Sentuhan Dendam Penuh Gairah

Aku Mencintaimu (3)



Aku Mencintaimu (3)

0Jika tidak ada berita gosip kemarin, Gu Xiaoran tidak perlu datang ke kediaman Mo untuk bertemu dengan Mo Zhenzhong.     
0

Kali ini keluarga Mo berencana menggunakan Gu Xiaoran untuk menutup mulut awak media.      

"Jadi maksudmu, keluarga Mo harus berterima kasih padamu?"     

"Bagaimana menurut pendapat Tuan Mo?" Gu Xiaoran memandang Mo Zhenzhong dengan santai.     

Wajah Mo Zhenzhong tampak muram, "Nona Gu, kamu terlalu lancang."     

"Apakah aku lancang atau tidak, Tuan Mo juga sudah tahu dengan jelas."     

"Kalau begitu, aku ingin mendengar apa yang ada di pikiranmu."     

"Mo Qing bukanlah seseorang yang mudah menyerah dengan opini publik. Jika dia tidak mau menikahi Cheng Peini, gosip dan keributan yang tersebar di media tetap tidak akan mempengaruhi niatnya untuk tidak menikah dengan Cheng Peini."     

"Apa yang membuatmu berpikir bahwa dia tidak akan menikahi Cheng Peini?"     

"Kalau dia memang benar-benar ingin menikah dengan Cheng Peini, untuk apa dia menundanya sampai sekarang."     

"Hanya karena dulu dia tidak mau, bukan berarti sekarang dia juga tidak mau."     

"Jika kali ini Mo Qing bersedia menikah, aku tidak akan berada di sini. Tapi, jika aku tidak datang ke kediaman Mo hari ini, Mo Qing juga tetap tidak akan menikahi Cheng Peini. Lalu, apakah keluarga Mo akan mengabaikan segala macam opini publik dan membiarkan berita gosip itu mereda perlahan-lahan, atau akankah mereka secara terbuka menyangkal opini publik? Bagaimanapun juga, semua itu bukan cara yang baik. Apakah menurutmu yang aku katakan ini benar, Tuan Mo?"     

"Kata-kata ini, apakah itu dari Mo Qing?"     

"Aku mengerti kebenaran ini, jadi aku tidak membutuhkan Mo Qing untuk mengajariku."     

Mo Zhenzhong sedikit menyipitkan matanya, dia merasa gadis yang ada di depannya ini sangat tenang, bahkan sikapnya tidak sama seperti anak-anak lain yang dibesarkan di panti asuhan biasa.     

"Sepertinya kamu mengira telah memegang titik lemah dari keluarga Mo, itu sebabnya kamu dengan begitu percaya diri melakukan hal ini. Tapi, Nona Gu, kamu sepertinya telah melupakan kesepakatan di antara kita."     

"Tuan Mo, aku belum lupa tentang kesepakatan itu. Tetapi Anda seharusnya yang lebih tahu bagaimana watak Mo Qing daripada diriku. Ada beberapa hal yang di luar keputusanku. Jadi tentang kesepakatan yang telah kita buat, aku mohon maaf."     

Dengan sewenang-wenang Mo Qing tidak mau melepaskan Gu Xiaoran, sedangkan Gu Xiaoran tidak bisa melarikan diri atau menghindar darinya. Di samping itu, Gu Xiaoran juga tidak ingin menghindar lagi.     

Mendengar Gu Xiaoran berkata seperti itu, Mo Zhenzhong mencibir dengan jijik, "Kamu bahkan mempunyai seorang anak dengan pria lain, bagaimana mungkin kamu tidak malu untuk tetap bersama putraku."     

Seketika wajah Gu Xiaoran langsung berubah pucat dalam sekejap, kini Mo Zhenzhong mengetahui keberadaan Xiaohan.      

"Aku ingin tahu apa yang akan Mu Hua pikirkan ketika dia mendengar yang kamu katakan hari ini?"     

"Mu Hua?" Gu Xiaoran tertegun sejenak.     

"Jangan bilang anak itu bukan anak Mu Hua."     

"Anak itu memang bukan dengan Mu Hua." Gu Xiaoran menarik napas dalam-dalam.     

"Bukan?" Mo Zhenzhong menatap Gu Xiaoran dengan tatapan yang tajam, "Jika bukan Mu Hua, berarti Mo Qing?"     

"Bukan." Gu Xiaoran menurunkan kelopak matanya, dia tidak ingin membiarkan Mo Zhenzhong menatap matanya.     

"Anak siapa itu?"     

"Ini masalah pribadiku. Maaf, aku tidak mau komentar." Dada Gu Xiaoran terasa sesak setengah mati, seolah tersumbat dan hampir kehabisan napas. Kemudian Gu Xiaoran melanjutkan, "Di mata Tuan Mo, aku hanyalah bidak, sejak dulu dan seterusnya. Jadi buat apa Tuan Mo peduli padaku yang hanya seorang bidak ini."     

Setelah mengatakan itu, Gu Xiaoran beranjak dan membungkuk ke arah Mo Zhenzhong untuk memberi hormat, setelah itu dia berbalik dan langsung pergi meninggalkan ruang kerja.      

Saat membuka pintu ruang kerja, Gu Xiaoran mendongakkan kepalanya dan melihat Mo Qing yang saat itu sedang bersandar di dinding. Mereka berdua saling memandang dalam diam dan tanpa ada kata-kata sedikit pun.     

Setelah beberapa saat kemudian, Gu Xiaoran tersenyum tipis pada Gu Xiaoran. Kemudian Mo Qing berdiri, lalu merangkul bahu Gu Xiaoran. Tiba-tiba Mo Qing merangkul Gu Xiaoran semakin erat dan menarik Gu Xiaoran ke dalam pelukannya.     

Gu Xiaoran merasakan kehangatan di lengannya dan hatinya yang dingin berangsur-angsur menghangat.     

Mo Qing sedikit bersyukur saat ini masih dia bisa memiliki momen kebahagiaan bersama Gu Xiaoran seperti ini. Entah seperti apa masa depan yang akan dihadapi, Mo Qing enggan memikirkannya.     

Mo Qing memeluk Gu Xiaoran sebentar, kemudian dengan lembut dia berkata, "Ayo pergi."     

"Hmmm!"     

Mo Qing memeluk Gu Xiaoran, lalu mengantar Gu Xiaoran kembali ke kamarnya sendiri. Setelah menciumnya Mo Qing berkata, "Aku masih ada urusan lain untuk diselesaikan, kamu tidur dulu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.