Sentuhan Dendam Penuh Gairah

Sayang, Patuhlah



Sayang, Patuhlah

0Perlahan-lahan langit berubah menjadi gelap, bintang tampak berkelip-kelip di atas langit, dan pemandangan taman bunga mawar saat malam hari seperti ini benar-benar sangat indah.     
0

"Kenapa Lin Yizhi ada di sini?"     

"Dia adalah anak dari Bibiku, dia adalah saudara sepupuku!" Mo Qing melepaskan Gu Xiaoran dari pelukannya, kemudian dia pun bangkit dan berdiri dari tempatnya, "Sudah waktunya kita pulang!"     

"Apakah malam ini kita akan tinggal di sini?" Gu Xiaoran tampak gelisah ketika memikirkan Mo Zhenzhong serta Cheng Peini dan Ibunya.     

"Iya!" Kali ini Mo Qing keluar untuk memberikan waktu kepada Ayahnya agar dia bisa tenang, sekarang saatnya pulang untuk membahas masalah dengan Ayahnya.     

Ketika mereka berdua pulang ke Vila Linyuan, langit sudah gelap.     

Ketika ada Mo Zhenzhong di dekatnya, Cheng Peini selalu menyembunyikan kesombongannya dengan hati-hati. Akan tetapi pada saat dia sendirian bersandar di jendela dan melihat bahwa Gu Xiaoran turun dari mobil Mo Qing, jantungnya berdetak kencang dan perasaannya mulai bergejolak, kini dia tidak bisa berpura-pura diam lagi.     

Ketika Gu Xiaoran jalan menuju pintu masuk, dia melihat Cheng Peini menunggu di depan pintu, kemudian dengan sopan Gu Xiaoran menyapanya.     

Cheng Peini mengerucutkan bibirnya sambil mengangkat kepalanya dan melihat Mo Qing, "Paman Mo sedang menunggumu di ruang kerja."     

Mo Qing hanya menganggukkan kepala tanpa menjawabnya, kemudian dia menggandeng tangan Gu Xiaoran dan mengantar Gu Xiaoran ke kamarnya sendiri. Setelah itu dia baru melepaskan tangan Gu Xiaoran sembari berkata, "Kamu istirahat dulu sebentar, aku menyuruh Bibi Zhang membuatkan sedikit makanan untukmu."     

"Tidak perlu, aku tidak lapar!"     

"Patuhlah!" Mo Qing menepuk lembut wajah Gu Xiaoran, kemudian dia berbalik badan dan langsung pergi.     

Saat ini Mo Qing sudah turun ke lantai bawah, namun Cheng Peini masih tetap berdiri di depan pintu dan tidak ingin meninggalkan tempat tersebut. Gu Xiaoran tidak ingin mencari gara-gara dengannya, sehingga dia pun langsung menutup pintu kamarnya.     

Setelah selesai mandi, Gu Xiaoran mendengar Bibi Zhang sedang memanggilnya di depan pintu kamar.      

Kemudian Bibi Zhang membuka pintu, dan dia membawakan Gu Xiaoran secangkir jus walnut, seporsi bubur kacang merah dengan puding susu, dan sepotong roti panggang yang sangat enak. Cheng Peini tiba-tiba mengikuti Bibi Zhang di belakang.     

Hubungan antara wanita dengan wanita, apalagi jika jatuh cinta dengan pria yang sama, keduanya tidak akan bisa berkomunikasi secara harmonis. Di saat Cheng Peini muncul lagi di depan pintu, Gu Xiaoran sudah tahu bahwa saat ini Cheng Peini sudah tidak bisa tahan lagi.     

Kemudian Gu Xiaoran mengambil nampan dari tangan Bibi Zhang. Setelah mengucapkan terima kasih kepada Bibi Zhang, dia meletakkan makanan dan minuman tersebut di atas meja, "Kamu mau ikut makan tidak?"     

"Tidak perlu." Cheng Peini menatap Gu Xiaoran dengan sorot mata dingin. Kemudian dia berjalan mendekati Gu Xiaoran, lalu duduk di depannya.     

Saat ini Gu Xiaoaran benar-benar sudah lapar, sehingga dia tidak lagi peduli dengan Cheng Peini dan mulai makan dengan perlahan. Keterampilan memasak Bibi Zhang memang benar-benar bagus, roti panggang buatannya terasa renyah di luar dan lembut di dalam.     

Cheng Peini dengan sabar menunggu Gu Xiaoran. Ketika dia melihat Gu Xiaoran selesai makan, dia baru mulai berkata, "Gu Xiaoran, mari kita mengobrol!"     

"Sejak pertama kali datang di Vila Linyuan, kamu masih belum pernah keliling, kan? Izinkan aku menemanimu jalan-jalan."     

"Aku sudah capek, tidak ingin keluar lagi."     

"Kalau tidak ingin keluar, kita bisa bicara di sini saja." Cheng Peini bersikap seolah dirinya adalah tuan rumah. Dia membuka jendela dan berjalan menuju balkon, kemudian dia bersandar di pagar bermotif bunga tersebut.     

Gu Xiaoran diam-diam menghela napas dan dalam benaknya dia berkata, semua akan datang pada waktunya.      

Kemudian Gu Xiaoran bertanya pada Cheng Peini, "Apa yang ingin dibicarakan?"      

"Sekarang sudah larut malam. Kalau ada masalah, Nona Cheng langsung bilang saja." Imbuh Gu Xiaoran.      

"Paman Mo dan Ayahku adalah teman seperjuangan. Dulu di Amerika, keluarga Mo dan keluarga Cheng saling bergantung satu sama lain, saat itu Mo Qing harus melakukan banyak hal sehingga dia sangat sibuk. Paman Mo sendiri sangat kesepian, dan aku yang menemaninya. Paman Mo sudah menganggapku seperti anak kandungnya dan menemaniku tumbuh besar."     

Gu Xiaoran tidak suka mendengar cerita masa lalunya Cheng Peini, akan tetapi apa yang diceritakan Cheng Peini ini masih ada hubungannya dengan Mo Qing. Sehingga Gu Xiaoran dengan fokus mendengarkannya, dia berharap dapat mengetahui lebih banyak informasi tentang Mo Qing.     

Sambil bersandar di pagar tersebut, kebun bunga mawar yang jauh sana tampak diselimuti oleh pemandangan yang gelap gulita, sehingga tidak bisa melihat apapun. Akan tetapi, angin yang berhembus di malam hari membawakan aroma bunga yang harum.     

Di luar jendela tampak ada genangan air danau, airnya tidak terlalu dalam dan sangat jernih. Di bawah cahaya lampu jalan, samar-samar dapat melihat ikan yang berenang di dalam air.      

"Sejak kecil Mo Qing tinggal di sekolah dan jarang pulang ke rumah. Tapi, jika hari liburan dia akan pulang untuk menemaniku."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.