Sentuhan Dendam Penuh Gairah

Dimakan Hingga Tidak Ada Tulang yang Tersisa



Dimakan Hingga Tidak Ada Tulang yang Tersisa

0Gu Xiaoran buru-buru melangkah mundur, tetapi dengan cepat Mo Qing memegang pinggang Gu Xiaoran. Secara refleks, Gu Xiaoran menahan dada Mo Qing supaya bisa menjaga jarak darinya.      
0

Mo Qing menundukkan kepalanya dan melihat sebuah tangan kecil yang menopang dadanya. Kemudian, dia mendekati telinga Gu Xiaoran dan berbisik, "Kalau masih pegang, kamu akan bermain api, apakah kamu bersedia memadamkan apiku?" Suaranya terdengar sangat menggoda.     

Gu Xiaoran tersedak dan buru-buru menarik kembali tangannya.     

Kemudian Mo Qing mengambil kesempatan ini untuk melangkah maju, kedua tangannya menopang di pegangan lift, dan mengurung Gu Xiaoran di dalam pelukannya. Seketika suasana menjadi sedikit panas.     

Gu Xiaoran merasa tidak dapat bernapas dengan lega, dia sebisa mungkin berusaha menjauhkan badannya dari Mo Qing.     

Tiba-tiba, terdengar suara ponsel berbunyi. Dengan tergesa-gesa Gu Xiaoran mengeluarkan ponselnya lalu melihat layar ponselnya. Dia dengan tidak tenang melihat Mo Qing sekilas, lalu mengangkat panggilan teleponnya, "Tianlei."     

Seketika raut wajah Mo Qing langsung berubah menjadi suram. Pria yang setiap hari bersama Gu Xiaoran? Batin Mo Qing.      

"Gu Xiaoran, kamu di mana?" Terdengar suara Gu Tianlei dari ujung telepon.     

Mo Qing tertawa dingin. Tidak memanggil Kakak Perempuan dan langsung memanggil nama lengkapnya? Anak ini pasti punya perasaan lain terhadap Gu Xiaoran. Batin Mo Qing.      

"Aku di…" Gu Xiaoran langsung melihat wajah Mo Qing yang tampak sangat menakutkan seperti monster. Kalau Tianlei tahu aku sedang di hotel bersama Mo Qing, dia pasti akan marah. Batin Gu Xiaoran. Kemudian dia pun menjawab, "Aku di luar sedang ada urusan."     

Mo Qing mengangkat alisnya, tiba-tiba dia mendorong dan menahan tubuh Gu Xiaoran hingga menempel pada dinding lift. Gu Xiaoran pun terkejut dan tanpa bersuara Gu Xiaoran memberikan isyarat pada Mo Qing untuk segera melepaskan dirinya.     

Akan tetapi, Mo Qing malah menundukkan kepalanya, dan mencium Gu Xiaoran. Kemudian dia menjulurkan lidahnya ke dalam mulut Gu Xiaoran. Gu Xiaoran ketakutan setengah mati.     

Gu Tianlei mendengar suara Gu Xiaoran yang terengah-engah di ujung ponsel, sehingga dia pun bertanya dengan ragu, "Gu Xiaoran, kamu sedang bersama siapa?"     

Gu Xiaoran ketakutan sampai raut wajahnya menjadi pucat. Dia juga tidak berani bergerak, karena takut akan mengeluarkan suara yang aneh. Ketika terdengar suara Gu Tianlei dari ujung ponsel, dia dengan kuat mendorong bahu Mo Qing, dan mencoba menghentikan aksinya.     

Satu panggilan saja sudah membuatnya gelisah sampai seperti ini? Batin Mo Qing.      

Emosi di dalam dada Mo Qing tiba-tiba menyala tanpa terkendali. Mo Qing menatap Gu Xiaoran dengan sorot mata yang dingin. Dia tidak peduli, dan terus menekan Gu Xiaoran, lalu menciumnya lebih ganas.     

Ketika Gu Tianlei tidak mendengar respon dari Gu Xiaoran, dia semakin merasa gelisah, "Gu Xiaoran, kamu kenapa? Kamu di mana?"     

Gu Xiaoran tidak bisa mengeluarkan suara sama sekali. Dia sangat gelisah dan juga ingin marah. Dia ingin sekali menendang Mo Qing keluar dari lift.     

Ketika melihat Mo Qing, Gu Xiaoran merasa seperti hampir saja tidak bisa bernapas dan rasanya ingin pingsan. Mo Qing baru saja menghentikan tindakannya, namun dia tetap tidak melepaskan Gu Xiaoran dari pelukannya. Mo Qing melihat kedua mata Gu Xiaoran dengan tatapan yang tajam. Kemudian dengan lembut dia memegang bibir Gu xiaoran dan perlahan mulai mencium bibirnya.     

"Gu Xiaoran, kalau kamu masih tidak bersuara lagi, aku akan lapor pada polisi!" Suara Gu Tianlei terdengar sangat cemas dari ujung telepon.     

"Tidak apa-apa, aku sedang sibuk..." Gu Xiaoran buru-buru mengambil ponselnya, diam-diam dia melihat Mo Qing, dan menyadari bahwa saat ini wajahnya terasa sangat panas, "Aku masih ada urusan. Aku akan menutup telepon dulu. Kalau ada waktu, aku baru meneleponmu lagi."     

"Gu Xiaoran…"     

Gu Xiaoran takut jika Gu Tianlei masih terus bertanya, sehingga dia dengan cepat mengakhiri panggilan teleponnya. Ketika melihat ekspresi wajah Mo Qing yang dingin, Gu Xiaoran merasa ketakutan dan dia pun mulai waspada.     

Begitu pintu lift terbuka, Mo Qing melangkah mundur dan menyeret Gu Xiaoran keluar dari lift. Saat ini mereka berdua sedang berada di lantai ruang VIP. Begitu keluar dari lift, mereka dapat melihat dua kamar masing-masing terletak di bagian kiri dan kanan.     

Di kedua koridor masing-masing ada pilar. Di antara kedua pilar tersebut tergantung sebuah lukisan cat minyak karya pelukis yang terkenal, lukisan itu terlihat sangat mewah.     

Kamar yang semakin mewah, maka akan semakin sedikit orang yang mondar-mandir di sana, dan suasananya juga lebih tenang.     

Begitu pintu kamar tertutup, Gu Xiaoran merasa seolah-olah dia benar-benar tidak dapat keluar. Hanya bisa memanggil langit, namun langit tidak merespon. Memanggil tanah, namun tanah juga tidak merespon.     

Kini Gu Xiaoran mulai panik, dia berusaha melepaskan diri dari tangan Mo Qing yang besar itu, "Lepaskan aku, aku tidak bisa bergerak." Teriak Gu Xiaoran.      

Mo Qing hanya diam dan tidak bersuara, ekspresi wajahnya tampak sangat dingin. Dia memegang tangan Gu Xiaoran lebih erat, dan mempercepat langkahnya untuk masuk ke kamar suite yang ada di sebelah kiri. Setelah masuk ke dalam kamar tersebut, tiba-tiba terdengar suara pintu kamar terkunci.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.