Sentuhan Dendam Penuh Gairah

Masuk ke Lubang Serigala (7)



Masuk ke Lubang Serigala (7)

0Lampu mobil yang menyilaukan menyinari wajah tampan pria itu, saat Gu Xiaoran melihat wajahnya dengan jelas dia hampir melompat kaget.     
0

Ziyan!     

Ternyata orang itu adalah Ziyan yang sangat dia nanti-nantikan. Seketika kedua tangan Gu Xiaoran mencengkeram pagar dengan erat dan jantungnya berdegup kencang.     

"Takut melihatku?" Tatapannya yang dingin dan jernih terpaku menatap wajah Gu Xiaoran.     

Jantung Gu Xiaoran hampir melompat keluar dari dadanya, "Kapan kamu kembali?"     

"Sudah beberapa bulan yang lalu." Kata Ziyan sembari minum bir di tangannya, lalu dia melemparkan kaleng itu. Suara kaleng yang memantul di jalan itu seolah menggerakan ritme jantungnya yang berdebar-debar.     

"Benarkah?" Gu Xiaoran tersenyum pahit saat mengetahui bahwa Ziyan telah kembali selama beberapa bulan ini, tapi tidak datang menemuinya. Bahkan Xiaoyue juga tidak memberitahunya, Gu Xiaoran merasa bahwa Ziyan sangat membenci ayahnya.     

Meskipun Gu Xiaoran merasakan pahit di hatinya, tapi saat dia melihat Ziyan, ketidakberdayaan dan kesepian yang menyelimuti hatinya langsung sirna seketika.     

"Apa kamu mau pergi ke suatu tempat?" Tanya Ziyan.     

"Tidak, bagaimana denganmu?" Kata Gu Xiaoran. Nada bicara Ziyan tampak lebih lembut, tidak kasar seperti satu setengah tahun yang lalu, jadi Gu Xiaoran hampir tidak kepikiran untuk menggelengkan kepalanya.     

"Aku juga tidak, bagaimana kalau kita cari kamar?" Kata Ziyan dengan sudut mulutnya memancarkan perasaan kesepian.     

Gu Xiaoran menatapnya dengan kaget, dia tidak percaya bahwa Ziyan akan mengatakan hal semacam itu kepadanya.     

"Lupakan saja jika kamu tidak mau." Ziyan mengalihkan pandangannya dan seketika dia langsung berdiri.     

Ziyan masih bersikap cuek dan dingin seperti biasanya yang tidak peduli bagaimana ekspresi dan nada bicaranya.     

Dulu, tidak peduli meskipun Ziyan selalu bersikap acuh tak acuh, namun Gu Xiaoran merasa tenang saat di sisinya. Seolah-olah selalu ada cahaya kehangatan yang meresap dan mengalir ke dalam hatinya.     

Tapi kali ini, Gu Xiaoran merasakan ada sesuatu yang asing. Perasaan keterasingan itu membuatnya merasa takut. Takut jika mengatakan 'tidak', dia tidak akan pernah melihatnya lagi.     

Sehingga dengan cepat Gu Xiaoran langsung meraih lengannya, "Kalau pesan kamar sebenarnya tidak apa-apa, asal jangan melakukan itu."     

Ziyan menganggukkan kepalanya dan menatap Gu Xiaoran dengan lembut, "Aku tidak akan memaksamu, kecuali kamu rela melakukannya."     

Gu Xiaoran mengikutinya pergi ke hotel bintang lima yang paling dekat dari sana. Sesampainya di kamar, Ziyan langsung pergi ke kamar mandi.     

Saat itu cuaca sangat panas dan Gu Xiaoran berkeliaran di luar sepanjang malam, sehingga semua tubuhnya berkeringat dan lengket, sehingga dia pun merasa tidak nyaman.     

Saat melihat Ziyan keluar dari kamar mandi sembari mengusap rambutnya yang basah, Gu Xiaoran tidak bisa menahan godaan untuk mandi juga.     

Ketika Gu Xiaoran keluar dari kamar mandi, saat itu Ziyan sedang duduk di atas selimut dan melihat ke arahnya, dan untuk sesaat tatapannya terasa lebih dalam.     

Ziyan menepuk tempat tidur di sampingnya dan berkata, "Kemarilah."     

Gu Xiaoran merasa sedikit ragu-ragu, namun dia tetap pergi duduk di sampingnya. Tatapan Ziyan sepertinya berbeda dengan sebelumnya, sekarang tatapannya sedikit menggoda dan mempesona.     

Gu Xiaoran menatapnya dengan bingung, namun hatinya dipenuhi perasaan manis, dia hanya ingin melihatnya seperti ini selamanya.     

Kemudian Ziyan menyentuh tetesan-tetesan air di rambut Gu Xiaoran dengan jari-jarinya, lalu jari-jarinya yang ramping itu perlahan bergerak ke bawah. Jari-jarinya melingkari di untaian rambutnya dan sampai ke pipinya yang mulus. Seketika pupil mata Ziyan menjadi lebar, dan jari-jarinya menolak pergi dari pipinya.     

Sebelumnya Gu Xiaoran belum pernah ada seorang pria menyentuhnya seperti ini, dan itu membuat telinganya langsung memerah. Kemudian Gu Xiaoran meraih tangannya dengan panik dan mencoba menghentikan sentuhan ambigu yang membuatnya resah.     

Begitu resahnya sehingga Gu Xiaoran hanya berpikir untuk menarik tangan Ziyan dari pipinya, tetapi dia tidak sadar bahwa tangan yang satunya tidak sengaja menyenggol-nyenggol bagian dadanya.      

Ketika Gu Xiaoran melihat tatapan Ziyan yang aneh, dia baru sadar bahwa dirinya telah melakukan keputusan yang bodoh. Saat itu juga wajah Gu Xiaoran tersipu dan langsung memerah.     

Mata Ziyan yang hitam pekat tiba-tiba seolah muncul nyala api di kedua matanya.     

Telapak tangannya menerobos rambut Gu Xiaoran di telinganya dan menggenggam bagian belakang kepalanya, lalu Ziyan menatap matanya dan perlahan mencium bibirnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.