Sentuhan Dendam Penuh Gairah

Apakah Kamu Masih Ingin Terus Menontonnya?



Apakah Kamu Masih Ingin Terus Menontonnya?

0Orang tua bandel yang dimaksud oleh Xie Baoling adalah ayah Mo Qing, sehingga Gu Xiaoran dengan bijaksana memilih untuk diam.     
0

Ketika Lin Shuangshuang melihat ekspresi wajah Mo Qing yang sangat buruk, dia menarik tangan Xie Baoling seolah-olah memberi isyarat kepadanya untuk membiarkan Mo Qing dan Gu Xiaoran pergi agar tidak terjadi masalah yang lebih besar lagi.     

Xie Baoling pun sadar dengan isyarat yang dilakukan Lin Shuangshuang, kemudian dia pun menarik tangan Gu Xiaoran dan menepuknya sembari berkata, "Lain kali aku akan mengajakmu untuk minum teh bersamaku."      

"Aku punya Bibi yang membuka kebun teh dan aku pernah belajar bagaimana cara minum teh dengannya. Lain kali aku akan traktir Nenek untuk minum teh." Gu Xiaoran pernah mendengar bahwa Xie Baoling sangat suka dengan upacara minum teh.     

"Benarkah?" Mata Xie Baoling seketika langsung berbinar. Dia semakin senang ketika melihat Gu Xiaoran.     

"Benar."     

"Nenek, Kakak sudah menunggu hingga tidak bisa sabar lagi." Lin Shuangshuang melirik ke arah pintu ruang kerja. Dia takut bahwa Cheng Peini akan membuat ulah lagi dan tidak akan membiarkan Mo Qing pergi begitu saja.     

"Baiklah, kalian pergilah." Ujar Xie Baoling.     

Mo Qing pun mengajak Gu Xiaoran berjalan dengan cepat menuju ke gedung atas. Dia membuka pintu kabin, lalu memegang pinggang Gu Xiaoran dan mengantarkannya duduk di kursi penumpang. Kemudian dia menutup pintu kabin tersebut, lalu berjalan ke arah sebelah pintu, dan duduk di kursi pengemudi.     

Saat Mo Qing menoleh ke belakang, dia hanya diam saja ketika melihat Gu Xiaoran sedang menatap lurus ke arahnya. Kemudian Mo Qing sedikit membungkukkan badannya untuk membantu Gu Xiaoran mengenakan headset helikopter yang ada di tangannya.     

Badan Gu Xiaoran seketika menjadi tegang ketika napas yang hangat menerpa pipinya.     

Tangan Mo Qing melingkari tubuh Gu Xiaoran. Dia menoleh dan menatap Gu Xiaoran. Gu Xiaoran buru-buru menurunkan kelopak matanya, lalu pandangannya malah jatuh pada bibirnya. Walaupun bibir tipisnya tertutup rapat, tetapi terlihat begitu mempesona dan bahkan sikapnya itu juga terlihat dingin. Saat ini Gu Xiaoran seolah merasa susah untuk bernapas.     

Mo Qing memasangkan headset helikopter itu tidak terlalu lama. Setelah itu dia mundur ke belakang dan membantu Gu Xiaoran mengikat sabuk pengamannya.     

Gu Xiaoran tidak tahu apa yang ingin Mo Qing lakukan dan dia juga tidak tahu apa yang harus dia bicarakan untuk memecahkan kesunyian ini.     

Setelah itu Mo Qing pun kembali ke tempat duduk pengemudi dan menyalakan mesin helikopter dalam kesunyian.     

Sama seperti kebiasaan Mo Qing ketika mengemudi, dia tidak suka berbicara dan langsung menerbangkannya dengan cepat. Dalam sekejap mata, helikopter sudah terbang jauh dari Vila Mo.     

Setelah kembali ke Kota Han, Mo Qing tidak berniat untuk membiarkan Gu Xiaoran pergi. Dia pun menerbangkan helikopter ke Pulau Nanwan.     

Sesampainya di Pulau Nanwan, Mo Qing tidak kembali ke vila, melainkan memarkir helikopter di sebuah tebing di pinggir pulau.     

Setelah helikopter berhenti dengan stabil, Mo Qing baru melepas headsetnya dan membuka sabuk pengamannya. Setelah itu dia pergi ke kabin dan mengeluarkan dua panah dari dalam koper. Mo Qing membuka pintu kabin dan melompat keluar dari helikopter, lalu berjalan ke tepi tebing dan langsung melompat lurus ke bawah.     

Gu Xiaoran ketakutan sehingga dia cepat-cepat membuka sabuk pengamannya dan melompat keluar dari helikopter. Dia bergegas lari menuju ke arah tebing tersebut.     

Ketika sampai di tepi tebing, Gu Xiaoran baru sadar bahwa sebenarnya masih ada lapisan di bawah tebingnya lagi. Tinggi lapisan bawah tersebut hanya setengah dari ketinggian manusia. Ada pemandian air panas yang kecil di tebing tersebut.     

Mo Qing meletakkan dua busur di tepi kakinya. Dia sedang melepaskan pakaiannya dan pakaian tersebut jatuh ke tanah. Dalam sekejap memperlihatkan tubuh bagian atas yang berotot, garis yang memanjang dari bahu hingga ke pinggang tampak sangat mempesona.     

Mo Qing membelakangi Gu Xiaoran sehingga Gu Xiaoran hanya bisa melihat punggungnya. Seiring dengan gerakannya, otot-otot punggung juga ikut bergerak dan terlihat sangat mempesona.     

Setelah Mo Qing melepaskan pakaian atasnya, dia sekaligus melepaskan tali pinggangnya. Tiba-tiba dia membalikkan badannya dengan kedua tangannya yang terletak di tali pinggang tersebut. Mo Qing mengangkat kepalanya dan menatap lurus ke arah Gu Xiaoran, "Apakah kamu masih ingin terus menontonnya?"     

Wajah Gu Xiaoran langsung menjadi panas. Dia buru-buru memalingkan mukanya.     

Biasanya Gu Xiaoran pasti akan dengan cepat pergi sejauh mungkin, tetapi saat melihat Mo Qing yang terlihat lemah, Gu Xiaoran tahu bahwa suasana hatinya sedang buruk sehingga ia khawatir untuk membiarkan dia tinggal sendirian di sini.     

"Aku tunggu kamu di helikopter."     

Mo Qing tidak peduli dengan Gu Xiaoran lagi. Dia pun melanjutkan untuk melepaskan celananya dan masuk langsung ke dalam pemandian air panas. Sedangkan Gu Xiaoran naik kembali ke kokpit.     

Gu Tianlei masih tinggal di loteng kecil. Gu Xiaoran tidak yakin apakah si bocah kecil itu saat ini sudah pergi atau belum. Kemudian Gu Xiaoran mengeluarkan ponsel dan menyalakan layarnya. Dia baru tahu bahwa ada puluhan panggilan yang tidak terjawab dari nomor ponsel Gu Tianlei.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.