Sentuhan Dendam Penuh Gairah

Jangan Menguji Batas Kesabaranku



Jangan Menguji Batas Kesabaranku

0Gu Xiaoran tidak dapat menggerakkan tubuhnya karena tangan Mo Qing terlalu kuat menahannya. Satu-satunya hal yang dapat terlihat oleh matanya hanyalah kain halus dari kemeja pria itu, yang dibuat oleh tangan para perancang ternama. Dia memang tidak bisa melihat apa yang sedang terjadi saat itu, akan tetapi teriakan histeris Han Ke barusan membuat seluruh komponen di tubuhnya, menegang seketika. "Mo Qing, apa yang kamu lakukan?!" tanyanya dengan cemas.     
0

Mo Qing menyisihkan pisau militer itu dan perlahan-lahan menyeka darah dari pisau tersebut di bahu Han Ke. "Jangan menguji batas kesabaranku," ucapnya tanpa ekspresi.     

Sewaktu dirinya masih berada di Thailand, dia harus berurusan dengan para mafia jalanan setiap harinya. Saling memperebutkan daerah kekuasaan, bukanlah hal baru baginya. Bahkan, di usianya yang baru tiga tahun, dia sudah harus mengikuti pelatihan bertahan hidup. Di usianya yang ke-5, dia dikirim keluar dari markas untuk mulai melakukan berbagai misi berbahaya. Setiap misi yang dia lakukan setiap harinya sangat mengancam nyawanya, Berhati lembut sedikit saja, dapat membuat dirinya mati. Suatu hari, organisasi itu harus disembunyikan karena sesuatu hal. Sehingga, orang-orang yang tersisa dan masih bertahan hidup, satu per satu meninggalkan organisasi tersebut.      

Tidak sampai dua tahun menjalani hidup yang tenang, perusahaan ayahnya, Imperial Group, malah mengalami masalah besar. Hal itu mengakibatkan Mo Qing terpaksa harus melarikan diri ke Thailand dan menjalani kehidupan yang keras seperti dulu. Setiap hari dia harus berurusan dengan segala mafia-mafia yang saling merebut daerah kekuasaan dengan menghalalkan cara apa pun. Dirinya yang melewati berbagai hal itu, bagaimana mungkin memiliki hati yang lembut?     

Jika dulunya Mo Qing tidak melakukan apa-apa terhadap Han Ke, itu bukan karena dia tidak berani untuk melakukannya. Semuanya semata-mata hanya karena dia merasa perlu untuk melangkah sampai sejauh itu. Namun ketika dia merasa perlu untuk mengambil langkah pada pria itu, dia tidak akan ragu untuk melakukannya.     

Han Ke tengah menatap lubang di tangannya yang mengeluarkan darah segar yang begitu banyak. Akhirnya dia tersadar betapa mengerikannya pria yang ada di hadapannya ini. Dia memegangi tangannya yang terluka dan menatap Mo Qing takut-takut. "Ka… Kamu… Apa yang kamu inginkan?" tanyanya berhati-hati.     

"Oh, aku suka berurusan dengan orang pintar," sahut Mo Qing melirik seorang pria yang berdiri tidak jauh dari tempatnya berdiri. Tidak lama kemudian, Pengacara Wang melangkah maju, membuka tas kerjanya dan mengeluarkan surat pencabutan kesepakatan.     

Han Ke memandang Gu Xiaoran yang terhalang oleh tubuh Mo Qing dan menggertakkan giginya menahan amarah. Dasar pelacur! Bisa-bisanya meminta Mo Qing untuk melakukan hal ini! Umpatnya dalam hati.     

Mo Qing hanya menatap Han Ke dengan santai. Tidak tampak ada perubahan sedikit pun pada ekspresinya.     

Han Ke menyadari bahwa kertas tersebut berisi surat pencabutan kesepakatan. Dia dapat menandatangani surat tersebut atau walaupun dia tidak ingin menandatanganinya, dia tahu dirinya harus tetap menandatangani surat tersebut. Dalam sekejap, dia merasa bahwa Mo Qing benar-benar seperti iblis yang datang dari lubang neraka. Segala kepercayaan diri yang dia miliki di hatinya, bagaikan runtuh dan hancur berkeping-keping. Dengan tangan yang terlihat gemetaran, dia meraih pena dari tangan pengacara Wang dan mulai menandatangani namanya pada surat pencabutan kesepakatan tersebut.     

Walau Han Ke enggan melepaskan Gu Xiaoran, namun dia mau tidak mau harus menandatangani surat itu saat ini. Jika Mo Qing dapat melukai tangannya hari ini, dia tahu jika pria itu dapat menghancurkan perusahaan Xinhe esok hari. Dia akhirnya sadar betul jika pria itu bukanlah orang yang dapat ditandingi olehnya.     

Pengacara Wang mengambil surat tersebut dan memberikannya kepada Mo Qing. Setelah memastikan tidak ada masalah dengan surat itu, dia melepaskan Gu Xiaoran dari pelukannya. "Tanda tangan," ucapnya dengan dingin.     

Gu Xiaoran yang akhirnya terlepas dari pelukan Mo Qing segera membalikkan tubuhnya dan disambut dengan sebuah pemandangan yang mengerikan telah menantinya. Wajahnya langsung pucat ketika mendapati tangan Han Ke yang berlumuran darah. Tanpa sadar dia berjalan mundur dua langkah, sebelum akhirnya melihat surat pencabutan kesepakatan yang ada di tangan Mo Qing.     

"Aku tidak mau menandatanganinya," kata Gu Xiaoran dengan dingin. Dia memang sangat ingin dapat terlepas dari tunangannya yang menyebalkan itu, namun bukan begini caranya. Cara yang menggunakan kekerasan seperti ini, dia tidak akan pernah menyetujuinya.     

Penolakan Gu Xiaoran sudah diprediksi oleh Mo Qing. Tiba-tiba sebuah senyum kecil tersungging pada bibirnya, lalu dia berkata, "Gu Xiaoran, mari kita bermain sebuah permainan menarik."     

"Permainan apa?" tanya Gu Xiaoran sambil mengernyitkan dahinya, berusaha menerka-nerka apa lagi yang direncanakan oleh pria itu padanya.     

Semua pintu akses keluar dikunci kemudian rapat dan para pria berbaju hitam juga terlihat berjaga dari segala sisi. Gu Xiaoran tahu jelas, tanpa seizin Mo Qing, dia pasti tidak akan mungkin dapat meninggalkan tempat ini begitu saja. Dan dia juga tidak berniat untuk kabur dan melakukan hal sia-sia seperti itu.     

"Mulai saat ini hingga besok pagi, aku memberimu kesempatan untuk membuatku mencapai klimaks. Setiap kali kamu dapat membuatku puas, aku akan membiarkan satu jarinya untuk tetap menempel pada tangannya. Namun jika kamu tidak dapat membuatku mencapai klimaks sama sekali, maka besok pagi aku akan langsung memotong tangannya sekaligus, tutur Mo Qing sambil tersenyum licik. Sebuah senyuman dari seekor binatang buas yang senang melihat mangsanya berjuang untuk bertahan hidup di bawah cakarnya.     

Wajah Gu Xiaoran berubah menjadi pucat saat mendengar perkataan Mo Qing. Namun beberapa saat kemudian dia membulatkan tekadnya dan berkata, "Aku tidak mau mengikuti permainanmu. Kamu potong saja tangannya." Dia menatap mata licik pria itu sambil berusaha terlihat tenang.      

Gu Xiaoran mengetahui dengan jelas seberapa kuatnya Mo Qing soal urusan ranjang. Jika pria itu sungguh-sungguh ingin memotong tangan Han Ke, maka tidak peduli jika mereka melakukannya sampai pagi sekali pun, dia pasti akan mampu bertahan untuk tidak mencapai klimaks.     

Mendengar perkataan Gu Xiaoran, sontak membuat Han Ke panik tidak karuan. Dia sangat ingin menyumpahi gadis itu saat ini, namun tentu saja dia tidak berani untuk melakukannya. "Gu Xiaoran, apa perlu kamu bertindak sekejam itu? Paling tidak ingatlah hubungan kita sebelumnya. Kamu harus menyelamatkan aku," pintanya memelas pada gadis itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.