Sentuhan Dendam Penuh Gairah

Lebih Tegas



Lebih Tegas

0"Paman An," ucap Gu Xiaoran menyapa pria paruh baya itu. Jika Mo Qing saja memanggilnya dengan sebutan Paman An, tentu saja dirinya juga tidak boleh sembarangan terhadap orang ini.     
0

"Nona Gu, angin malam akan segera datang. Di luar sini angin bertiup sangat kencang, jadi lebih baik segera masuk ke dalam agar tidak masuk angin," tutur Zhuo An dengan sopan.     

"Biarkan aku menggunakan ponsel paman sebentar saja, ya?" pinta Gu Xiaoran pada Paman An.     

"Maaf Nona, akan tetapi saya tidak mempunyai ponsel," balas Paman An.     

"Bagaimana mungkin?" Gu Xiaoran tidak dapat memercayai jika zaman sekarang masih ada orang yang tidak mempunyai ponsel.     

"Jadi begini, ketika bekerja di sini, kami memang tidak diperbolehkan menggunakan ponsel pribadi," jelas Paman An pada Gu Xiaoran.     

"Oh ternyata begitu," ucap Gu Xiaoran sambil mengangguk-anggukkan kepalanya dan mengikuti Paman An masuk ke dalam vila.     

Pria paruh baya itu kemudian membawanya langsung menuju telepon rumah di ruang tamu. Gu Xiaoran sedikit bersemangat setelah melihat sebuah telepon tanpa kabel berada di atas sebuah meja kecil. Namun nyatanya, telepon itu hanya dapat digunakan secara internal saja. Mendengar hal itu, dia pun kembali lemas, lesu dan tidak bersemangat lagi.     

"Lalu bagaimana jika ingin menghubungi saluran di luar pulau ini?" tanya Gu Xiaoran masih tidak putus asa.     

"Telepon di sini hanya dapat digunakan untuk panggilan internal saja," balas Paman An tidak benar-benar menjawab pertanyaan Gu Xiaoran.     

"Bagaimana mungkin?" sahut Gu Xiaoran terdengar tidak percaya. Jelas bukan Gu Xiaoran namanya jika berputus asa begitu saja. Dia mencoba mendesak Paman An lebih lagi karena dia tahu bahwa pasti ada cara untuk menghubungi orang-orang di luar pulau ini. Sangat tidak mungkin rasanya jika tidak mempunyai akses untuk menghubungi dunia luar. "Jadi bagaimana paman dapat berkomunikasi dengan dunia luar?"     

"Kami mempunyai saluran khusus, Nona," jawab Paman An setelah didesak terus menerus oleh Gu Xiaoran.     

Mendengar jawaban dari pria paruh baya itu, Gu Xiaoran terlihat tidak percaya sekaligus terpana. "Jadi maksud paman, terlepas dari saluran khusus itu, tempat ini terisolasi dari dunia di luar sana?" tanyanya memastikan. Namun, kali ini Paman An hanya mengangguk singkat sebagai tanda mengiyakan pertanyaannya.     

"Paman An, besok aku ada kelas yang harus aku ikuti di sekolah. Bisakah paman mengatur seseorang untuk mengirimku keluar sebentar?" tanya Gu Xiaoran lagi.     

Namun, ternyata Mo Qing telah menitipkan pesan pada pria paruh baya itu. "Tuan Muda meminta Nona Gu untuk cuti sekolah. Nona dapat belajar di sini dengan tenang tanpa gangguan," sahut Paman An.     

"Di sekolah saja aku tidak dapat belajar dengan baik. Apalagi jika harus belajar sendiri di sini. Bukankah itu hanya akan membuang-buang waktu saja?" ucap Gu Xiaoran tetap berusaha membujuk pria tua itu untuk membiarkannya keluar.     

"Nona Gu tidak usah khawatir tentang hal itu. Tuan Muda dulunya memiliki nilai kelulusan yang sangat luar biasa dalam segala bidang. Dengan bimbingan langsung dari Tuan Muda Mo, Nona Gu pasti akan dapat diterima di Perguruan Tinggi A," tutur Zhuo An yang tampak yakin. Terdengar nada bangga pada suaranya ketika mengucapkan hal itu.     

Gu Xiaoran tadinya tidak menimbulkan keributan karena dia takut jika hal itu membuat Mo Qing marah. Dan bisa jadi, tidak perlu menunggu besok, pria itu akan membuatnya mempraktikkan posisi-posisi menjijikkan yang dilihatnya tadi hari ini juga. Dia berpikir untuk menunggu pria itu pergi, maka dia akan segera dapat menghubungi ayahnya. Setelah itu barulah dia menemukan cara untuk pergi keluar dari pulau ini. Bahkan jika tidak menemukan cara untuk keluar dari pulau ini sekalipun, dia telah merencanakan untuk menghubungi polisi agar dapat membawanya keluar dari pulau ini. Namun ternyata apa yang dia pikirkan terlalu sederhana dan sama sekali tidak dapat dilakukan.     

Tempat ini bagaikan penjara mewah yang sepenuhnya terisolasi dari dunia luar. Bahkan jika dia meninggal di sini mungkin tidak akan ada orang yang tahu. Dan lagi, Paman An jelas bukanlah orang yang dapat dibujuk begitu saja. Tanpa persetujuan Mo Qing, pria paruh baya ini tidak akan mungkin membiarkan Gu Xiaoran keluar dari pulau ini. Mo Qing sialan! Bisa-bisanya kamu memenjarakanku tempat ini! Umpatnya karena kesal sejadi-jadinya.     

"Paman An, bisakah paman menggunakan saluran khusus saat ini? Aku ingin berbicara dengan Mo Qing," pinta Gu Xiaoran yang hampir gila dengan semua hal ini.     

"Tapi…" ucap Zhuo An ragu-ragu. Sepengetahuannya, Mo Qing memiliki rapat yang sangat penting saat ini. Menghubungi pria itu sekarang, tampaknya bukanlah sebuah ide yang baik.     

"Paman An, aku mempunyai penyakit jantung, jadi aku tidak boleh merasa panik dan cemas. Jika nanti terjadi apa-apa padaku, bagaimana paman akan menjelaskan pada Mo Qing?" kata Gu Xiaoran dengan wajah yang bersungguh-sungguh setelah melihat pria paruh baya itu nampak ragu-ragu untuk mengabulkan permintaannya.     

Mendengar ancaman Gu Xiaoran yang diucapkannya dengan lembut dan wajah memelas, membuat Zhuo An bingung apakah dia harus marah atau harus tertawa. Dia tahu benar jika sejak dulu Mo Qing tidak pernah membawa wanita datang ke Pulau Nanwan. Gu Xiaoran merupakan wanita satu-satunya yang pernah dibawa pria itu kemari. Ini menunjukkan bahwa wanita ini adalah orang yang sangat penting bagi tuan mudanya.     

Akhirnya, Zhuo An pun mengangkat gagang telepon, menekan serangkaian angka yang cukup panjang, menunggu beberapa detik, lalu menyerahkan telepon itu pada Gu Xiaoran. "Nona Gu, telepon Tuan Muda."      

Begitu Gu Xiaoran meletakkan telepon itu pada telinganya, seketika itu juga dia berseru keras di telepon. "Aku ingin keluar!"     

Namun, nyatanya pria di seberang telepon dengan tenang dan santai menjawab, "Jika kamu diterima di Perguruan Tinggi A, aku akan membiarkanmu keluar."     

"Mo Qing, aku tidak peduli apa alasanmu, tapi kamu tidak punya hak untuk memenjarakan aku di sini. Entah kamu segera kembali untuk membawaku keluar atau kamu membiarkan orang lain untuk mengirimku keluar," ucap Gu Xiaoran dengan ketus.     

"Aku sedang sibuk sekarang," jawab suara dari seberang sana dengan singkat, padat dan jelas.     

Gu Xiaoran begitu kesal hingga hampir muntah darah rasanya. "Kalau begitu kamu dapat bersiap-siap untuk menjemput mayatku besok!" balasnya dengan tegas.     

Mendapati Gu Xiaoran yang tidak seperti biasanya, Mo Qing merasa cukup aneh dan bingung. "Gu Xiaoran, tidak biasa-biasanya kamu seperti ini," katanya yang menyadari perbedaan pada gaya bicara gadis itu.     

"Aku yang biasanya terlalu lembek. Sekarang aku ingin lebih tegas padamu saat ini," ucap Gu Xiaoran bersungguh-sungguh.     

Mendengar hal itu, Mo Qing bukannya merasa sedikit takut, dia malah terdengar senang dan bersemangat. "Oh! Bagus kalau begitu. Perlu ada perubahan dalam diri sesekali," katanya, lalu dia langsung menutup telepon setelah menyelesaikan kalimatnya. Dia belum pernah melihat orang yang lebih takut mati dibandingkan dengan Gu Xiaoran. Walaupun di luaran sana ada banyak orang yang bunuh diri dengan mudahnya, namun dia sangat yakin jika gadis itu tidak mungkin melakukan hal tersebut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.