Sentuhan Dendam Penuh Gairah

Serigala Muda (1)



Serigala Muda (1)

0Gu Xiaoran menarik kedua ujung tanaman rambat itu dan dengan hati-hati dia mengarahkan lilitan tanaman yang dikaitkan pada dahan pohon itu ke arah kue yang sengaja di taruh di atas pohon oleh pria tersebut.      
0

Setelah tanaman rambat itu menempel pada kue, perlahan Gu Xiaoran mulai menarik tanaman rambat itu satu arah. Tanaman rambat itu pun menggeser kue sedikit demi sedikit dan akhirnya kue itu jatuh dari dahan.      

Dengan cepat Xiaopian langsung menangkap kue itu. Meskipun kue itu jatuh dan sedikit hancur, tetapi semua remahan kue kue itu tertangkap dalam mantel yang sengaja dibentangkan oleh Xiaopian saat menangkap kue tersebut.      

Pria itu terkejut saat melihat aksi mereka berdua, dia menatap wajah kecil Gu Xiaoran yang penuh semangat, kemudian dia pun bertanya, "Siapa yang mengajarimu menggunakan cara ini?"     

"Tidak ada yang mengajari, aku memikirkannya sendiri." Kata Gu Xiaoran kecil yang senang ketika berhasil mendapatkan kue tersebut, dan dia menjawab apapun yang ditanyakan oleh pria itu.     

"Kenapa kamu tidak memanjat untuk mengambilnya?"     

"Aku takut jatuh, takut sakit."     

"Jika kuenya jauh lebih tinggi dan tanaman rambat ini tidak bisa menggapainya, apa yang akan kamu lakukan?"     

"Memanjat."     

Anak berusia tiga tahun ini punya prinsip. Dia mempertimbangkan untung dan rugi, tetapi dia juga akan melakukan apapun demi mengambilnya.     

Pria itu menatap Gu Xiaoran kecil dengan ekspresi wajahnya yang tampak sedikit rumit.     

Dan pada akhirnya, sikap pria itu tiba-tiba berubah, pria itu mengeluarkan sekotak kue kering dan dua buah apel. Kemudian pria itu memberikan semuanya kepada Gu Xiaoran dan Xiaopian, setelah itu dia langsung pergi.     

Gu Xiaoran tidak tahu siapa orang tersebut, namun dia yakin tidak pernah melihat orang itu di panti asuhan.     

Setelah bermimpi sampai di sini, adegan dalam mimpi Gu Xiaoran tiba-tiba beralih.      

Dalam mimpinya kali ini, Gu Xiaoran melihat dirinya sedang sakit dan pusing sambil di bawa ke sebuah ruangan yang gelap.     

Saat itu Gu Xiaoran melihat Xiaopian dipukuli, lalu dengan bibirnya yang kering itu Gu Xiaoran terus mencoba untuk berteriak, "Jangan pukul dia, jangan pukul dia."     

Tapi tidak ada yang bisa mendengarnya, dan dia semakin menjauh dari sosok Xiaopian yang sedang dipukuli itu.     

Gu Xiaoran mengira dirinya akan dikirim ke ruang isolasi.     

Dia pernah mendengar cerita bahwa ruang isolasi adalah rumah hantu, karena anak-anak yang dimasukkan ke sana akan menjadi hantu.     

Dalam keadaan linglung, tiba-tiba ada seseorang yang menusuk pantatnya dengan jarum.     

Kemudian Gu Xiaoran pun tertidur. Saat terbangun dia mendapati dirinya merasa lebih baik daripada sebelumnya.     

Gu Xiaoran mengira dirinya ada di dalam ruang isolasi, tetapi ketika membuka matanya, dia menyadari bahwa saat itu dia sedang berada di sebuah rumah dengan banyak perabotan di sekitarnya.      

Meskipun perabotan itu terlihat lusuh, namun dia yakin bahwa dirinya bukan berada di dalam panti asuhan.      

Pintu dan jendela rumah itu terkunci, dan dari jendela, Gu Xiaoran bisa melihat ada hamparan tanaman yang terbentang luas.     

Panti asuhan itu memiliki anak-anak yang lebih tua sekitar berusia 12 atau 13 tahun, dan anak-anak itu lebih tahu banyak hal dan mereka sering menceritakan apa yang mereka tahu.     

Gu Xiaoran ingat bahwa mereka pernah bercerita tentang tempat yang dia lihat ini disebut lahan pertanian.     

Melalui celah pintu, Gu Xiaoran melihat suasana yang ada di luar, dan dia juga melihat ada beberapa orang yang menjaga di depan pintu. Selain itu, pria yang membawanya keluar dari panti asuhan itu juga ada di luar pintu.     

Tiba-tiba ada sebuah pesawat yang mendarat di lahan pertanian itu dan menyebabkan kebisingan.     

Tidak lama kemudian ada seorang pria kurus turun dari pesawat. Tatapan mata pria itu begitu teduh seolah bisa membuat siapapun tidak bisa mengalihkan pandangan darinya.      

Di dalam pesawat itu juga ada anak laki-laki yang usianya sekitar delapan atau sembilan tahunan.     

Ada banyak anak-anak seusia ini di panti asuhan, namun tidak satu pun dari mereka yang tampan seperti anak laki-laki yang ada di dalam pesawat tersebut. Selain itu, anak laki-laki yang ada di dalam pesawat itu juga mengenakan pakaian yang rapi dan bagus, ditambah kharismanya yang bermartabat membuatnya sangat berbeda dengan kebanyakan anak laki-laki yang ada di panti asuhan.      

Hanya saja, anak laki-laki itu selalu memandang orang dengan sikapnya yang acuh tak acuh. Tatapan matanya seperti tumpukan es yang begitu dingin, bahkan tatapannya bisa membuat semua orang gemetar saat melihatnya.     

Setelah turun dari pesawat, anak itu menyilangkan tangannya dan bersandar pada badan pesawat, seolah-olah dia tidak peduli sama sekali tentang apa yang terjadi.     

Orang yang menjaga pintu segera menyapanya, "Tuan!"     

Orang yang disapa tuan itu adalah seorang petinggi. Gu Xiaoran tiba-tiba ingat bahwa dia adalah orang yang telah memberi dirinya dan Xiaopian kue saat di hutan hantu.     

Kini Gu Xiaoran mulai mengerti, bahwa mereka telah membawanya keluar. Sedangkan Xiaopian kemungkinan besar sudah dibunuh. Seketika Gu Xiaoran pun langsung berprasangka buruk terhadap orang-orang itu.      

Petinggi itu menoleh untuk melihat anak laki-laki yang bersandar pada badan pesawat, kemudian anak itu mengerutkan keningnya yang menunjukkan ketidaksabaran.      

Tapi akhirnya anak laki-laki itu mulai berjalan meninggalkan pesawat dan mulai mendekat kepada petinggi tersebut.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.