Sentuhan Dendam Penuh Gairah

Kamu Tidak Akan Pernah Bisa Menolakku



Kamu Tidak Akan Pernah Bisa Menolakku

0"Apakah iya?" Jantung Gu Xiaoran tiba-tiba terasa lemah dan tak berdaya.     
0

Kemudian Mo Qing mengulurkan satu tangannya dan memegang tangan Gu Xiaoran yang terletak di atas kakinya.     

Gu Xiaoran menyusutkan tangannya, tetapi Mo Qing menggenggam erat tangannya dan tidak membiarkan Gu Xiaoran menariknya untuk keluar.     

Mo Qing hanya menggunakan satu tangan untuk menyetir mobil. Gu Xiaoran tidak berani menggeliat karena dia tidak ingin mengganggu konsentrasi Mo Qing saat mengemudi, sehingga dengan pasrah dia membiarkan Mo Qing memegang tangannya.     

Keterampilan mengemudi Mo Qing sangat bagus, sehingga tidak masalah bagi Mo Qing walaupun hanya menggunakan satu tangan untuk mengemudi.     

Kemudian Gu Xiaoran pun mencibir, "Aku sekarang sudah berstatus menikah."     

Mo Qing tersenyum sinis, "Memangnya kenapa?"     

Senyuman Gu Xiaoran di wajahnya perlahan-lahan menghilang. Mo Qing bisa memperkosaku di acara pertunanganku, hal apalagi yang bisa membuatnya peduli?     

"Kamu sangat kejam."     

"Tidak peduli apa yang sudah aku lakukan, kamu tidak akan pernah bisa menolakku." Mo Qing melirik Gu Xiaoran.     

Apa yang tidak bisa aku tolak? Hubungan intim atau cinta? Tanya Gu Xiaoran dalam benaknya.     

"Apakah kamu tahu bahwa narsisme yang berlebihan juga merupakan sebuah penyakit… terlalu percaya diri…" Gu Xiaoran tersenyum dingin.     

Mo Qing tidak menjawab apa-apa dan dia hanya membalasnya dengan sedikit senyuman.     

Tiba-tiba ponsel Mo Qing berdering, dia melihat ke layar ponselnya, dengan cepat dia mengangkat telepon. Seketika suara ayahnya yang sedang marah, terdengar dari ujung telepon, "Mo Qing, apakah kamu sudah gila? Elang Botak adalah anak buah Paman Cheng. Beraninya kamu menyentuh dia. Dan juga Peini, beraninya kamu memperlakukan dia seperti itu."     

"Aku sekarang lagi sibuk. Aku akan meneleponmu nanti." Mo Qing memutus pembicaraan Ayahnya dan langsung mengakhiri panggilan tanpa menunggu respon dari Ayahnya.     

Pandangan Gu Xiaoran terjatuh pada layar ponsel Mo Qing yang padam, "Kalau kamu ada urusan pribadi, kamu tidak perlu mengantarku lagi. Aku turun di sini saja."     

Mo Qing melirik Gu Xiaoran sekilas lalu mengabaikannya. Namun dia tetap mengantar Gu Xiaoran sampai di depan pintu loteng kecil.     

Kemudian Gu Xiaoran pun turun dari mobil tanpa berkata apa-apa. Dia menatap loteng yang ada di depannya, tiba-tiba dia merasa ironis karena teringat bahwa loteng ini telah dibeli oleh Mo Qing. Di mana pun Gu Xiaoran bersembunyi, ujung-ujungnya dia tetap tinggal di rumah Mo Qing.     

Saat melihat mobil Mo Qing melaju pergi, Gu Xiaoran tiba-tiba tidak ingin masuk ke dalam loteng kecil itu.     

Langit masih belum gelap, tetapi lampu di kedua sisi jalan terlihat menyilaukan.     

Setelah Gu Xiaoran berjalan tanpa tujuan, akhirnya dia masuk ke sebuah bar. Karena saat ini adalah waktu makan, jadi tidak terlalu banyak orang yang berada di dalam bar.     

Gu Xiaoran mencari sudut yang tidak mencolok, lalu dia memesan beberapa kaleng bir. Gu Xiaoran berencana untuk meminum hingga setengah mabuk agar tidak perlu memikirkan hal-hal yang membuatnya kesal, lalu dia bisa pulang dan tidur hingga pagi buta.     

Tiba-tiba ponsel Gu Xiaoran berdering. Ternyata Cheng Xiaoyue mengirim pesan singkat kepadanya, "Hasil nilai ujian sudah mau keluar, kamu sudah pikir belum mau daftar universitas mana? Kalau tidak ada universitas yang benar-benar kamu minati, kamu ikut aku daftar di Universitas A saja. Katanya di sana ada banyak pria tampan, kita bisa mencoba untuk berpacaran dengan mereka semua satu per satu."     

Gu Xiaoran tiba-tiba teringat dengan taruhan yang telah dia buat dengan Mo Qing, bahwa dia harus masuk ke Universitas A. Gu Xiaoran tersenyum pahit dan membalas pesan singkat tersebut, "Pria yang paling tampan akan menjadi milik siapa?"     

"Siapa yang suka, maka akan menjadi milik dia!"     

"Baik!" Setelah itu Gu Xiaoran pun menyimpan kembali ponselnya dan minum bir sendirian.     

"Nona, apakah kamu sendirian?" Tiba-tiba terdengar suara seorang pria dari depannya.     

Dulu Gu Xiaoran jarang sekali nongkrong di bar, tetapi dia sudah tidak asing dengan pendekatan orang asing ketika sebelum memulai suatu hubungan dengan seseorang. Gu Xiaoran pun sengaja mengabaikan pria itu dan melanjutkan untuk menghabiskan bir yang ada di dalam gelasnya.     

Pria tersebut mengulurkan tangannya, lalu mengambil botol bir yang ada di atas meja dan membantu Gu Xiaoran untuk mengisi ulang minumannya.     

Gu Xiaoran mengangkat kelopak matanya, kini kepalanya sangat pusing, dia menggelengkan kepalanya dan membuka matanya lagi. Dan dia pun baru sadar bahwa bar yang awalnya tidak ada orang itu kini sudah dipenuhi oleh banyak orang. Area menari yang ada di depannya dipenuhi oleh orang yang menari di tiang seperti ular yang menggeliat.     

Pria yang duduk di depan Gu Xiaoran itu memiliki fitur wajah yang bagus. Rambutnya pendek dan berdiri, dia mengenakan kalung rantai emas yang tebal di lehernya, dan bajunya dihiasi dengan paku tembaga dan rantai besi. Entah kenapa hati kecil Gu Xiaoran mengatakan bahwa pria itu bukan orang yang baik.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.