Sentuhan Dendam Penuh Gairah

Dikurung (2)



Dikurung (2)

0Untuk merawat istrinya yang sakit, Zhuo An sampai harus berhutang pada rentenir. Namun pada akhirnya, operasi yang dilakukan gagal dan istrinya meninggal dunia.     
0

Istrinya meninggal dan Zhou An juga tidak memiliki uang sepeser pun untuk membayar hutang-hutangnya pada rentenir. Hal itu membuat kesengsaraannya terasa sempurna. Dia yang tidak tahu harus berbuat apa, akhirnya menyusup naik ke kapal penumpang gelap dengan putus asa. Namun, keberadaan dirinya ditemukan oleh seseorang dan dilaporkan kepada penanggung jawab kapal. Berdasarkan peraturan yang ada, dia harusnya dibunuh dan dibuang ke laut. Untungnya, dirinya diselamatkan oleh Mo Zhenzhong dari orang-orang yang ingin membunuhnya saat itu. Hal itulah yang menyebabkan dirinya mengabdi pada pria itu sebagai rasa terima kasihnya.     

Mo Zhenzhong merupakan pebisnis yang bergerak dalam bidang perdagangan gelap. Sehari-harinya, pria itu sangat sibuk, sehingga tidak memiliki waktu untuk merawat Mo Qing dengan baik. Alhasil, anaknya itu dirawat oleh Zhuo An sejak usia dini. Mereka memang bukanlah ayah dan anak, namun kasih sayang diantaranya bagaikan kasih sayang antara ayah dan anak sesungguhnya.     

Selama lebih dari 10 tahun, Zhuo An selalu mengingat mendiang istrinya di dalam hatinya dan tidak pernah menikah lagi. Selama bertahun-tahun, dia tinggal bersama dengan Mo Qing dan fokus pada perannya dalam membesarkannya.     

Saat ini, Zhuo An menatap Mo Qing yang terus menembak tanpa henti. Dia tahu bahwa pria itu pasti sedang memiliki suasana hati yang buruk dan ada yang membuatnya tidak senang.     

Sementara Mo Qing terus menembak hingga target sasaran itu penuh lubang. Setelah melihat tidak ada lagi sasaran yang dapat diincarnya, dia meletakkan pistol dan melepas penutup telinganya. Pria bertubuh tinggi itu kemudian berjalan keluar dari ruang latihan tersebut.     

Zhuo An terus mengikuti di belakangnya dan berkata, "Tuan Muda, jika Anda begitu tidak senangnya bersama dengan Nona Gu, bukankah lebih baik membiarkannya pergi? Mengawasi Gu Zhengrong dapat dilakukan dengan cara lain. Saya rasa ini bukan cara yang tepat melihatmu begitu kesal seperti ini," ucap Zhuo An khawatir pada anak lelaki yang sudah dianggapnya sebagai anaknya sendiri itu.     

"Ini tidak ada hubungannya dengannya. Jangan biarkan ayahku mengetahui segala sesuatu tentangnya," sahut Mo Qing dengan datar dan tidak bersemangat.     

"Ketika Tuan Muda kembali kemari waktu itu, Anda kan sudah berjanji pada Tuan Besar untuk tidak terlibat lagi dengan Gu Xiaoran. Akan tetapi…" ujar Zhuo An tidak melanjutkan kalimatnya dan hanya menatap lurus ke arah Mo Qing. Dia memang merupakan tangan kanan dan mata Mo Zhenzhong. Segala sesuatu yang berkaitan dengan Mo Qing, dia pasti mengetahuinya. Dan tentu saja pria paruh baya itu juga tahu jelas jika pria di hadapannya ini menyayangi Gu Xiaoran.     

Mo Qing hanya mengerutkan keningnya menanggapi perkataan Zhuo An barusan.     

"Tuan Muda tahu kan, betapa Tuan Besar membenci Gu Zhengrong? Jika Tuan Besar sampai tahu bagaimana Anda memperlakukan Nona Gu… Tuan Muda tidak ingin Nona Gu mengalami hal yang tidak-tidak, kan? Saya rasa akan lebih baik jika Tuan Muda lebih menjaga jarak dengan Nona Gu," kata Zhuo An yang merasa prihatin.     

Mo Qing merapatkan bibirnya dengan erat selama beberapa saat dan hanya terdiam. "Sudah cukup. Aku sudah besar. Tidak perlu semua-semua mendengarkan omongan ayahku, kan?" ucapnya dengan kesal. Dia memiliki caranya sendiri dalam melakukan sesuatu, jadi tidak perlu ada orang lain yang mengatur dan mengarahkannya. Termasuk ayahnya juga.     

"Semua yang dilakukan Tuan Besar, pasti demi kebaikan Tuan Muda," imbuh Zhuo An berhati-hati.     

Mo Qing tidak lagi menjawab. Dia terlihat menyandarkan kepalanya ke belakang dan menutup matanya. Setelah beberapa saat, dia terlihat membuka matanya lagi. "Paman An, aku tahu apa yang aku lakukan. Paman tidak perlu khawatir," katanya perlahan.     

"Saya percaya pada Tuan Muda," sahut Zhou An.     

***     

Gu Xiaoran bangun di pagi hari dan menemukan lembar jawaban menghilang dari mejanya. Kehilangan lembar jawabannya itu berarti bajingan Mo Qing akan menolak untuk membiarkannya keluar. Dan tentu saja dia tidak menginginkan hal itu terjadi. Dia pun sibuk mencari-cari lembar jawabannya itu, namun dia tetap tidak dapat menemukannya.     

"Nona Gu," panggil Bibi Wang, seorang wanita paruh baya yang bertugas sebagai pembantu di rumah tersebut, yang kini muncul di depan pintu kamarnya. "Tuan Muda meminta Anda untuk turun makan."     

"Bibi Wang, apakah ada yang masuk ke kamar ketika aku tidur?" tanya Gu Xiaoran masih berusaha mencari lembar jawabannya.     

"Tuan Muda tadi sempat masuk ke mari, Nona," jawab Bibi Wang dengan suaranya yang sangat keibuan.     

Pasti Mo Qing yang mengambil lembar jawabanku, batin Gu Xiaoran. Dia lalu bergegas menuju pintu, sebelum akhirnya menyadari bahwa dirinya masih mengenakan baju tidurnya yang kemarin dan bergegas kembali ke kamar.     

Baju tidur itu telah dipakainya dari asramanya dan juga ketika dia disekap naik helikopter oleh Mo Qing kemarin. Dia tidak membawa pakaian ganti, jadi mau tidak mau dia hanya dapat mengenakan baju terusan yang diberikan pria itu kemarin.     

Baju terusan ini adalah baju yang sangat sederhana. Desain pinggangnya cocok untuk pinggang ramping dan semampai. Terdapat sebuah sabuk kristal yang menawan, terlihat melingkar indah di bagian pinggang. Bagian bawahnya membentuk potongan huruf A yang menunjukkan sepasang kaki yang ramping dan jenjang. Semakin sederhana desainnya, semakin baik juga kualitas kain dan kualitas pengerjaan baju terusan ini. Baju terusan tersebut pasti memiliki harga yang mahal. Tampaknya, selera Mo Qing memang tidak perlu diragukan lagi.     

Ketika Gu Xiaoran turun ke ruang makan, di sana dia melihat lembar jawabannya diletakkan di hadapan tempat duduk Mo Qing. Kepalanya mendadak terasa pusing. Bagaimana jika aku melakukan suatu kesalahan? Apa itu artinya aku tidak akan diperbolehkan untuk keluar dari pulau ini? Pikirnya. Seketika itu juga hatinya bergejolak.     

Mo Qing tidak sedikit pun melirik Gu Xiaoran. Dia dengan cepat menuliskan beberapa pertanyaan-pertanyaan yang baru. Setelah menyelesaikannya, dia merapikan buku-buku tersebut dan menaruhnya di samping. "Makanlah!" perintahnya pada gadis itu.     

Gu Xiaoran menatap Mo Qing lekat-lekat dengan banyak pertanyaan dipikirannya. Dia membuat beberapa soal pertanyaan yang baru. Jadi itu artinya aku boleh keluar atau tidak? Batinnya was-was.     

"Aku akan memberimu waktu 15 menit untuk menghabiskan makananmu. Jika tidak, kamu tidak akan mendapat izin untuk keluar hari ini," kata Mo Qing dengan dingin.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.