Sentuhan Dendam Penuh Gairah

Aku Percaya Kamu



Aku Percaya Kamu

0Gu Xiaoran masih terus berjalan dan tidak menghentikan langkahnya meskipun dia mendengar suara Mo Qing yang memanggilnya, dan dia justru semakin mempercepat langkahnya.     
0

Tatapan Mata Mo Qing tampak semakin dingin, dia bergegas mengejar Gu Xiaoran. Lalu meraih tangannya dan menariknya kembali, "Kenapa kamu lari?"     

Gu Xiaoran menoleh dan sedikit mengangkat kepalanya, mata Gu Xiaoran yang merah menatap mata Mo Qing yang dingin, "Lepaskan!"     

"Mo Qing, kembali ke sini." Saat melihat Mo Qing masih terikat dengan wanita jahat itu, Mo Zhenzhong marah hingga raut wajahnya terlihat sangat jelek.     

Mo Qing hanya sekilas melihat ayahnya yang marah, "Hanya mengandalkan perkataan Cheng Peini, bahkan tidak bertanya apapun kepada Xiaoran. Ayah langsung menyatakan bahwa Gu Xiaoran salah, apakah ini tidak terlalu buru-buru? Dalam hal ini, kebenaran dan kesalahan masih belum diketahui secara pasti, tapi kamu langsung menamparnya. Wanita yang kamu tampar bukan hanya merupakan wanitaku, tapi dia juga merupakan martabat bagi keluarga Mo."     

Dari dulu keluarga Mo selalu menyelidiki terlebih dahulu mana yang benar dan mana yang salah, baru setelah itu akan menerapkan 'keadilan'.     

"Kamu!" Mo Zhenzhong mengepalkan tangannya dan wajahnya tampak sangat marah, "Aku melihatnya dengan mataku sendiri, apakah mungkin ada sebuah kebohongan?"      

Saat ini Gu Xiaoran membelakangi Mo Qing dan ketika dia mendengar kata-kata tersebut, dia menahan air matanya supaya tidak menetes keluar. Saat ini dia tidak bisa membela dirinya sendiri, namun pembelaan dari Mo Qing sudah cukup baginya.     

Mo Qing tidak lagi peduli dengan Ayahnya, dia menahan Gu Xiaoran yang berusaha untuk pergi darinya. Mo Qing mengerucut bibirnya, matanya tampak dingin seolah tidak ada kelembutan sama sekali, dan sama-samar terlihat ada kemarahan dari tatapan matanya.     

"Sudah selesai belum ributnya?"     

Apa aku sedang ribut? Batin Gu Xiaoran     

Gu Xiaoran tiba-tiba ingin tertawa saat mendengar pertanyaan dari Mo Qing. Apakah Mo Qing juga menganggap bahwa aku cemburu dengan Cheng Peini?     

Raut wajah Mo Qing seketika tampak sangat jelek.     

Apakah dia juga ingin menamparku? Batin Gu Xiaoran.     

"Aku sudah menyampaikan apa yang ingin aku sampaikan. Tidak masalah jika kalian tidak percaya padaku, akan tetapi sebelum kalian menemukan kebenaran yang ada, tolong hargai aku."     

Mo Qing mengerutkan keningnya sambil menatap Mo Zhenzhong. Setelah itu dia tidak mengatakan apa-apa lagi.     

Gu Xiaoran tiba-tiba merasa tidak berdaya. Ini sangat aneh, kapan dia pernah menghargai aku?     

Gu Xiaoran menarik napas dalam-dalam, kemudian dengan kuat dia kembali menarik tangannya, lalu berbalik badannya dan langsung bergegas pergi.     

Di luar Vila Linyuan terdapat Taman Bunga Mawar yang luas, sehingga membutuhkan waktu untuk berjalan kaki baru bisa memanggil taksi. Meski demikian, Gu Xiaoran lebih memilih untuk jalan keluar sendiri dibanding memohon dengan siapapun yang ada di keluarga Mo.     

Tiba-tiba Gu Xiaoran merasa ada yang meraih tangannya dan melingkari pinggangnya, kemudian dia pun langsung ditarik ke dalam pelukannya. Seketika hidung Gu Xiaoran langsung terbentur dada Mo Qing yang berotot, kemudian Gu Xiaoran mengangkat kepalanya dan menatap alis Mo Qing yang dingin itu.     

"Kalau bukan kamu yang mendorong Cheng Peini, mengapa kamu mau pergi?"     

Tampak ada amarah yang tersembunyi dari tatapan mata Mo Qing. Suaranya tidak keras, namun kata demi kata yang dia ucapkan langsung masuk ke dalam hati Gu Xiaoran.     

Gu Xiaoran menarik napas dalam-dalam dan dalam hati dia berkata. Kalau tidak pergi, apa mungkin aku masih ada di sini dan membiarkan orang-orang memarahi dan menganiaya diriku?     

"Kamu tidak melakukan apa-apa, tapi kalau kamu lari dengan begini. Jika seperti ini bukankah orang-orang justru akan mengira bahwa kamu lari karena merasa bersalah?"     

Gu Xiaoran memandang amarah yang semakin membara di mata Mo Qing dan hatinya benar-benar terasa sakit, "Meskipun aku mengatakan bahwa aku tidak melakukannya, siapa yang akan percaya?"     

"Aku percaya." Suara Mo Qing terdengar sangat tenang.     

Hidung Gu Xiaoran terasa, tidak lama kemudian air matanya mulai berlinang di sudut matanya. Membutuhkan banyak usaha untuk menahan dirinya supaya tidak menangis.     

Mo Qing mengatakan bahwa dia percaya pada Gu Xiaoran. Padahal sebelumnya Mo Zhenzhong mengatakan bahwa dia melihat dengan matanya sendiri, namun Mo Qing masih tetap percaya apa yang dikatakan Gu Xiaoran.     

"Ziyan, aku..."     

Mo Qing mengangkat tangan lalu menyentuh setengah wajah Gu Xiaoran yang merah dan bengkak, "Bukankah kamu selalu tampak pintar dan fasih di hadapanku, tapi apa yang terjadi padamu hari ini?"     

Awalnya Gu Xiaoran merasakan sakit dan panas yang membara di wajahnya, namun setelah dibelai dengan jari-jari Mo Qing yang dingin ini, kini rasa sakit itu perlahan mulai mereda.      

"Mengapa kamu tidak menghindarinya, mengapa kamu menerima tamparan itu?"     

"Aku tidak bisa menghindarinya." Gu Xiaoran berkata sambil terisak-isak sehingga suaranya terdengar sangat kecil seperti suara nyamuk.     

"Bodoh."     

"Kamu marah?"     

Mo Qing memang marah, namun dia tidak marah dengan Gu Xiaoran. Akan tetapi sikap Mo Qing yang seperti ini membuat Gu Xiaoran merasa sangat tertekan saat melihatnya.     

"Sejak Ibuku meninggal, sifat Ayahku menjadi sangat rongseng. Saat ini dia sedang marah, jadi dia tidak bisa mendengarkan apa yang orang lain katakan. Tunggu Peini bangun kita baru bahas lagi masalah ini."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.