Sentuhan Dendam Penuh Gairah

Merindukanku?



Merindukanku?

0Gu Xiaoran mengambil ponsel untuk menelepon Mo Qing. Dengan cepat panggilan telepon tersebut langsung tersambung.     
0

"Sudah Bangun?"     

"Hm..."     

"Kenapa tidak tidur lebih lama?"     

"Sudah bangun, kamu di mana?"     

Dari telepon itu suara Mo Qing terdengar sedikit serak, sepertinya dia sangat lelah. Selain suara yang serak itu, Gu Xiaoran merasa tidak ada yang berubah dari Mo Qing. Akhirnya Gu Xiaoran pun merasa sedikit lega.     

"Kamu merindukanku ya?"     

"Iya aku merindukanmu. Apa kamu sedang ada pertemuan?" Gu Xiaoran merasa bahwa Mo Qing sedang menahan suaranya agar tetap terdengar seperti biasanya.     

"Hmmm..."     

"Pukul berapa selesainya?"     

"Kenapa memangnya?"     

"Aku akan menunggumu makan malam bersamaku. Kan kamu bilang aku tidak perlu bekerja hari ini."     

"Sepertinya hari ini aku tidak bisa makan malam bersamamu."     

"Apa kamu benar-benar sangat sibuk?" Gu Xiaoran tiba-tiba merasa khawatir padanya.     

"Sekarang aku sedang di Hongkong, dan aku akan tinggal di sini untuk sementara waktu. Setelah kembali kita baru bisa makan malam bersama."     

"Sungguh?" Kata Gu Xiaoran, Hua Zi dengan jelas mengatakan bahwa Mo Qing sedang berada di rumah sakit, bahkan dokter yang merawatnya tidak memberi izin untuk menjenguknya.     

"Sungguh."     

"Kata Hua Zi kamu dipukuli oleh Ayahmu."     

"Bukankah hal wajar kalau orang tua memukuli putranya sendiri?" Mo Qing tertawa lirih.     

"Apakah kamu terluka?"     

"Tidak apa-apa, kulit dan dagingku sangat tebal, jadi Ayahku tidak mungkin bisa menyakitiku hanya dengan beberapa pukulan."     

"Apakah itu karena aku?" Tanya Gu Xiaoran dengan sedikit sedih.     

"Ini tidak ada hubungannya denganmu."     

"Lalu karena apa?" Gu Xiaoran biasanya tidak akan menanyakan apapun secara detail kepada Mo Qing, tapi kali ini tiba-tiba dia ingin tahu dengan detail permasalahan yang sedang dihadapi Mo Qing.     

"Aku melanggar kesepakatan bisnis dengan keluarga Cheng."     

"Sungguh."     

"Gu Xiaoran, apakah kamu tidak percaya padaku?"     

"Lalu kapan kamu akan kembali?" Gu Xiaoran baru saja mendengarkan percakapan antara Hua Zi dan Cheng Xiaoyue, jadi tentu saja dia sulit untuk mempercayai perkataan Mo Qing.     

"Cepatlah kembali setelah kamu menyelesaikan urusanmu."     

"Jaga dirimu baik-baik."     

-     

Di bangsal vip Kota Huaxi!     

Saat itu Zhuo Ran sedang mengambil ponsel dari telinga Mo Qing dan langsung menutup panggilan itu.     

Dia memandangi Mo Qing yang terbaring di ranjang rumah sakit dengan tubuh bagian atas terbalut perban, kemudian dia berkata, "Kamu benar-benar gila."     

"Mungkin." Mo Qing menarik napas panjang untuk menenangkan dirinya.      

"Apa menurutmu dia akan percaya?"     

"Tentu saja tidak!"     

"Lalu untuk apa kamu berbohong padanya?"     

"Aku tidak ingin dia melihatku seperti ini."     

"Tuan Besar benar-benar menghajarmu."     

"Kamu masih belum tahu Ayahku. Beruntung aku tidak melawan, jika sekali saja aku melawannya, maka itu akan berakibat fatal."     

Zhuo Ran menghela napas panjang.     

Saat ini Luka di tubuh Mo Qing karena peristiwa di dalam bekas tambang itu belum sepenuhnya pulih, dia selama ini selalu menyembunyikan luka itu dari semua orang. Dan kali ini, saat ayahnya memukulnya, dia menahan sakit tanpa mengerang sedikitpun.      

Luka lama yang masih belum sepenuhnya pulih, ditambah lagi dengan luka baru akibat pukulan dari ayah itu membuat kondisi luka Mo Qing semakin parah.     

Tuan Besar memukuli putranya untuk menunjukkannya kepada Cheng Guolian. Sekilas Tuan Besar tampak kejam, tapi sebenarnya Mo Qing lah yang lebih kejam.      

Mo Qing mengorbankan tubuhnya sendiri hanya untuk menutupi sandiwara yang dilakukan oleh Ayahnya sendiri. Jadi dengan luka yang dialami Mo Qing saat ini, kepercayaan Tuan Besar ke keluarga Cheng akan memudar.      

***     

Setelah menutup teleponnya, Gu Xiaoran merasa tertekan, seolah ada batu yang mengganjal dalam hatinya.     

Meskipun suara Mo Qing terdengar baik-baik saja saat dia meneleponnya, dan bahkan Mo Qing juga masih sempat berusaha untuk menjaga cara bicaranya tetap santai, namun Gu Xiaoran bisa mendengar hembusan napas Mo Qing yang menyembunyikan rasa sakit yang dirasakannya saat ini.     

Karena itu lah Gu Xiaoran semakin yakin kata-kata Hua Zi yang mengatakan bahwa Mo Qing sedang berada di rumah sakit.      

Tentu saja Hua Zi tidak akan memberitahu Gu Xiaoran di rumah sakit mana Mo Qing dirawat, namun pasti ada catatan informasi di setiap rumah tentang setiap pasien yang sedang dirawat, dan tentu saja Gu Xiaoran pasti bisa menemukannya.     

Tidak lama kemudian, ada sebuah pesan masuk di ponsel Gu Xiaoran.     

Xiaoyue, [Tadi suasana hatiku sedang buruk, maafkan aku!]     

[Tidak apa-apa, terima kasih sudah merawat Tianlei.]     

Xiaoyue terdiam sejenak sebelum akhirnya membalas.      

[Tidak perlu berterima kasih, kita semua kan teman. Aku sedikit sibuk hari ini, lain waktu aku akan mengundangmu makan malam untuk merayakan kepulanganmu.]     

[Oke.]     

Setelah membalas pesan dari Xiaoyu, Gu Xiaoran langsung mematikan layar ponselnya dan hendak meletakkan ponselnya, tapi tiba-tiba ada pesan lain muncul di layar ponselnya.     

Gu Tianlei, [Gu Xiaoran, jam enam pesawatku mendarat, jemput aku di bandara.]     

[Tidak mau.] Gu Xiaoran langsung membayangkan wajah Gu Tianlei yang selalu membuatnya kesal. Tidak lama kemudian Gu Tianlei kembali membalas pesan darinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.