Sentuhan Dendam Penuh Gairah

Cobaan dan Penderitaan



Cobaan dan Penderitaan

0Penjaga wanita itu membiarkan Gu Xiaoran memasuki ruangan dan hanya melihatnya melalui celah pintu. Dia memastikan bahwa Gu Xiaoran tidak sedang diawasi, kemudian penjaga wanita itu pun membuka lemari, dan Gu Xiaoran langsung masuk ke terowongan tambang.     
0

Gu Xiaoran dan Mo Qing saling menatap, seolah memberikan isyarat bahwa keadaannya aman. Akhirnya mereka berdua bisa menghela napas panjang dan merasa lega.     

Tiba-tiba terdengar suara bebatuan yang meluncur turun dari atas, kali ini bukan batu kecil yang meluncur ke bawah, melainkan kumpulan batu besar dan kecil yang berjatuhan ke bawah.     

Longsor!     

"Gawat!" Seketika Mo Qing pun langsung merasa panik.     

Saat ini Gu Xiaoran masih berada di tengah terowongan tambang, dan di sana tidak ada tempat untuk menghindar dari bebatuan yang longsor dan bergulir ke arahnya.     

"Cepat kamu pergi." Kata Gu Xiaoran berteriak mendesak Mo Qing supaya segera pergi dari sana. Dia tidak ingin mengandalkan Mo Qing berlari menghampirinya untuk menyelamatkannya, dan seharusnya Mo Qing bisa menghindar dari bebatuan yang longsor di sini, sedangkan untuk dirinya sendiri, Gu Xiaoran bahkan tidak berani lagi memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya.     

Meskipun Gu Xiaoran menyuruhnya pergi dari sana, namun Mo Qing justru memilih menerabas bebatuan yang longsor itu dan berlari ke arah Gu Xiaoran. Kemudian dia pun menarik Gu Xiaoran ke dalam pelukannya. Dalam sekejap, bebatuan itu telah mencapai bagian atas kepalanya, dan pada akhirnya Mo Qing kehilangan kesempatan untuk menghindar dari bebatuan yang longsor itu.     

Melihat bebatuan itu mulai menerjang, Mo Qing pun langsung membungkukkan tubuhnya untuk melindungi Gu Xiaoran yang ada di bawah tubuhnya.     

Dengan sigap Mo Qing tiarap di dinding batu di belakangnya sembari mengangkat tangannya untuk menutupi kepala dan wajahnya.     

Batu-batu yang longsor itu terus-menerus menerjang lengannya, namun Mo Qing tetap tidak menurunkan lengannya meskipun dia merasakan rasa sakit yang luar biasa karena terus dihantam bebatuan yang longsor itu. Dia terus mengangkat tangannya dan menunggu hingga batu-batu itu tidak ada lagi yang longsor.     

Mo Qing dan Gu Xiaoran takut akan terjadi longsor lagi, sehingga mereka tidak berani berada di sana lebih lama lagi, mereka pun segera bergegas masuk ke dalam mobil.     

Setelah menghidupkan lampu mobil, Gu Xiaoran bisa melihat bahwa seluruh lengan Mo Qing penuh darah. Dengan perasaan takut dia meraih lengan Mo Qing yang tidak terluka, "Biarkan aku yang mengemudikan mobilnya."     

"Tidak!" Salah satu tangan Mo Qing terlalu sakit untuk digerakkan, sehingga dia hanya bisa memegang kemudi dengan satu tangan saja.     

Gu Xiaoran pun langsung turun dari mobil dan bergegas membuka pintu di sisi Mo Qing. Kemudian dia langsung menyeret tangan Mo Qing, "Minggir!"     

Saat melihat beberapa batu yang masih terus menggelinding di sekitarnya, Mo Qing pun sadar bahwa dia tidak bisa berada di tempat ini lebih lama lagi. Karena itulah Mo Qing tidak melawannya dan langsung pindah dari kursi pengemudi.     

Saat bebatuan itu runtuh, mobil yang mereka naiki itu sudah melesat kencang seperti panah. Gu Xiaoran mengemudikan mobil dengan zig-zag untuk menghindari bebatuan yang jatuh.     

Mo Qing tampak menyipitkan matanya, seolah dia kembali ke masa lalu ketika dia mengajarinya latihan mengemudi.     

Hingga pada akhirnya mobil pun berhenti di depan pintu terowongan.     

Namun tidak lama kemudian reruntuhan batu itu kembali bergulir. Dengan cepat Mo Qing langsung menarik Gu Xiaoran ke samping untuk menghindari reruntuhan batu itu.     

Gu Xiaoran mendongak dan melihat ada batu besar yang jatuh dari tempat tinggi dengan kekuatan besar. Jika hanya salah satu batu batu itu mengenai tubuhnya, kemungkinan besar dia akan mati dengan kondisi yang mengenaskan.     

Kemudian dengan sekuat tenaga Gu Xiaoran dengan mendorong Mo Qing yang sedang memeluknya erat-erat.     

Mo Qing hanya peduli untuk melindungi Gu Xiaoran di bawah tubuhnya, dia tidak menduga Gu Xiaoran akan mendorongnya supaya menjauh darinya. Dia menabrak sisi dinding batu, dan reruntuhan batu itu menyerempet tubuhnya dan menimpa punggung Gu Xiaoran.     

Gu Xiaoran tersenyum dengan rasa syukur ketika melihat Mo Qing baik-baik saja, tapi di balik senyumnya itu, dia merasakan sakit yang luar biasa di punggungnya. Tidak lama kemudian pandangannya mulai kabur, dan akhirnya dia pun pingsan.     

Kepala Mo Qing langsung berdengung kencang dengan raut wajahnya tiba-tiba berubah. Dia segera menghampiri Gu Xiaoran, namun tiba-tiba terdengar suara longsor akan datang lagi, dengan cepat dia pun menggendong Gu Xiaoran untuk mundur ke sudut yang tidak dilewati oleh reruntuhan batu yang jatuh.     

Saat ini Mo Qing hanya bisa menatap wajah kecil Gu Xiaoran yang sedang pingsan dan tampak sangat pucat pasi.     

Mo Qing menangani cedera di punggung Gu Xiaoran supaya tidak semakin parah, setelah itu dia menggendong Gu Xiaoran dengan hati-hati agar lengannya tidak menyentuh bagian punggung Gu Xiaoran yang terluka.     

Saat ini sebagian besar pintu keluar dari terowongan itu sudah terblokir oleh reruntuhan batu yang longsor. Kini mereka berdua hanya bisa menunggu ada orang lain dari luar yang membongkar reruntuhan batu itu untuk bisa keluar dari terowongan.     

Seharian mereka menunggu pertolongan dari orang lain. Tanpa makanan dan tanpa air minum.     

Karena terluka cukup parah, pada malam harinya Gu Xiaoran mengalami demam dan pusing.     

Saat melihat kondisi Gu Xiaoran yang seperti itu, tiba-tiba Mo Qing mengeluarkan pisau pendek, salah satu tangannya memegang pisau dan telapak tangan yang satunya membentang. Kemudian dia menyayat telapak tangannya dan mengepalkan tangannya, sedangkan tangannya yang lain membuka mulut Gu Xiaoran, lalu darah di tangannya itu mengalir ke mulut Gu Xiaoran.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.