Sentuhan Dendam Penuh Gairah

Wanitaku (1)



Wanitaku (1)

0"Apa yang terjadi dengan ayahku?" tanya Gu Xiaoran memandang Mo Qing dengan cemas.     
0

"Gu Xiaoran, kamu harus tahu, walaupun aku tidak takut pada Han Ke, namun aku tidak punya banyak waktu untuk mengawasinya selalu. Aku telah membuatnya marah hari ini. Aku tidak dapat menjamin jika dia tidak akan mulai mengincar Gu Zhengrong sejak detik ini. Aku sama sekali tidak suka diancam orang, jadi aku harus menangani masalah ini lebih awal sebelum dia mulai bertindak. Gu Zhengrong saat ini hanya dapat berada di tempat di mana dia harus berada," tutur Mo Qing menjelaskan.     

"Tapi di mana ayahku berada sekarang?" desak Gu Xiaoran.     

"Kamu tidak perlu tahu akan hal itu."     

"Tapi dia ayahku, aku berhak untuk tahu."     

"Memangnya apa yang dapat kamu lakukan? Apa kamu bisa membantu atau menyelamatkannya jika kamu mengetahui di mana dia berada?" balas Mo Qing dengan dingin.     

Gu Xiaoran seketika itu juga tertegun sesaat. Dia tahu bahwa sebenarnya, tidak ada yang dapat dilakukannya walaupun dirinya mengetahui keberadaan ayahnya. Dia tidak memiliki apa-apa saat ini, jadi entah dengan apa dia dapat membantu ayahnya. "Tapi paling tidak aku dapat tahu bagaimana keadaannya sekarang, kan?" ucapnya masih bersikeras ingin mengetahui keberadaan ayahnya.     

"Tenang saja, dia tidak mati," ucap Mo Qing sambil menatapnya dingin. "Kamu benar-benar ingin melihatnya? Boleh, namun dengan satu syarat."     

Gu Xiaoran menggenggam erat surat pencabutan kesepakatan tersebut. Dia tahu jelas bahwa Mo Qing tidak mungkin menolongnya tanpa meminta sesuatu imbalan.     

Mo Qing tiba-tiba mengulurkan tangannya, melingkarkan tangannya pada tubuh Gu Xiaoran dan mengangkat gadis itu untuk duduk di pangkuannya. "Masuk ke Perguruan Tinggi A," kata Mo Qing sambil menatap gadis yang ada di pangkuannya itu.     

"Aku masuk atau tidak ke Perguruan Tinggi A, memangnya apa urusannya denganmu?" balas Gu Xiaoran sambil mengernyitkan dahinya, lalu cepat-cepat menyingkirkan kakinya dari tubuh Mo Qing. Dia tersadar bahwa dirinya sekarang sedang mengenakan baju tidurnya. Dengan kedua kakinya terbuka lebar seperti ini, roknya terangkat ke atas dan menampilkan kedua kakinya yang putih nan ramping. Posisi seperti ini sungguh membahayakan bagi dirinya.     

"Kamu adalah wanitaku. Jika wanitaku bahkan tidak diterima di Perguruan Tinggi A, aku akan kehilangan wajahku ini," balas Mo Qing sambil memegang erat pinggang Gu Xiaoran dengan kedua tangannya agar gadis itu tidak bisa bergerak.     

"Siapa yang kamu maksud dengan wanitamu?" tanya Gu Xiaoran dengan pandangan jijik.     

Baru saja Gu Xiaoran menyelesaikan kalimatnya, bibirnya mungilnya sudah terlebih dahulu dilumat dengan lembut oleh Mo Qing, tubuhnya pun tiba-tiba menegang. Pria itu menarik tubuhnya mendekat hingga menempel padanya. Sementara kedua kakinya secara tidak sadar telah menjepit paha pria itu, dadanya pun menempel erat pada dada bidangnya.     

Gu Xiaoran mencoba menopang bahunya, berusaha ingin menjauhkan tubuhnya dari tubuh pria itu. Namun Mo Qing menggenggam pinggangnya dengan satu tangan dan menggenggam leher belakangnya dengan satu tangan yang lainnya, pria itu memegangnya dengan erat. Tubuhnya seolah benar-benar pas berada di dalam genggaman pria itu, dengan kain baju tidur tipis yang menutupi tubuhnya. Ketidakberdayaannya itu membuatnya panik seketika.     

Mo Qing menyandarkan kepalanya sambil menempelkan bibirnya di daun telinga Gu Xiaoran. Dihirupnya dalam-dalam aroma bersih dan menyegarkan dari tubuh gadis itu. Dapat dengan mudah ditebak jika gadis itu baru saja selesai mandi tadinya. "Aku telah tidur denganmu berulang kali. Jika kamu bukan wanitaku, lalu apa?" ucapnya dengan suara yang terdengar serak dan menantang. Tatapan matanya terlihat begitu dalam dan menghanyutkan.     

Wajah Gu Xiaoran memerah seketika. Napas hangat pada daun telinganya membuat tubuhnya seketika itu juga seolah merasakan sengatan listrik dan membuatnya terasa panas. Telinganya memang merupakan bagian yang sangat sensitif baginya.     

Pancaran mata Mo Qing terlihat meredup. Dia kini mulai sibuk menggigiti daun telinga Gu Xiaoran sambil sesekali menjilati bagian sensitif di belakang telinganya dengan lembut. "Aku sangat menyukai posisi semalam. Bagaimana jika kita melakukannya lagi malam ini?" bisiknya pada telinga gadis itu.     

Ekspresi wajah Gu Xiaoran berubah marah seketika. Dia memutar tubuhnya dan berusaha untuk menjauh dari makhluk yang menjijikkan itu. Namun gerakan itu justru membuat gairah Mo Qing tersulut. Sambil tersenyum sinis dia berkata, "Rupanya kamu sudah tidak mau menunggu sampai malam nanti ya? Baiklah."     

Gu Xiaoran merasakan napas Mo Qing yang mulai memburu. Tubuhnya membatu sejenak, dia tidak berani membuat gerakan sekecil apa pun yang dapat semakin memancing nafsu pria itu. "Aku ingin menghubungi ayahku," pintanya.     

Mendengar perkataan Gu Xiaoran, Mo Qing hanya menyahut dengan datar, "Masuk ke Perguruan Tinggi A."     

Gu Xiaoran tidak paham mengapa Mo Qing terus-terusan memaksanya untuk masuk ke Perguruan Tinggi A. "Bagaimana jika aku tidak diterima?" tanyanya. Hasil terbaru ujian sekolahnya begitu buruk, jadi dia sama sekali tidak yakin jika dirinya dapat diterima di perguruan tinggi tersebut.     

"Kalau begitu jangan harap untuk dapat bertemu dengan ayahmu lagi," sahut Mo Qing tidak peduli.     

"Atas dasar apa?" balas Gu Xiaoran tidak terima mendengar perkataan pria berkaki jenjang tersebut.     

"Atas dasar aku adalah Mo Qing," balas Mo Wing sambil membuka pintu dan menarik Gu Xiaoran turun dari helikopter.     

"Alasan macam apa itu?" sahut Gu Xiaoran tidak terima mendengar alasan tidak masuk akal seperti itu keluar dari mulut Mo Qing.     

"Tidak peduli kamu berpikir itu alasan yang masuk akal atau tidak. Masalah ini, akan diselesaikan dengan cara seperti itu," ujar Mo Qing dengan angkuh tanpa memedulikan keinginan Gu Xiaoran.     

Kemudian, Gu Xiaoran memalingkan wajahnya dengan marah. Ketika menoleh, di hadapannya terbentang sebuah vila mewah raksasa yang sebanding dengan istana. "Tempat apa ini?" tanyanya sambil mengernyitkan dahinya. Selalu dikatakan bahwa vila di Teluk Jinsha merupakan kawasan elit kelas atas, namun jika dibandingkan dengan tempat ini, vila tersebut terlihat bagaikan perumahan warga sipil biasa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.