Sentuhan Dendam Penuh Gairah

Aku Menginginkanmu (3)



Aku Menginginkanmu (3)

0Gu Xiaoran mengangkatkan kepalanya dan menoleh ke arah pria tersebut, tiba-tiba tanpa sadar dia memanggil pria tersebut, "Ziyan."     
0

Pria muda itu ternyata adalah Ziyan, yang sudah hilang kontak selama setengah tahun dan tanpa ada informasi sedikit pun tentang dia.     

Kakak Biao bersama teman-temannya yang berjumlah sekitar tujuh atau delapan orang itu, sama sekali tidak peduli dengan Ziyan dan mendengus, "Anak kecil, di sini tidak ada urusannya denganmu. Kalau tidak mau dipukul, cepat pergi dari sini."     

Kakak Biao itu berbalik badan dan tetap mau memegang payudara Gu Xiaoran.     

Raut wajah Ziyan tampak sangat suram. Tiba-tiba dia melangkah maju, lalu meraih salah satu gangster, dan melempar gangster itu ke arah Kakak Biao dengan cepat seperti kilat.     

Semuanya gerakan yang dilakukan Ziyan sangat cepat, sampai-sampai Kakak Biao tidak sempat respon dan langsung terhantam ke lantai. Ketika Kakak Biao merangkak dan berusaha untuk kembali berdiri, teman-temannya sudah dipukul dan pada terjatuh di lantai.     

Kemudian Kakak Biao mengeluarkan pisau, ketika dia masih belum sempat menusukkan pisau itu, tiba-tiba ada sebuah pipa baja sudah berada di tenggorokannya.      

"Aku hitung tiga kali. Kalau masih belum pergi dari sini, jangan menyesal, satu… dua…"     

Kakak Biao mana pernah melihat gerakan yang lincah seperti yang dilakukan oleh orang yang ada di depannya ini. Dia pun ketakutan sampai raut wajahnya tampak sangat pucat, kemudian dia bergegas pergi dan berlari dengan cepat.     

Ketika melihat pemimpin melarikan diri, para gangster juga buru-buru mengikutinya dari belakang.     

Gu Xiaoran memandang Ziyan yang selalu dia pikirkan selama satu bulan terakhir, kini hatinya mulai merasa tenang.     

"Terima kasih."     

Ekspresi Ziyan tampak sangat datar. Tiba-tiba, tangannya menekan bahu Gu Xiaoran dan mendesaknya sampai ke dinding. Kemudian dia menundukkan kepalanya dan menatap kedua mata Gu Xiaoran, "Aku tidak akan membiarkan mereka menyentuhmu karena aku menginginkanmu."     

Wajah Gu Xiaoran yang merah seketika menjadi pucat. Dia tidak percaya apa yang sudah didengar di ujung telinganya.     

Setelah itu Ziyan melihat Gu Xiaoran dengan sorot mata yang terlihat seperti sedang mengejeknya.     

Gu Xiaoran menggigit bibirnya dan kini dia merasa harga dirinya sudah dianiaya. Dia tidak bisa lagi menahan air matanya, perlahan air matanya pun mengalir di pipinya.     

Dengan sekuat tenaga Gu Xiaoran mendorong Ziyan, setelah itu dia berlari keluar sambil menyeka air matanya. Sejak saat itu Gu Xiaoran tidak mau bertemu lagi dengan Ziyan.     

Sesampainya di rumah, Gu Xiaoran perlahan mulai menenangkan diri. Dia mengeluarkan kertas tersebut dari dalam tasnya, dia memperhatikan dengan seksama tulisan yang ada pada kertas itu, dan dia pun baru sadar bahwa tulisan yang pada kertas ini sedikit berbeda dengan tulisan Ziyan. Ternyata ini adalah tulisan tiruan dari Ziyan.     

Karena saat itu Gu Xiaoran terlalu merindukan Mo ziyan, sehingga setelah melihat kertas ini dia tidak mengecek ulang dan buru-buru pergi ke gedung kosong Imperial Group yang sudah hangus terbakar.     

Gu Xiaoran tidak tahu siapa yang menulis pesan di kertas ini. Dia juga tidak tahu siapa yang ingin membuatnya celaka. Kejadian ini menjadi sebuah teka-teki yang tidak bisa dipecahkan.     

Sampai pada akhirnya dia mengira bahwa orang yang sudah mengirim surat itu adalah Mo Qing, Gu Xiaoran baru tahu mengapa Mo Qing begitu membenci dirinya.     

Tetapi, Mo Qing sudah terlalu dendam pada padanya sampai tidak ingin mendengarkan lagi penjelasan darinya.     

Sudah tidak ada orang yang membahas kejadian itu dalam dua tahun ini, tidak disangka akan menerima isi pesan dari pesan singkat ini.     

"Ada apa?" Mo Qing baru saja selesai mandi dan keluar dari kamar mandi, dia mendapati bahwa Gu Xiaoran memegang ponselnya dengan linglung.     

"Tidak ada apa-apa." Jantung Gu Xiaoran tiba-tiba berdetak dengan cepat. Jika Mo Qing melihat isi pesan ini dan kembali mengingat kejadian saat itu, Gu Xiaoran pasti akan mati menderita. Diam-diam dia mengingat nomor ponsel asing ini dan menghapus pesan singkat tersebut.     

Gu Xiaoran samar-samar merasa bahwa pesan singkat ini sedang mengingatkan dirinya, bahwa Mo Qing sangat membencinya dan jangan sampai dia punya perasaan terhadap Mo Qing.     

Mo Qing melirik Gu Xiaoran sekilas dan dia tidak banyak bertanya apa-apa.     

10 menit kemudian.      

Mo Qing yang hanya mengenakan celana jogger panjang, dan tidak mengenakan baju berjalan keluar dari kamar mandi. Dadanya yang berotot masih meneteskan air mandi sehingga membuatnya terlihat sangat seksi dan menawan. Kemudian dia mengusap tetesan air yang ada di rambut pendeknya, "Mandilah sana."     

"Aku tidur di mana?" Dibandingkan pergi untuk mandi, Gu Xiaoran lebih ingin tahu jawaban ini, karena sejak tadi pertanyaannya ini masih belum dijawab.     

Ketika tinggal bersama Mo Qing selama beberapa hari ini, Mo Qing selalu mendominasi seluruh tubuh Gu Xiaoran, tetapi dia tidak pernah tidur dalam satu kasur dengannya. Paling tidak saat bangun pagi, Gu Xiaoran tidak pernah melihat Mo Qing ada di sampingnya.     

"Kasur ini tidak kecil, sudah terlalu lebar untukmu." Mo Qing duduk di kasur dan bersandar di tepi kasur. Kemudian dia berinisiatif memberikan setengah tempat untuk Gu Xiaoran, tetapi kasur sepanjang 1,8 meter ini ditempati oleh tubuh yang tinggi dan gagah sehingga Gu Xiaoran merasa tidak mempunyai tempat yang lebih untuknya tidur.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.