Sentuhan Dendam Penuh Gairah

Kotoran Pun akan Didewa-Dewakan



Kotoran Pun akan Didewa-Dewakan

0"Diam! Kali ini kamu tidak boleh menolaknya lagi. Aku beritahu kamu, orang yang berkencan denganmu kali ini adalah pria yang kaya raya dan memiliki harta yang berlimpah. Jika kamu meninggalkan kesan yang baik dan menikah dengannya, Papa dan Mama juga akan memiliki kehidupan yang sangat baik dan bahagia."     
0

Gu Xiaoran hampir tertawa terbahak-bahak ketika mendengar Gu Zhengrong berkata seperti itu kepadanya.     

Gu Dandan tersinggung dan menatap Gu Xiaoran dengan wajahnya yang tampak cemberut.     

Tidak lama kemudian panggilan pun diakhiri.     

Gu Xiaoran duduk di samping Gu Dandan dan dia pun bertanya, "Kamu akan berkencan dengan siapa kali ini?"     

"Saudara dari salah satu pelanggan Bibi Kedua, namanya Fu Xingguo. Dia memiliki perusahaan elektronik dan juga pabrik pembuatan alat elektronik. Dia merupakan pria tua yang berumur tiga puluh dua tahun. Bibi kedua bersikeras mengatakan bahwa pria berusia lebih tua akan lebih menyayangi istrinya."     

"Bagaimana dengan pendapat Mama dan Papamu?"     

"Mamaku menyuruhku untuk bertemu dengan pria tersebut. Tidak peduli apakah kedepannya kita akan pacaran atau tidak, setidaknya aku tidak menyia-nyiakan kesempatan yang dibuat oleh Bibi Kedua."     

"Kalau begitu kamu pergi saja temui dia." Gu Xiaoran mengambil sebuah buku dan berbaring di atas ranjang. Dia tahu bahwa Bibi Keempat memiliki sifat yang lemah sehingga tidak berani menyinggung Gu Liwen.     

"Apakah kamu bisa menemaniku untuk pergi menemuinya?" Gu Dandan mencondongkan tubuhnya ke arah tubuh Gu Xiaoran dan mendorongnya.     

"Kamu pergi bertemu dengannya untuk kencan buta. Ada hubungan apa denganku? Aku tidak mau pergi."     

"Kencan buta apa. Aku pergi juga hanya sekedar makan dengannya saja. Nanti aku akan berpura-pura sakit dan mencari alasan untuk meninggalkan tempat itu."     

Gu Xiaoran mencubit wajah Gu Dandan sembari berkata, "Jika Bibi Kedua tahu idemu ini, bukankah dia akan menghajarmu?"     

"Aku juga tidak punya cara lain lagi. Bibi Kedua hanya peduli dengan uang. Aku bahkan tidak tahu sifat orang yang akan aku temui seperti apa. Xiaoran, dari semua kakak beradik ini, hanya kamu yang paling sayang padaku. Temanilah aku pergi untuk menemuinya."     

Gu Xiaoran memiliki hati yang sangat lembut, dia selalu merasa kasihan dan tidak tega saat melihat ekspresi Gu Dandan yang memelas seperti ini, "Baiklah, tapi hanya kali ini saja, tidak akan ada untuk kedua kalinya."     

Gu Dandan memeluk Gu Xiaoran lalu mencium wajahnya dengan gembira, "Kamu besok pulang kerja jam berapa?"     

"Besok aku masuk pagi, jam tujuh malam baru pulang ke rumah."     

"Aku besok menemuimu. Aku akan menyuruhnya pergi ke tempat kerjamu untuk menjemput kita."     

Keesokan harinya.     

Jam dinding yang ada pada tembok berbunyi, dan waktu menunjukkan pukul jam tujuh tepat.     

Gu Dandan mendorong pintu kaca dan melambaikan tangannya pada Gu Xiaoran sambil tersenyum.     

Saat itu Gu Xiaoran melepas pakaian kerjanya dan pamit pada Su Jingjing. Kemudian Gu Xiaoran pun mengambil tas kecilnya lalu pergi meninggalkan toko.     

Gu Dandan merangkul lengan Gu Xiaoran sembari berkata, "Aku memberitahunya untuk menjemput kita pukul tujuh. Jika dia terlambat, maka kita langsung pergi saja, tidak perlu menunggunya lagi."     

"Sepertinya kita tidak bisa pergi sekarang." Gu Xiaoran melihat sebuah mobil Audi parkir di depannya. Secara naluriah Gu Xiaoran menebak bahwa pemilik mobil tersebut adalah pria yang akan berkencan dengan Gu Dandan.     

Gu Xiaoran merasa simpati terhadap Gu Dandan ketika melihat orang yang ada di dalam mobil.      

Meskipun tidak boleh menilai orang hanya dengan melihat penampilannya saja, namun pria tersebut benar-benar tidak cocok dengan Gu Dandan.     

Gu Xiaoran melirik wajah yang bulat tersebut selama beberapa saat, namun dia tidak dapat mengetahui gendernya dengan jelas.     

Kepala pria yang ada di dalam mobil itu botak, dan hanya memiliki sedikit rambut bagian atas telinganya. Tidak akan ada yang percaya bahwa pria tersebut hanya berumur tiga puluh dua tahun. Pria itu kelihatan seperti sudah berusia lima puluh dua tahun.     

Melalui jendela mobil, Gu Xiaoran dapat melihat perutnya yang buncit di bawah setir mobil.     

Dengan penampilan seperti ini, Gu Xiaoran merasa canggung meskipun hanya sekedar makan bersamanya.     

Diam-diam Gu Dandan mencubit lengan Gu Xiaoran dan hampir menangis. Dia berbisik dengan suaranya yang seperti ingin menangis, "Bagi Bibi Kedua yang dipikirkan hanyalah uang. Jika ada uang, maka kotoran pun akan didewa-dewakan."     

"Yang ini pasti tidak cocok denganmu, apa yang akan kamu lakukan setelah ini?"     

"Jika aku pergi sekarang, Bibi Kedua pasti akan menghajarku. Ibuku adalah seorang penakut, dia sangat takut jika menyinggung anggota keluarga Gu." Saat ini Gu Dandan rasanya ingin segera mati saja.     

"Kalau begitu makan bersama dengannya saja untuk menunjukkan kesopanan kita. Beritahu pria itu bahwa kalian tidak cocok, dia tidak mungkin akan melakukan apa-apa padamu."     

"Sepertinya hanya cara ini yang bisa kita lakukan."     

Pria tersebut merupakan pelanggan keluarga Gu, tentu saja Gu Dandan tidak berani langsung pergi.     

Tatapan pria yang duduk di kursi pengemudi itu tertuju pada Gu Xiaoran. Dia tertawa terbahak-bahak, matanya yang sipit tampak semakin sipit, dan bahkan dia hampir meneteskan air liur.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.