Sentuhan Dendam Penuh Gairah

Anak Baik



Anak Baik

0Kondisi tubuh yang terlalu lelah dapat dengan mudah terkena demam dan masuk angin. Jadi Gu Xiaoran sengaja memasak semangkuk sup jahe sebelum dia mulai memasak pasta.     
0

Ketika Gu Tianlei keluar dari kamar mandi, Gu Xiaoran menyuruhnya minum sup jahe buatannyanya itu. Gu Tianlei tidak pernah menyukai makanan pedas seperti sup jahe, dan begitu dia menciumnya aromanya, dia langsung mengerutkan keningnya.     

"Aku sudah menambahkan gula ke dalamnya."     

"Aku bukan anak kecil yang suka makan yang manis-manis."     

"Minumlah selagi masih panas." Sudut mulut Gu Xiaoran sedikit berkedut, dia ingat bahwa dulu Gu Tianlei sangat menyukai gula.     

"Gaya bicaramu tidak perlu seperti Ibuku." Kata Gu Tianlei sambil menoleh ke arah Gu Xiaoran. Kemudian dia menundukkan kepalanya dan menyeruput sup jahe itu dengan patuh, dia meminum sup jahe itu dua sampai tiga kali tegukan. Sup itu terasa sangat pedas sehingga tanpa sadar Gu Tianlei mengerutkan keningnya.      

"Anak yang baik." Kata Gu Xiaoran sambil menyentuh kepala Gu Tianlei yang masih basah. Gu Xiaoran merasa masih lebih mudah merawat dan Xiaohan dibandingkan Gu Tianlei yang semakin hari semakin sulit untuk diatur.     

Wajah Gu Tianlei tampak cemberut, kemudian ia pun mengambil mangkuk kosong dan berjalan ke arah wastafel.     

Dapur itu sangat sempit dan wastafelnya ada di dekat kompor. Dan saat itu Gu Xiaoran sedang memotong sayuran di dekat wastafel itu, sehingga setengah tubuhnya menghalangi wastafel.     

Gu Xiaoran melihat Gu Tianlei hendak mengambil mangkuk, tetapi Tianlei menghindar dan langsung meletakkan mangkuk itu di atas wastafel. Dengan begini tubuh mereka saling berhimpitan.     

Napas Gu Tianlei seketika langsung berhembus ke arah Gu Xiaoran. Seketika Gu Xiaoran pun mendongakkan kepalanya dengan sedikit kaget. Pria muda itu sudah tinggi dan kuat. Melalui kaos tipis yang dia kenakan itu Gu Xiaoran bisa melihat guratan dadanya yang berotot dan sedikit menonjol.     

Saat itu juga Gu Xiaoran menyadari bahwa Tianlei bukanlah anak kecil lagi yang dulu selalu rawat, kini dia telah tumbuh menjadi seorang pria yang maskulin.     

Saat Tianlei meletakkan mangkuk itu, dia berjalan mendekati Gu Xiaoran dan kaos lembut yang dikenakannya itu menyentuh hidung Gu Xiaoran. Seketika Gu Xiaoran pun bisa merasakan kehangatan dari tubuh Gu Tianlei.     

Kemudian Gu Xiaoran pun buru-buru menyingkir supaya tidak menyentuh tubuh Gu Tianlei.     

Tampaknya gerakan Gu Xiaoran itu menarik perhatian Tianlei. Setelah meletakkan mangkuknya, Gu Tianlei tidak melangkah mundur, dia justru menyandarkan tangannya ke dekat kompor yang ada di sisi Gu Xiaoran. Kemudian dia menarik Gu Xiaoran ke dalam pelukannya. Gu Tianlei sedikit menundukkan kepalanya dan memandangi Gu Xiaoran dari jarak yang sangat dekat.     

Wanita mungil yang ada dalam pelukannya itu terlihat sangat kecil, seolah Gu Tianlei ingin melindunginya dengan hati-hati. Namun, sosok kecil yang begitu lembut itu dapat memunculkan duri ketika dia berada di dekatnya.     

Duri-duri itu sangat lembut dan sama sekali tidak terlihat, namu bisa menyakiti dan cukup menakutkan. Gu Xiaoran yang lembut seperti ini, bisa membuat Gu Tianlei merasa sakit hati.     

Gu Tianlei menurunkan pandangannya ke arah bibir Gu Xiaoran yang berwarna merah muda dan lembut seperti embun di kuncup bunga. Bibirnya yang lembut it seolah mampu membuat siapapun yang melihatnya ingin menciumnya.     

Gu Xiaoran terkejut dengan tingkah Gu Tianlei yang seperti ini, dan entah kenapa tiba-tiba tindakan Gu Tianlei ini membuatnya merinding. Kemudian Gu Xiaoran pun bertanya padanya, "Apa yang kamu lakukan tiba-tiba begitu dekat?"     

Gu Tianlei menelusuri sudut mulutnya dan bergumam dengan suara lirih, "Menerkam."     

"Apa kamu bilang?" Gu Xiaoran tidak mendengar dengan jelas apa yang dikatakan Gu Tianlei.     

"Aku bilang, ada kotoran di sudut matamu."     

Kotoran?     

Emosi Gu Xiaoran seketika langsung melonjak dan raut wajahnya langsung memerah. Dia sangat marah dengan bocah yang ada di depannya ini, seolah dia ingin sekali mencincangnya agar mengurangi jumlah orang-orang buruk yang ada di dunia ini.     

Saat itu juga Gu Xiaoran langsung mendorong Gu Tianlei supaya menjauh darinya, kemudian dia mengambil tisu dan mengusap sudut matanya.     

Tidak ada apapun! Batin Gu Xiaoran.     

Gu Xiaoran pun semakin kesal, lalu dia mengambil pisau dapur sambil mengancam, "Gu Tianlei, apakah kamu percaya, kalau aku bisa mencincang dirimu menjadi berkeping-keping hari ini juga?"     

Gu Tianlei hanya tersenyum dan melangkah mundur sampai ke depan pintu, tubuhnya miring dan menyandarkan lengannya pada kusen pintu sambil berkata, "Aku lapar!"     

Gu Xiaoran merasa bahwa sikap bocah nakal itu perlu diberi pelajaran agar tidak mengulangi kenakalannya lagi, tetapi tiba-tiba Gu Xiaoran ingat apa yang dikatakan oleh manajernya itu. Tianlei telah bekerja sangat keras akhir-akhir, bahkan membuatnya kurang tidur dan kurang makan.     

Karena hal itu akhirnya Gu Xiaoran pun melanjutkan memasak.      

"Tadi di pesawat kamu tidak makan?"     

"Hmmm... Aku ingin makan pasta buatanmu, jadi aku tidak mau makan yang lainnya."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.