Sentuhan Dendam Penuh Gairah

Pemerkosaan Berencana



Pemerkosaan Berencana

0"1 Yuan untuk panggilan telepon dan 1 Yuan lagi untuk naik bus. 2 Yuan saja sudah cukup. Terima kasih," ucap Gu Xiaoran mengambil dua keping uang koin dari tangan Ding Jian.     
0

"Tapi, Tuan Muda Mo telah menyediakan mobil untuk Nona Gu," sahut Ding Jian dengan cepat. Dia takut kalau dirinya akan terkena semprot oleh bosnya itu jika membiarkan Gu Xiaoran pergi begitu saja.     

Gu Xiaoran hanya melirik sekilas dan berkata sambil berlalu pergi, "Tidak perlu. Aku sedang ingin berjalan sendiri."     

Melihat gerak-gerik Gu Xiaoran yang tampak tidak dapat dibujuk lagi, Ding Jian tidak lagi bersikeras dan segera membukakan pintu ruangan sekretaris tersebut dan mengantarkannya keluar. Suasana kantor Imperial Group terasa begitu serius dan hening. Tidak ada orang yang berani menoleh atau berbisik sembarangan. Semuanya tampak serius dengan pekerjaannya masing-masing.     

Gu Xiaoran yang ditemani oleh Ding Jian, menaiki lift menuju ke lantai bawah. Ketika keduanya berjalan ke pintu utama gedung tersebut, setiap orang yang berpapasan dengannya terlihat menunduk dan tersenyum sopan atau hanya sekedar membungkukkan tubuh untuk memberi hormat. Tidak ada seorang pun yang melihatnya dengan tatapan merendahkan atau semacamnya. Hal ini membuatnya mengembuskan napas lega.     

***     

Di sebuah kafe bernuansa barat…     

Gu Xiaoran menatap wanita paruh baya yang duduk di hadapannya. Wanita itu mengulurkan tangannya untuk meletakkan sebuah tas kertas di atas meja. "Pakaian Nona Gu telah dicuci bersih. Barang-barang yang ada di dalam saku juga tidak ada yang berkurang. Mohon diperiksa  terlebih dahulu," ucap Bibi Xiang terdengar ramah.     

Pagi-pagi sekali, Bibi Xiang menerima sejumlah uang dengan nominal yang cukup besar dari Imperial Group. Itu artinya, Mo Qing pasti merasa puas dengan pengaturannya semalam. Mengetahui hal itu, jelas dirinya tidak berani untuk bersikap tidak sopan pada gadis yang dapat menarik perhatian pria seperti Mo Qing.     

Gu Xiaoran meraih sakunya dan mengeluarkan sebuah USB sambil berkata dengan tegas, "Di dalam sini, terdapat video CCTV bukti ketika Anda mengirimku ke kantor Imperial Group. Dengan ini, saya dapat menuntut Anda."     

Bibi Xiang yang sudah terbiasa dengan ancaman-ancaman seperti ini, hanya tersenyum kecil. Tidak tampak rasa takut sedikit pun pada wajahnya. "Saya hanya dipercayakan untuk mengantar Nona Gu ke kantor Tuan Muda Mo saja. Mengapa Anda mau menuntut saya?" tanyanya dengan santai.     

"Anda sudah menculik saya dan terlibat dalam tindakan pemerkosaan berencana," ucap Gu Xiaoran ketus.     

"Begitu ya? Kalau begitu, kira-kira Nona Gu akan menuntut tunangan Anda, Han Ke atau Tuan Muda Mo dari Imperial Group?" balas Bibi Xiang balas menantang.     

"Siapa yang akan saya tuntut, itu bukan urusan Anda," jawab Gu Xiaoran dengan dingin.     

"Kalau begitu, Anda dapat menuntut mereka terlebih dahulu, baru kita bicarakan lagi tentang letak kesalahanku," balas Bibi Xiang sambil tersenyum licik. Dia tampak tidak takut sama sekali atas gertakkan Gu Xiaoran.      

Seorang gadis yang menjual dirinya kepada Han Ke untuk melunasi hutang-hutang ayahnya, sekarang berniat untuk menuntut tunangannya sendiri? Apakah itu masuk akal? Cibir Bibi Xiang di dalam hati.     

"Siapa yang menyuruh Anda? Mo Qing atau Han Ke?" tanya Gu Xiaoran dengan tatapan menyelidik.     

"Han Ke," jawab Bibi Xiang singkat. Ketika dirinya mengetahui Han Ke bertunangan, dia mendengar bahwa Mo Qing mengundang semua selebriti papan atas untuk memeriahkan acara pertunangan tersebut. Selain itu, Lin Yizhi juga secara pribadi datang dan menyerahkan hadiah yang ternyata merupakan sebuah vila mewah di Teluk Jin Sha langsung kepada Gu Xiaoran.      

Namun baru dua hari setelah bertunangan, Han Ke malah mengirimkan Gu Xiaoran pada Mo Qing. Dapat jelas terlihat bahwa gadis itu adalah orang yang disukai oleh bos besar Imperial Group. Ramai dikabarkan bahwa Mo Qing merupakan pria yang romantis dan banyak memikat hati wanita. Bahkan konon katanya, setiap hari selalu ada saja gadis-gadis yang menjadi gila dan bunuh diri karenanya.     

Namun kenyataannya, hanya orang-orang yang berada di sekitarnya saja yang tahu bagaimana Mo Qing sebenarnya. Dia hanyalah seorang pria dingin dan keras kepala bagaikan batu. Dia bahkan tidak mau menyentuh wanita mana pun. Entah sudah berapa banyak wanita yang dikirimkan untuknya, namun tidak satu orang pun yang pernah melihat seperti apa paras pria itu. Entah disuruh kembali secara langsung atau diberikan untuk melayani orang lain.     

Tadi malam, ketika Lin Yizhi mengizinkannya untuk membawa Gu Xiaoran masuk ke ruangan Mo Qing, Bibi Xiang langsung tahu bahwa gadis ini bukan gadis biasa. Terang saja, Gu Xiaoran merupakan wanita pertama dan satu-satunya yang diterima oleh Mo Qing.     

"Bukan Mo Qing?" tanya Gu Xiaoran memastikan sekali lagi.     

"Saya hanya tahu bahwa orang yang menyuruhku adalah Han Ke. Untuk lebih jelasnya, saya rasa Anda tidak seharusnya bertanya pada saya," balas Bibi Xiang menjawab pertanyaan Gu Xiaoran.     

Gu Xiaoran sangat membenci Bibi Xiang karena telah membuktikan bahwa kecurigaannya terhadap Mo Qing menjadi tidak beralasan. Namun dia tahu bahwa wanita tua ini hanya merupakan orang suruhan saja, tidak ada gunanya untuk terus ribut dengan orang seperti ini.     

"Pelayan, bill" ucap Gu Xiaoran sambil mengangkat tangannya.     

Tidak lama kemudian, pelayan datang membawa struk tagihan dan meletakkannya di meja. Bibi Xiang dengan cepat meraih kertas kecil itu dan berkata, "Secangkir kopi ini biar aku yang mentraktir Anda."     

Gu Xiaoran yang mendengar perkataan Bibi Xiang, tetap tidak peduli. Dia merogoh kantongnya dan meraih sejumlah uang, lalu meletakkannya di atas meja. "Bayar sendiri-sendiri saja!" ucapnya ketus, lalu berjalan dan meninggalkan wanita tua itu seorang diri.     

Benar-benar gadis dengan sifat yang menarik. Pantas saja Tuan Muda Mo bisa tertarik padanya, Gumam Bibi Xiang dalam hati sambil memerhatikan punggung Gu Xiaoran yang berjalan menjauh dan tersenyum kecil.      

***     

Kantor perusahaan Xinhe berada di lantai 3 sebuah gedung perkantoran komersial. Gu Xiaoran menghubungi Han Ke dengan menggunakan telepon umum di pinggir jalan, kemudian menunggu tunangannya itu di pintu masuk samping gedung tersebut.     

Ketika sedang menunggu Han Ke menemuinya, hati Gu Xiaoran serasa begitu ingin memaki dan memarahi pria itu nantinya. Namun dia menghirup napas dalam-dalam dan menenangkan dirinya. Dia tahu jelas bahwa memaki orang seperti itu adalah sia-sia dan tidak ada gunanya. Dia hanya ingin menyelesaikan permasalahan antara dirinya dan pria itu dengan tenang. Serta membuat pria itu berhenti untuk mengancam dirinya dan ayahnya lagi.     

Begitu Han Ke muncul dari lobi, tanpa menunggu Gu Xiaoran membuka mulut, dia sudah terlebih dahulu bersiap melayangkan tamparannya pada wajah gadis itu. "Dasar perempuan jalang!" makinya dengan mata penuh amarah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.