Sentuhan Dendam Penuh Gairah

Aku Masih Belum Buta



Aku Masih Belum Buta

0Air mata Gu Xiaoran yang penuh dengan kesedihan seketika mengalir, "Apakah kamu sudah gila?"     
0

Jika Gu Xiaoran mengeluarkan tenaga yang lebih kuat saat menutup pintu, kemungkinan tangan Gu Tianlei akan patah karena terjepit pintu.     

"Aku tidak akan pergi." Gu Tianlei menatap Gu Xiaoran dengan tatapan yang dalam dan mengabaikan tangannya yang terasa sakit karena terjepit.     

Luka di tangan Gu Tianlei harus ditangani sesegera mungkin. Gu Xiaoran pun tidak tega untuk mengusirnya lagi. Kemudian Gu Xiaoran membuka pintu dan meletakkan Mao Mao di lantai. Dia mencuci tangannya dan pergi mengambil kotak medis.     

Akhirnya Gu Tianlei menghela napas lega dan masuk ke dalam rumah sekaligus menutup pintu.     

"Duduklah." Gu Xiaoran menunjuk ke arah sofa kecil.     

Gu Tianlei mendengarkan perintah Gu Xiaoran dan duduk di atas sofa. Kemudian Gu Xiaoran meletakkan kotak medis di atas meja, lalu mengeluarkan alkohol dan kapas.     

"Kemanakah kamu pergi setelah meninggalkan kota pada dua hari lalu?" Tanya Gu Tianlei.     

Gu Xiaoran sedikit terkejut saat mendengar pertanyaan Gu Tianlei. Ternyata Gu Tianlei tahu bahwa dirinya pergi ke luar kota, "Aku pergi mengantar anjing ini pada pemiliknya. Kamu jangan bergerak lagi. Aku tidak bisa menghentikan pendarahan di tanganmu ini."     

Gu Tianlei melirik ke arah Mao Mao yang sedang melompat-lompat di samping kaki Gu Xiaoran, "Gu Xiaoran, jangan bohong padaku lagi. Apa yang telah terjadi pada hari itu?"     

"Pemilik Mao Mao tidak datang pada saat itu. Dengan kata lain, Mao Mao telah ditinggalkan oleh pemiliknya."     

Gu Xiaoran tidak ingin Gu Tianlei tahu bahwa dirinya hampir diperkosa oleh preman. Dia tidak ingin Gu Tianlei merasa khawatir padanya.     

"Tianlei, aku awalnya berencana pergi menonton konsermu setelah mengantar Mao Mao, tapi itu tertunda karena ada sesuatu yang terjadi dengan Mao Mao. Aku minta maaf padamu."     

Kata-kata yang diucapkan Gu Xiaoran seolah-olah mengalir masuk ke dalam hati Gu Tianlei bagai aliran air hangat yang menenangkan. Kata-kata tersebut seolah telah mencairkan es yang telah membeku di dalam hati Gu Tianlei selama dua hari terakhir.     

Gu Tianlei tiba-tiba memeluk Gu Xiaoran lalu menundukkan kepalanya dan membenamkan kepalanya di rambut panjang di dekat telinga Gu Xiaoran, "Aku kira kamu memang tidak ingin datang untuk melihat konserku."     

"Bodoh, kamu adalah Adikku. Bagaimana mungkin aku tidak pergi menonton konser pertamamu di dalam negeri?" Gu Xiaoran menepuk punggung Gu Tianlei dengan pelan, "Aku minta maaf karena tidak hadir untuk melihat konsermu!"     

"Aku bukan Adikmu." Gu Tianlei memprotes.     

"Gu Tianlei!" Wajah Gu Xiaoran menjadi jelek dan mendorong Gu Tianlei dengan kuat.     

"Baiklah. Kakak, beginikah?" Gu Tianlei memeluk Gu Xiaoran dengan erat dan tidak ingin melepaskannya.     

Gu Xiaoran memukul Gu Tianlei sambil tertawa dan membiarkan Gu Tianlei memeluknya.     

Suasana hati Gu Xiaoran sedang buruk karena tidak dapat menghadiri konser Gu Tianlei, dan juga karena ada masalah dengan Mo Qing. Dia bahkan tidak menyadari bahwa Gu Tianlei meneleponnya. Gu Tianlei pasti merasa ketakutan karena tidak dapat menghubungi dirinya selama dua hari terakhir.     

"Ini saatnya kamu pulang. Kamu sudah keluar rumah dalam waktu yang lama. Agensimu pasti akan mengkhawatirkanmu." Puntung rokok yang ada di lantai dapat menunjukkan bahwa Gu Tianlei telah menunggu di depan pintu dalam waktu yang lama.     

"Kamu pindah untuk tinggal bersamaku saja. Dengan begitu aku tidak perlu mencarimu ke mana-mana dan agensiku juga tidak perlu mengkhawatirkanku lagi."     

"Hei, Gu Tianlei, jangan-jangan kamu ingin menyembunyikan Kakakmu sendiri di rumah?"     

"Iya, benar!"     

"Dasar anak ini!"     

Gu Tianlei menundukkan kepalanya dan tersenyum. Setelah itu dia mengambil napas dalam-dalam. Dia benar-benar ingin menyembunyikan Gu Xiaoran dan membuat Gu Xiaoran hanya menjadi miliknya seorang.     

"Apa yang sedang kalian lakukan?" Teriakan marah terdengar dari luar pintu.     

Seketika Gu Xiaoran dan Gu Tianlei terkejut. Mereka melihat ke arah pintu bersamaan.     

Saat itu Gu Zhengrong sudah berdiri di depan pintu dengan ekspresi marah. Bibi Hui yang berdiri di belakang Gu Zhengrong menatap Gu Xiaoran dan Gu Tianlei dengan terkejut.     

"Papa, Bibi Hui, mengapa kalian ke sini?" Gu Xiaoran tercengang. Ayahnya tidak pernah datang ke loteng kecil saat dia menyewa loteng ini sejak SMP. Hanya Bibi Hui yang pernah mengantar barang untuknya dan itu hanya beberapa kali saja.     

"Mengapa kami di sini? Jika kami tidak datang kemari, kami tidak akan tahu bahwa kalian sedang bermain-main di sini." Gu Zhengrong menatap Gu Xiaoran dan Gu Tianlei dengan tatapan yang sengit.     

"Papa, kamu sudah salah paham. Hubunganku dan Gu Tianlei tidak seperti yang kamu pikirkan."     

"Aku masih belum buta.." Gu Zhengrong marah hingga raut wajahnya tampak sangat jelek, "Ikuti aku pulang."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.