Sentuhan Dendam Penuh Gairah

Serigala Paling Setia



Serigala Paling Setia

"Hei, Gu Xiaoran, apakah dimatamu aku ini tidak lebih baik daripada anjing?"     

"Ya iyalah, anjing itu setia, sedangkan kamu hanyalah serigala kecil yang bodoh."     

"Tapi aku adalah serigala yang paling setia."     

Kata-kata Gu Tianlei itu seolah menghantam hati Gu Xiaoran seperti batu yang dilemparkan dengan keras, dan perkataan Gu Tianlei itu masih terngiang dengan jelas di telinganya. Kemudian Gu Xiaoran pun berkata, "Aku tidak ingin dia menjadi ratu serigala milikmu."     

Bagaimana pun juga hanya akan ada satu ratu serigala di sisi raja serigala.     

Gu Xiaoran sebenarnya sangat menyayangi Gu Tianlei, jadi bagaimana bisa dia membiarkan serigala betina lain mendekati Gu Tianlei?     

Gu Xiaoran menarik napas dalam-dalam dan menghempaskan bayang-bayang ilusi yang menghantuinya.      

Lalu Gu Xiaoran menepuk lengan Gu Tianlei sambil meletakkan nampan sarapan di atas meja, "Aku beri kamu waktu lima menit, kalau setelah lima menit kamu masih belum membersihkan dirimu, aku akan mengambil makanan ini dan memberikannya kepada A Huang."     

Seketika Gu Tianlei langsung mendongakkan kepalanya dan melepaskan genggamannya terhadap Gu Xiaoran, lalu tanpa alas kaki dia berjalan ke kamar mandi.     

Beberapa menit kemudian, Gu Tianlei kembali duduk di meja makan dan dengan puas memakan telur yang telah digoreng Gu Xiaoran untuknya.     

Saat Gu Xiaoran melihat Gu Tianlei, dia merasa anak laki-laki besar yang ada di depannya itu begitu menyilaukan layaknya cahaya matahari yang sangat terang.     

Tapi karena di usianya labil dan sembrono, dia harus berhati-hati dan menyembunyikan cakarnya. Jika tidak, cakar itu hanya akan menakuti Gu Xiaoran.     

"Tianlei, mulai sekarang aku tidak akan pernah meninggalkanmu."     

Seketika Gu Tianlei langsung mendongakkan kepalanya dan melihat ke arah Gu Xiaoran dengan tatapan yang bersinar jernih dan cerah.     

"Tapi kita harus membuat kesepakatan." Kata Gu Xiaoran.     

"Jelaskan maksudmu."     

"Tianlei, kamu kan tahu kita bukan anak-anak lagi. Jadi ada waktu-waktu tertentu yang harus dihindari. Jika tidak, itu hanya akan membawa perasaan canggung dan tidak nyaman dalam situasi tertentu."     

"Situasi tertentu apa maksudnya?" Wajah Gu Tianlei tampak bingung, dia tinggal bersamanya di bawah satu atap yang sama sejak usianya dua belas tahun, bahkan dia juga sudah sering membantu membelikan Gu Xiaoran pembalut. Jadi dia tidak bisa memikirkan hal apa lagi yang bisa membuat satu sama lain merasa canggung dan malu.     

"Misalnya, kalau aku sedang tidur, kamu tidak boleh menyusulku ke lantai atas."     

Alis Gu Tianlei yang hitam dan tebal seketika langsung terangkat, kemudian dia berkata pada Gu Xiaoran sambil tersenyum nakal, "Apakah sekarang kamu suka tidur telanjang? Kamu malu kalau aku melihatnya?"     

"Aku bisa mengerti sikap labil anak laki-laki saat mereka memasuki masa remaja. Tapi Gu Tianlei, bisakah kamu tidak begitu imajinatif?"     

Gu Tianlei menundukkan kepalanya dan menahan senyum, "Jadi hanya ini?"     

"Maksudku, kamu harus memberiku ruang agar pikiranku tenang. Jangan sampai melewati batas antara pria dan wanita. Jika tidak, aku akan segera menghilang dan tidak pernah muncul lagi di depanmu."     

Ekspresi wajah Gu Tianlei tampak sedikit berubah, tetapi hanya itu sesaat. Tidak lama kemudian ekspresinya kembali normal. Sambil beranjak dengan malas Gu Tianlei berkata, "Aku ada jadwal rekaman hari ini, aku mau pergi dulu."     

Meskipun Gu Tianlei tidak menjawabnya secara langsung, tapi Gu Xiaoran tahu bahwa Gu Tianlei sudah mendengarkannya dengan jelas. Kemudian Gu Xiaoran pun menghela napas panjang dan sedikit merasa lega.     

***     

Satu minggu telah berlalu.     

Gu Tianlei akan merilis album baru, sehingga dia sangat sibuk dan hanya sesekali menelepon Gu Xiaoran. Selama satu minggu ini dia belum sempat bertemu dengan Gu Xiaoran.     

Hingga saat ini Mo Qing masih belum kembali, dan bahkan ponselnya juga tidak aktif.     

Proyek yang ditangani Gu Xiaoran juga sudah memasuki tahap persiapan. Karena itu adalah proyek utama Gu Xiaoran, banyak hal yang membutuhkannya menangani secara langsung. Sehingga Gu Xiaoran juga sangat sibuk, bahkan setiap hari dia harus bekerja lagi di rumah untuk melanjutkan pekerjaannya yang belum selesai di perusahaan.      

Yu Jianmin menyadari jika Gu Xiaoran bekerja lembur setiap hari. Jadi dia mengurus semua kebutuhan Xiaohan termasuk makan, mengganti pakaian, tempat tinggal, jalan-jalan, dan lain-lain. Hal ini dia lakukan agar memungkinkan Gu Xiaoran bisa beristirahat lebih baik, bahkan dia tidak mau Gu Xiaoran tidur dengan membawa Xiaohan.     

Setelah bekerja seharian, Gu Xiaoran melihat jam dinding dan melihat waktu menunjukkan pukul sebelas.     

Kemudian Gu Xiaoran membuka laptopnya sambil membuka ponsel untuk menelepon Mo Qing. Dia sudah sering menelepon nomor ini, tetapi jawaban yang dia dapatkan selalu sama. Nomor yang anda hubungi sedang tidak aktif, silakan hubungi lagi lain kali.     

Setelah itu mencoba menghubungi Mo Qing, Gu Xiaoran hanya bisa menghela napas panjang dan meletakkan kembali ponselnya. Kemudian dia pun berjalan keluar menuju balkon dan bersandar di pagar. Angin sepoi-sepoi yang berhembus meniup rambutnya yang panjang dan sedikit basah karena telah keramas itu.     

Rok yang pendek yang hanya dia kenakan di rumah itu memperlihatkan lekuk tubuhnya yang indah.     

Melihat cahaya di kejauhan, seketika pikirannya diselimuti oleh kecemasan.     

Bagaimana kondisi dia sekarang?     

Apakah lukanya sangat parah bahkan hingga tidak bisa mengangkat telepon? Berbagai pertanyaan muncul dalam pikiran Gu Xiaoran.     

Tiba-tiba suara mobil balap datang dan memecah kesunyian, tidak lama kemudian mobil balap itu pun berhenti mendadak di lantai bawah. Seketika seolah ada cahaya terang yang menyilaukan mata.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.