya itu, sepertinya dia tampak sedikit muak dan tidak senang.     

"Tuan Mo!" Gu Xiaoran tidak berharap Mo Zhenzhong akan bersikap baik padanya, karena itu dia menahan rasa tidak nyaman yang dia rasakan saat ini.      

Bahkan Mo Zhenzhong tidak memberikan respon perkataan Gu Xiaran, dan langsung memalingkan wajahnya.     

Gu Xiaoran melihat tangan Mo Zhenzhong bersandar di sofa sambil memegang tongkat golf. Seketika Gu Xiaoran teringat insiden saat Mo Qing dipukuli, dan kakinya langsung terasa lemas, sehingga dengan spontan Gu Xiaoran langsung sedikit melangkah mundur.     

Mo Qing kembali menarik Gu Xiaoran agar mendekat padanya, kemudian dia pun tersenyum kepada Gu Xiaoran dan berkata dengan lirih, "Jangan takut, jika Ayahku ingin memukul seseorang, dia hanya akan memukulku."     

Gu Xiaoran hanya diam sambil menatap Mo Qing. Kemudian dia pun mendongakkan kepalanya ketika mendengar suara langkah kaki seseorang yang datang dari lantai dua.     

Dia adalah Cheng Peini yang mengenakan gaun pendek tanpa lengan bermotif kotak bermerek Givenchy. Pakaian berwarna cerah itu sangat cocok dikenakan olehnya, sehingga membuat Cheng Peini terlihat elegan.      

Cheng Peini tersenyum tipis pada Gu Xiaoran, dan menuruni tangga dengan anggun, berjalan selangkah demi selangkah, seolah dia adalah Nyonya pemilik rumah mewah itu.      

Melihat sikap Cheng Peini yang seperti itu, Gu Xiaoran tiba-tiba mengerutkan keningnya. Karena dia tidak percaya mulut Cheng Peini yang munafik, sehingga dia merasa jijik. Gu Xiaoran juga tidak tertarik untuk berpura-pura ramah dengannya.     

Saat melihat Gu Xiaoran di depan Mo Zhenzhong, Cheng Peini berniat memperlakukan Gu Xiaoran dengan cara yang licik.     

Tiba-tiba Cheng Peini menghampiri Mo Zhenzhong, kemudian dia memegang lengannya sambil berkata dengan sikapnya yang manja, "Paman Mo, bukankah kita setuju untuk tidak mempersulit Mo Qing selama dia mau kembali?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.