Sentuhan Dendam Penuh Gairah

Wanitaku (2)



Wanitaku (2)

0"Nanwan," ucap Mo Qing singkat sambil menyeret Gu Xiaoran masuk ke dalam vila tersebut.     
0

"Jadi kamu adalah pemilik Pulau Nanwan?" tanya Gu Xiaoran dengan mata terbelalak saking terkejutnya.     

Pulau Nanwan merupakan pulau pribadi yang sangat dijaga keamanan dan keprivasiannya. Tidak ada orang yang diizinkan untuk mendekati pulau tersebut, kecuali orang-orang yang memang telah mendapatkan persetujuan dari pemiliknya. Hingga saat ini, tidak ada yang mengetahui siapa pemilik pulau itu, termasuk siapa yang tinggal di sana Karena terlalu misterius, berbagai macam rumor mengerikan bermunculan mengenai Pulau Nanwan tersebut.     

Mo Qing hanya mengangguk ringan menanggapi pertanyaan Gu Xiaoran tersebut. Dia tampak tidak tertarik untuk membahas hal lain saat ini. "Mulai hari ini, kamu harus tetap tinggal di pulau ini hingga kamu diterima di Perguruan Tinggi A. Jika kamu tidak diterima juga, maka kamu akan tua dan membusuk di pulau ini," tuturnya untuk menakut-nakuti gadis itu.     

"Jadi maksudmu kamu mau memenjarakan aku di sini?" sahut Gu Xiaoran dengan kesal.     

"Menurutmu?" balas Mo Qing sambil meliriknya sekilas.     

"Tetapi aku harus pergi ke sekolah untuk mengikuti pelajaran," balas Gu Xiaoran yang masih berusaha untuk menyelamatkan dirinya.     

"Selama ini nilai-nilaimu sudah begitu hancur. Tidak ada gunanya kamu pergi ke sekolah dan mengikuti kelas," kata Mo Qing sambil beranjak pergi.     

"Tuan Muda!" sapa beberapa orang terlihat berdiri tegak dengan rapi di kedua sisi pintu sambil memberi hormat kepada Mo Qing dengan serempak. Berdiri tepat di samping pintu adalah seorang pria paruh baya berusia sekitar lima puluhan. Wajahnya tampak menunjukkan bahwa dia adalah pria yang baik dan terlihat sabar.     

Mo Qing hanya mengangguk sekilas sambil menyeret Gu Xiaoran, lalu pergi menuju ke kamar tidur di lantai dua. Pria paruh baya itu tampak mengikuti di belakang mereka sambil membawa setumpuk buku-buku besar di tangannya. "Tuan Muda, ini buku-buku yang Anda pinta," ucapnya.     

"Taruh saja di situ," balas Mo Qing dengan singkat.     

Pria tua itu pun kemudian tampak meletakkan buku-buku tersebut di atas meja, berjalan mundur, lalu segera menutup pintu.     

Mo Qing melepaskan genggamannya dari tangan Gu Xiaoran, lalu duduk di kursi. Tanpa sedikit pun melirik ke arah tumpukan buku, dia mengulurkan tangannya dan meraih sebuah buku tulis, lalu meletakkannya di atas pahanya dan mulai menulis. Setelah beberapa saat kemudian, buku tulis tersebut telah dipenuhi oleh beberapa buah soal-soal.      

"Selesaikan pertanyaan-pertanyaan ini sebelum makan malam besok. Aku akan kembali dan memeriksanya. Jika ada jawaban yang salah, maka kamu akan dihukum. Jika tidak dapat menyelesaikannya, kamu juga akan dihukum," ujar Mo Qing tanpa mengalihkan pandangannya dari buku tulis tersebut.     

Setelah Mo Qing selesai menulis pertanyaan-pertanyaan tersebut, dia melemparkan buku itu ke atas meja dan menatap mata Gu Xiaoran lekat-lekat, lalu kembali berkata, "Lebih baik lagi jika kamu tidak mengerjakannya sama sekali." Ucapannya terdengar mencurigakan.     

"Memangnya hukuman apa yang akan aku terima jika aku tidak dapat mengerjakannya?" tanya Gu Xiaoran curiga.     

Tanpa menjawab pertanyaan Gu Xiaoran, Mo Qing meraih remote control dan menekan sebuah tombol. Tidak lama kemudian, muncul layar proyeksi besar berkualitas tinggi yang mirip dengan yang ada di kantornya. Kemudian, terlihat sepasang model dengan posisi aneh yang muncul pada layar proyeksi tersebut.      

Gu Xiaoran hanya melihatnya sekilas, namun wajahnya memerah hingga ke telinga seketika itu juga. Dia tidak dapat membayangkan bagaimana seseorang dapat melipat tubuhnya dengan begitu banyak gerakan aneh seperti itu. "Mesum!" serunya pada Mo Qing.     

"Bibi Xiang yang mengirimkannya padaku. Dia bilang, setiap posisi memiliki kenikmatan yang berbeda-beda. Jika kamu salah satu soal, maka kamu cukup mempraktikkan satu posisi saja. Namun jika semuanya salah atau kamu tidak mengerjakannya, maka kamu harus mempraktikkan posisi-posisi tersebut satu per satu. Gu Xiaoran, aku sangat tidak keberatan jika kamu menyerahkan kertas jawaban kosong padaku," kata Mo Qing sambil tersenyum licik.     

"Jadi maksudmu kamu ingin aku menyerahkan kertas jawaban kosong saja padamu?" tanya Gu Xiaoran dengan nada yang meninggi.     

"Oh, bagus kalau kamu mengerti," balas Mo Qing tersenyum senang.     

Wajah Gu Xiaoran memerah karena menahan marah. Dari mananya ingin aku diterima di Perguruan Tinggi A? Jelas-jelas hanya mencari alasan untuk dapat menindasku saja! Batinnya geram.     

Mo Qing kemudian meletakkan ponsel Gu Xiaoran di atas meja. Melihat ponselnya terbaring manis di sana, matanya sontak berbinar-binar. Bagaimanapun juga, saat ini yang dia butuhkan hanya ponselnya. Dengan begitu dia dapat menghubungi ayahnya dan mencari cara untuk keluar dari pulau tersebut, sehingga dia tidak perlu untuk berhadapan dengan iblis yang ada di depannya sekarang ini.     

Rupanya, Mo Qing menyadari ekspresi bersemangat Gu Xiaoran ketika melihat ponsel di atas meja. Ujung bibirnya terangkat dan membentuk sebuah senyum licik pada wajahnya. Barang kecil itu tidak akan berguna di sini, batinnya puas, lalu bangkit berdiri dan beranjak pergi.     

Gu Xiaoran melompat ke arah jendela dan menatap ke arah tubuh Mo Qing yang berjalan menjauh ke arah helikopter. Begitu memastikan pria itu menaiki helikopternya, dia segera berbalik dan meraih ponselnya. Sayangnya, tidak ada sinyal sedikit pun yang ditangkap ponselnya. Dia membeku sejenak sebelum akhirnya mencoba untuk mematikan dan menyalakan ulang ponselnya, namun tetap saja hasilnya nihil. Tidak ada sama sekali sinyal di pulau ini. Sungguh sulit baginya untuk percaya jika kediaman pribadi yang sangat mewah seperti ini bahkan tidak terjangkau oleh sinyal telepon sama sekali.     

Gu Xiaoran memegang ponselnya sambil berlarian mengelilingi setiap sudut rumah itu,  berlari keluar dan berjalan di sepanjang tepi pantai. Namun, dia tetap saja gagal menemukan sinyal. Wajahnya pun berubah menjadi muram. Tempat bobrok macam apa ini! Makinya dalam hati.     

"Ponsel dari luar tidak akan dapat menemukan sinyal di sini," ucap pria paruh baya yang berada di pintu masuk tadi. Entah sudah sejak kapan pria itu memperhatikan Gu Xiaoran berjalan ke sana kemari sambil memegang ponselnya.     

"Nama saya Zhuo An. Saya penanggung jawab vila ini. Tuan Muda memanggil saya Paman An," katanya pada Gu Xiaoran menjelaskan identitas sekaligus jabatannya di tempat ini hanya dalam beberapa kata.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.