Sentuhan Dendam Penuh Gairah

Dikurung (1)



Dikurung (1)

0Kemudian, Gu Xiaoran kembali ke kamar dan melemparkan tubuhnya ke atas ranjang besar. Dia benar-benar tidak suka perasaan terkurung seperti ini. Dia sungguh merasa tertekan. Tiba-tiba, pintu kamarnya terdengar diketuk oleh seseorang.      
0

"Nona Gu..." panggil Paman An dari luar kamarnya.      

Gu Xiaoran pun segera melompat bangkit berdiri, merapikan baju tidurnya dan segera berjalan untuk membuka pintu. Ketika pintu terbuka, Paman An terlihat berdiri di sana sambil memegang sebuah kotak besar di tangannya. Dia menyerahkan kotak tersebut pada gadis itu dan berkata, "Ini dari Tuan Muda."     

Gu Xiaoran tidak tahu apa isi kotak tersebut, dia hanya menerimanya, lalu membuka isinya. Rupanya, sehelai baju terusan indah terletak dengan manis di dalam kotak tersebut. Seketika itu juga dia merasa malu karena teringat bahwa seharian ini dia telah ke sana kemari dengan baju tidur yang dikenakannya saat ini.     

"Selain itu, Tuan Muda mengatakan bahwa jika Nona Gu dapat menyelesaikan soal-soal itu lebih awal dan semua pertanyaan itu dapat dijawab dengan benar, maka Nona dapat meninggalkan pulau besok," imbuh Zhuo An menyampaikan pesan dari Mo Qing.     

Aku boleh keluar? Batin Gu Xiaoran dengan ragu. Namun dia tidak mau banyak berpikir dan berbicara lagi. Dia tiba-tiba menjadi bersemangat, kemudian meletakkan kotak berisi baju terusan itu di tempat tidur dan duduk dengan tegak di depan meja belajarnya. Dia meraih soal-soal pertanyaan dari Mo Qing itu dan mulai membacanya satu per satu.     

Melihat hal itu, Zhuo An segera menutup pintu dengan perlahan karena  tidak ingin mengganggu Gu Xiaoran menyelesaikan pekerjaan rumahnya.     

Mo Qing dan ayah Cheng Xiaoyue adalah teman seperjuangan ketika di militer. Dan karena alasan khusus, pria itu pernah tinggal di rumah Cheng Xiaoyue untuk sementara waktu. Di rumah itulah Gu Xiaoran mengenalnya.     

Mo Qing tidak tumbuh di kota ini ketika dia masih kecil. Setelah datang kemari, dia langsung masuk sekolah menengah pertama. Hanya dalam waktu setengah tahun, dia telah mendapatkan peringkat tertinggi di dunia. Hal itu memungkinkannya untuk melompat ke Perguruan Tinggi A. Ditambah lagi, dia berhasil menamatkan kuliahnya di Harvard dengan gelar ganda yaitu hukum dan manajemen bisnis.     

Seorang siswa dengan prestasi luar biasa dan ketampanan yang tak kalah luar biasanya juga itu, membuat Gu Xiaoran diam-diam memiliki hati pada Mo Qing. Dia menyukainya, namun pria itu begitu di luar jangkauannya. Hal itu membuatnya belajar dengan keras agar tidak dipandang rendah oleh pria itu. Sebenarnya, riwayat prestasinya sebelumnya juga boleh dibilang cukup bagus. Namun, baru-baru ini keluarganya mengalami serangkaian musibah yang membuatnya tidak dapat berkonsentrasi sama sekali untuk belajar, dan tentu saja hal itu membuat nilai-nilainya menurun drastis.     

Soal-soal pertanyaan yang diberikan Mo Qing memang cukup sulit dan beberapa pertanyaan menjebak juga ditemui oleh Gu Xiaoran. Namun, dia masih dapat mengatasi soal-soal tersebut. Hanya saja, ketika dia berhasil menyelesaikan seluruh soal-soal tersebut, fajar sudah terlebih dahulu menyingsing. Penanya terjatuh ke lantai, sedangkan dia terlihat tertidur di atas meja.     

Ketika Mo Qing kembali, dia melihat Gu Xiaoran yang tertidur di meja dengan lembaran-lembaran soal jawabannya. Gadis itu terlihat sangat penurut ketika dia sedang tidur. Sangat manis dan menyenangkan. Dia tiba-tiba teringat ketika berusia 18 tahun, dirinya dikirim ke Kota Han untuk menjalankan misi. Ayahnya berada di negara lain saat itu. Lalu, untuk menyembunyikan identitasnya, dia tinggal di rumah Cheng Xiaoyue untuk sementara waktu.     

Rumah Gu Xiaoran dan Cheng Xiaoyue hanya berseberangan jalan. Keduanya juga memiliki hubungan persahabatan yang begitu baik, sehingga mereka sering menghabiskan waktu bersama sepanjang hari.     

Cheng Xiaoyue merupakan gadis yang cengeng, sedangkan Gu Xiaoran merupakan gadis yang penurut dan cenderung penakut. Akan tetapi, ketika Cheng Xiaoyue diganggu oleh anak-anak nakal, tidak disangka-sangka justru Gu Xiaoran lah yang berdiri di depan sahabatnya itu. Padahal jelas-jelas dia sendiri sangat ketakutan, namun dia tetap melindungi sahabatnya seperti landak kecil. Setiap kali melihatnya, entah kenapa Mo Qing merasa bahwa Gu Xiaoran sangat imut dan menawan.     

Ketika terpikirkan akan hal ini, Mo Qing secara tidak sadar telah mengulurkan tangannya hendak menyentuh wajah Gu Xiaoran yang lembut bagaikan pantat bayi. Namun tepat ketika dia akan menyentuh kulit lembut itu, perhatiannya teralih pada lembaran-lembaran jawaban yang berserakan di sekitar gadis itu. Dia meraih kertas-kertas itu dan merapikannya. Lembaran-lembaran kertas itu memang terlihat kusut dan berantakan, namun pertanyaan-pertanyaan itu jelas dijawab dengan baik olehnya. Sangat terlihat betapa kerasnya gadis itu berusaha untuk menyelesaikan soal-soal tersebut. Untuk dapat keluar dari pulau ini, gadis itu ternyata mengerahkan seluruh kemampuan yang dia miliki.     

Mo Qing meletakkan kertas-kertas itu di atas meja dengan rapi. Setelahnya, dia membungkuk untuk menggendong tubuh Gu Xiaoran dan meletakkannya di atas tempat tidur dengan berhati-hati. Setiap gerakan dilakukannya dengan begitu lembut agar jangan sampai membangunkan gadis itu.     

Mo Qing membalikkan tubuhnya dan melihat Zhou An berdiri di depan pintu sambil menatapnya bingung. Tanpa memedulikan pria paruh baya itu, dia berjalan keluar, menutup pintu dan pergi ke ruang latihan tembak tanpa sepatah kata apa pun. Sementara Zhuo An diam-diam mengikutinya dari belakang. Dilihatnya pemuda itu mengenakan penutup telinga, mengambil pistol dan menembak ke arah target sasaran.     

Mo Qing memang memiliki kemampuan menembak yang cukup baik. Jika tangannya memegang pistol, maka hanya ada dua kemungkinan. Dia ingin membunuh orang atau dia ingin meredakan emosinya.     

Kini, Mo Qing telah mengakhiri perdagangan ilegal yang dulunya menjadi makanan sehari-harinya. Jadi saat ini dia tidak perlu lagi mengotori tangannya dengan membunuh orang. Itu artinya, jika tangannya memegang senjata saat ini, itu adalah untuk meredakan emosinya saja. Semakin cepat dan banyak tembakan-tembakan yang dilepaskannya, berarti semakin buruk juga suasana hatinya saat itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.