Sentuhan Dendam Penuh Gairah

Merasa Tidak Nyaman (1)



Merasa Tidak Nyaman (1)

0Dua kancing setelan jas teratas Gu Xiaoran terbuka, sehingga memperlihatkan belahan dada yang dibungkus dengan bra renda hitam. Ini membuat kedua pria itu menelan air liur tidak henti-henti.     
0

Wanita tersebut dengan tatapan yang dingin menatap wajah Gu Xiaoran yang mirip dengannya. Dia merasa bahwa wajah ini sangat menjengkelkan, "Suka?"     

Kedua pria itu segera menganggukkan kepalanya, "Kalau sudah selesaikan hal ini, bolehkah berikan dia kepada kami sebagai hadiah?"     

Wanita tersebut tersenyum sinis, "Kalian harus menyelesaikannya terlebih dulu. Cepat laksanakan, waktu yang tersisa sudah tidak banyak lagi."     

Pria itu segera meletakkan Gu Xiaoran di tempat tidur yang besar dan empuk, dan menggunakan kecepatan tercepat menanggalkan semua pakaian yang dikenakan oleh Gu Xiaoran.     

"Ah, sangat tidak nyaman..." Gu Xiaoran mengerang dengan pelan. Angin bertiup berhembus di tubuhnya yang telanjang, tubuhnya menggigil karena kedinginan. Dia membalikkan badannya dan memeluk bantal lembut yang ada di sebelahnya. Dia membuka bibirnya yang selembut kelopak bunga, dengan keras menarik napas dari mulutnya supaya dapat membuat dirinya merasa lebih nyaman.     

"Perlukan memaksa dia minum minuman keras lagi?"     

"Sudah cukup, mari pergi."     

Ketiga orang tersebut dengan cepat meninggalkan kamar suite bersama minuman keras.     

-     

Panti Asuhan Ren'ai.      

Mo Qing memarkir mobilnya di pintu belakang panti asuhan, dan setelah itu dia turun dari mobil.     

Pintu belakang sudah lama tidak digunakan lagi. Saat Mo Qing datang ke sini terakhir kali, kuncinya sudah berkarat, dan kini karatnya semakin parah.     

Mo Qing mundur dua langkah ke belakang, lalu berlari dengan pelan dan menendang dinding itu menggunakan salah satu kakinya. Dengan mudah dia melintasi tembok tersebut dan masuk ke dalam panti asuhan.      

Bangunan tempat ini masih sama seperti dulu, bangunan panti asuhan dikelilingi oleh pepohonan.     

Ada yang mengatakan bahwa tempat ini dihantui semenjak ada seorang anak kecil yang mati dengan cara menggantung diri di hutan ini. Hantu tersebut akan menggoda anak-anak kecil yang bermain di hutan untuk menggantung diri. Meskipun ini hanya merupakan sebuah dongeng, namun anak-anak panti asuhan biasanya tidak berani bermain di hutan sini.     

Mo Qing tidak pernah takut dengan hantu, tetapi dia juga merasa bahwa hutan ini sedikit menyeramkan.     

6 tahun lalu ketika Mo Qing tiba di panti asuhan, salju baru saja turun sehingga ada tumpukan salju yang tebal di atas tanah hutan. Saat itu Mo Qing menemukan Qiqi yang terluka karena tembakan senjata di tepi hutan. Waktu itu, Qiqi tergeletak di tanah dan seluruh tubuhnya berlumuran darah.      

Waktu itu, mereka sedang diburu oleh organisasi preman dan teroris. Ditambah lagi status mereka yang spesial, Qiqi tidak boleh tampil dengan lumuran darah di hadapan orang-orang.     

Mo Qing tidak berani masuk ke panti asuhan untuk meminta pertolongan, dan dia justru menggendong Qiqi melewati hutan yang aneh ini dan meninggalkan tempat itu dengan melintasi tembok.     

Mo Qing berhenti di hutan dan memandang rumput-rumput liar di depannya. Tahun itu, ketika Mo Qing membawa Qiqi melewati hutan, ada seorang gadis muda yang tampak seumuran dengan Qiqi terbaring di atas tumpukan salju.     

Di tempat yang dingin, gadis muda tersebut hanya mengenakan baju tidur yang berbahan tipis dan ada cetakan tulisan Panti Asuhan Ren'ai di atas baju tidurnya. Kulitnya tampak biru karena membeku dan semuanya penuh dengan memar, sangat mengerikan, sepertinya gadis muda tersebut baru saja menerima hukuman fisik.     

Ketika Mo Qing melewatinya sambil menggendong Qiqi, gadis muda tersebut meraih sudut celananya. Luka yang ada di tangannya sepertinya sangat parah karena membeku sampai tidak dapat melihat jelas fitur wajahnya yang asli.     

Rambutnya tampak berantakan, seluruh wajahnya ditutupi oleh rambut yang telah membeku menjadi tumpukan sehingga hanya terlihat sebagian kecil sudut mulutnya yang terluka dan rahang yang bengkak seperti bakpao. Gadis muda tersebut tidak bisa berbicara lagi, dia hanya bisa menggerakan bibirnya.     

Mo Qing mengerti setelah membaca apa yang ingin dikatakan gadis muda itu, "Bawa aku pergi!"     

Mo Qing bukan merupakan orang yang berhati lembut, tetapi dia berhenti ketika melihat tangan gadis muda itu memegang celananya.      

Itu hanya terjadi untuk sesaat saja. Mo Qing menarik keluar celana yang dipegang oleh gadis muda itu dan pergi dengan acuh tak acuh.     

Awalnya ini merupakan masalah kecil yang tidak perlu dibahas kembali, tetapi ketika dia memikirkan kejadian waktu itu, Mo Qing tidak bisa berhenti memikirkan gadis muda yang tergeletak di atas tumpukan salju.     

Mo Qing memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya dan menatap ke arah tanah dengan acuh tak acuh. Anehnya, Mo Qing bisa mengingat gadis muda yang dilecehkan itu sampai saat ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.