Sentuhan Dendam Penuh Gairah

Kesalahpahaman Besar



Kesalahpahaman Besar

"Namanya Gu Xiaoran!" Mo Qing membantu Gu Xiaoran menjawab pertanyaan dari Neneknya.     

"Cantik sekali, namanya juga enak didengar, aku suka." Xie Baoling tersenyum.     

"Bibi..." Suasana hati Xie Baoling cepat sekali berubah daripada membolak-balikkan halaman buku, Gu Xiaoran sedikit merasa aneh, kemudian dia memanggilnya dengan sopan.     

"Bibi?" Xie Baoling tertawa, "Anak ini sungguh manis, tetapi kamu harus memanggil aku, Nenek."     

"Aku..." Gu Xiaoran tertegun sambil melihat wanita cantik yang ada di depannya itu. Kalau memanggil dia Nenek berarti sama saja aku mengaku bahwa memiliki hubungan lebih dengan Mo Qing? Batin Gu Xiaoran.     

"Nak, mari duduk dekat Nenek sini." Xie Baoling melambaikan tangannya, dan memberi isyarat kepada Gu Xiaoran untuk duduk di sampingnya sambil memukul pelan sofa di samping tempatnya duduk.     

Gu Xiaoran melihat Mo Qing, yang tidak memberi isyarat apapun. Gu Xiaoran tidak terbiasa dengan sikap Xie Baoling yang ramah padanya. Dengan terpaksa akhirnya dia pun duduk di dekat Xie Baoling dengan hati-hati.     

Ketika melihat tatapan Mo Qing tertuju padanya, Gu Xiaoran merasa tidak nyaman seperti ada jarum suntik yang menusuknya.     

Xie Baoling memegang kedua tangan Gu Xiaoran yang kecil, kemudian dia kembali memandang seluruh badan Gu Xiaoran dari ujung rambut hingga ujung kaki. Xie Baoling merasa puas dan dia pun berkata, "Aku adalah Neneknya Qingqing, kamu sudah punya anak darinya, cepat lambat kamu harus memanggilku Nenek, bukan?"     

"Apa?"     

"Anak apa?"     

Gu Xiaoran dan Mo Qing menjawab bersamaan.     

Masih ingin membohongiku? Batin Xie Baoling.      

Xie Baoling memelototi Mo Qing, kemudian dia melihat ke arah perut Gu Xiaoran dan tertawa, "Tadi aku sudah melihat Xiaoran muntah, masih mau membohongi Nenek?"     

Raut wajah Mo Qing seketika langsung menjadi jelek, kemudian dia langsung melihat Gu Xiaoran. Jangan-jangan tadi muntah karena dia sedang hamil? Tanya Mo Qing dalam benaknya.     

Diam-diam Xie Baoling melihat ekspresi Mo Qing. Dasar anak berandal ini, dia tidak membantah itu berarti menandakan bahwa dia memang memiliki hubungan lebih dengan Gu Xiaoran. Xie Baoling kembali melihat Gu Xiaoran dan semakin menyukai gadis itu.     

Seketika, wajah Gu Xiaoran langsung menjadi merah, "Anda jangan salah paham, aku muntah karena mabuk perjalanan bukan karena hamil."     

"Anak yang baik, kamu jangan takut. Si brengsek Mo Zhenzhong itu sudah berjanji dengan Nenek bahwa anak pertama Qingqing akan menjadi milik Nenek dan Nenek sendiri yang akan menjaganya. Tenang saja, ada Nenek di sini, tidak ada orang lain yang akan mengganggumu."     

"Anda sudah salah paham, sungguh aku benar-benar tidak hamil."     

"Tadi kamu muntah, dan Qingqing juga memberimu sebotol air mineral. Kalau kamu tidak hamil mengapa dia begitu khawatir padamu?"     

Mo Qing menggerakkan mulutnya dan mulai menjelaskan, "Nenek, Apa Nenek bisa untuk tidak berpikir terlalu jauh? Dia muntah-muntah, lalu aku memberinya sebotol air mineral, mengapa bisa mengatakan bahwa dia hamil?"     

"Bagaimana cara orang lain memandangmu, aku tidak tahu. Tetapi aku tahu kamu bukan orang yang mudah peduli dengan gadis lain. Kalau kamu tidak suka, meskipun gadis ini muntah sampai mati pun kamu juga tidak akan meliriknya sedikit pun, jadi mana mungkin memberikan sebotol air mineral?"     

"Dia benar-benar hanya memberikan aku sebotol air mineral saja, dan tidak bermaksud lain. Sebenarnya dia adalah orang yang baik, ketika di SMP dia setiap hari menemani Xiaoyue berlari santai. Jika Cheng Peini datang, dia juga menemaninya..." Tiba-tiba Gu Xiaoran merasa sakit hati, sebenarnya selain pada dirinya sendiri, Mo Qing selalu bersikap baik dengan semua orang.     

"Cheng Xiaoyue?" Xie Baoling menyipitkan kedua matanya, "Apakah Qingqing dan Cheng Xiaoyue sering menganggumu?"     

"Tidak, tidak! Xiaoyue adalah teman satu kelas denganku dan dia juga sahabatku." Gu Xiaoran semakin berusaha menjelaskan, penjelasannya semakin tidak jelas. Kalau begini terus, dia tidak tahu kelanjutan cerita ini akan seperti apa. Kemudian, dia melirik Mo Qing untuk meminta bantuan padanya menjelaskan pada Nenek.     

Ketika melihat ekspresi Gu Xiaoran yang gelisah sampai mau menangis, Mo Qing malah tidak ingin menjelaskan.     

Mo Qing memiringkan badannya dan bersandar di sofa. Dia menatap Gu Xiaoran sambil menertawakannya, "Apakah memanggil Nenek saja begitu sulit ya?" Kalimat yang diucapkan Mo Qing seolah menyalahkan Gu Xiaoran, namun nadanya terdengar manja, sehingga membuat orang lain yang mendengarnya merasa ucapan Mo Qing ini terdengar ambigu.     

Gu Xiaoran hampir ingin muntah darah saat mendengar Mo Qing bertanya seperti itu kepadanya. Dasar anak brengsek, di saat begini masih sempat-sempatnya bicara seperti ini. Jelas-jelas ucapannya itu sama seperti menambah seember minyak ke dalam api. Batin Gu Xiaoran.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.