Sentuhan Dendam Penuh Gairah

Menikmati ‘Camilan Malam’



Menikmati ‘Camilan Malam’

0Sekembalinya ke Pulau Nanwan, Gu Xiaoran segera menggantungkan pakaian-pakaian barunya ke dalam lemari baju. Sedangkan kotak hadiah dari pemilik butik tersebut dikeluarkannya dari kantong belanjaan. Ketika hendak menendang kotak itu ke bawah ranjang, tiba-tiba sebuah tangan terulur dan meraih kotaknya.     
0

"Simpan yang baik!" sentak Mo Qing yang berhasil membuat Gu Xiaoran membeku seketika.     

Pikiran Gu Xiaoran mau tidak mau berkeliaran ke mana-mana. Dia membayangkan dirinya sedang mengenakan gaun tidur transparan tersebut dan sepasang kakinya yang putih dan mulus itu menjepit pinggang Mo Qing di antaranya. Pria itu lalu bergerak-gerak dengan liar seperti sedang menunggangi kuda. Uh! Mengerikan! Batinnya sambil bergidik membawanya kembali tersadar dari lamunannya yang liar barusan.     

Tangan Gu Xiaoran dengan cepat meraih kotak hadiah itu dan bergegas membawanya ke tempat sampah, hendak membuangnya. Namun sebuah suara dingin dan menggelegar terdengar dari belakang tubuhnya dan membuatnya tertegun, "Kalau kamu berani membuangnya, aku akan menyuruh orang untuk membeli satu lusin lagi untukmu. Mendengar ancaman itu, Gu Xiaoran segera membalikkan badannya dan meletakkan kotak tersebut pada tempatnya yang semula.     

"Aku sangat menantikan penampilanmu malam ini," ucap Mo Qing sambil mengangkat dagu Gu Xiaoran dan membuat gadis itu menatap matanya yang sedang memandang jauh ke dalam sepasang mata indahnya.     

"Aku mau mengerjakan soal-soal yang kamu berikan malam ini," balas Gu Xiaoran mencari-cari alasan untuk menghindari tatapan mata Mo Qing. Seluruh wajahnya terasa mati rasa saat ini, bahkan untuk bernapas saja dia sampai tidak berani.     

"Jika kamu tidak dapat menyelesaikannya, maka itu artinya kamu harus bersiap-siap untuk…"      

Belum sempat Mo Qing menyelesaikan kalimatnya, Gu Xiaoran sudah terlebih dahulu menyela dan berkata, "Aku pasti akan segera menyelesaikannya."     

"Baik kalau begitu. Aku akan menunggu dan melihatnya nanti," ujar Mo Qing sambil melepaskan tangannya dari dagu Gu Xiaoran, lalu melangkah keluar meninggalkan gadis itu sendirian di dalam kamarnya.     

Gu Xiaoran menatap punggung Mo Qing yang berjalan menjauh dengan perasaan sedikit lega. Namun dia juga berpikir, apabila dia harus terus-terusan tinggal di tempat ini hingga waktu ujian masuk perguruan tinggi nantinya, entah apa yang akan terjadi pada hari-harinya kelak.     

Setelah makan malam, Gu Xiaoran segera kembali ke kamarnya. Baru saja dia hendak masuk, dia telah melihat Mo Qing duduk di sofa sambil menghadap laptop. Seketika itu juga kepalanya terasa nyeri dan berkedut.     

Mo Qing melihatnya masuk, mendongak ke arahnya, lalu melirik ke arah lembaran soal yang berada di atas meja. Kemudian, dia juga melirik ke arah kotak hadiah yang Gu Xiaoran yakini bukan kebetulan jika kotak itu dapat berada di atas meja belajarnya.     

Gu Xiaoran dengan segera duduk di depan meja belajarnya dan mulai mengerjakan soal-soal yang Mo Qing berikan. Dia memutuskan tidak memberikan kesempatan bagi binatang yang penuh dengan pikiran kotor itu untuk menggunakannya tubuhnya lagi. Dia mulai membaca satu per satu soal-soal tersebut. Pertanyaan yang pria itu berikan hari ini tidak sebanyak kemarin, namun bobotnya tampaknya jauh lebih sulit jika dibandingkan dengan soal yang sebelumnya. Dia sendiri belakangan ini sering tidak mengikuti kelas dengan serius, hal itu membuatnya cukup kewalahan mendapati soal-soal yang ada di hadapannya ini.     

Mo Qing melirik Gu Xiaoran sekilas, mendorong laptopnya menjauh, lalu bangkit berdiri dan berjalan ke belakang tubuhnya. "Jika kamu merasa tidak sanggup untuk mengerjakannya, kita bisa melakukan sesuatu yang lain. Bagaimana?" ucapnya sambil membungkuk dan mendekatkan wajahnya ke telinga gadis itu. Tangannya yang satu terlihat diletakkannya di dalam saku celananya, sedangkan tangan yang satunya lagi terlihat menumpu di atas meja belajar.     

Gu Xiaoran segera menarik napas dalam-dalam dan berusaha menenangkan dirinya. "Si… Siapa bilang aku tidak sanggup mengerjakannya?" katanya yang terdengar gugup dan tidak dapat bernapas.     

"Tidak perlu berpura-pura," sahut Mo Qing sambil menyentuh kotak hadiah yang ada di sampingnya itu dengan ujung jarinya.     

Saat itu juga, tiba-tiba otak Gu Xiaoran seolah perlahan-lahan bekerja dan mulai menemukan satu per satu cara untuk menyelesaikan soal-soal sulit tersebut. Dia pun dengan cepat meraih pena dan mulai mengerjakan soal-soal tersebut.     

Mo Qing melirik ke arah kertas yang perlahan-lahan mulai dipenuhi oleh jawaban tersebut. "Ah, sayang sekali," ucapnya terdengar kecewa, lalu kembali duduk di sofa.     

Gu Xiaoran menghela napas lega begitu merasakan tubuh Mo Qing sudah menjauh dari tubuhnya. Dari sudut matanya, dia dapat merasakan bahwa pria itu masih menatapnya dengan sebuah senyuman jahat tersungging di bibirnya. Ekspresinya seolah sangat mengharapkan jika dirinya tidak dapat menyelesaikan soal-soal tersebut.      

"Aku hanya akan memberimu waktu 2 jam untuk menyelesaikan semua soal-soal itu. Jika tidak selesai, maka kamu harus melakukan apa yang seharusnya kamu lakukan," ujar Mo Qing yang terdengar berbelit-belit. Namun Gu Xiaoran tahu jelas apa yang dimaksudkan olehnya. Dengan segera dia mengalihkan pandangannya kembali pada lembaran soal yang ada di hadapannya.     

Setelah 1 jam 40 menit berlalu, Mo Qing tiba-tiba bangkit berdiri membawa laptopnya dan berjalan keluar meninggalkan kamar Gu Xiaoran.     

Eh? Dia pergi? Apa itu artinya aku lolos dari marabahaya malam ini? Batin Gu Xiaoran bertanya-tanya. Dia sangat ingin melompat kegirangan saat ini. Namun begitu pandangan matanya terjatuh pada kotak hadiah yang ada di sampingnya itu, dia dengan cepat membuang pikiran malasnya jauh-jauh dan kembali berkutat menyelesaikan soal-soal yang ada di hadapannya.     

Kira-kira 15 menit kemudian, Mo Qing masuk kembali ke kamar Gu Xiaoran dan duduk di sofa. Namun kali ini pria itu telah menggunakan jubah mandi berwarna putih bersih yang diikat santai pada pinggangnya. Jubah mandi itu tampak terbuka pada bagian dadanya dan memperlihatkan sebuah dada bidang yang menggoda. Kini pria itu tidak lagi berkutat dengan laptopnya, melainkan membawa sebuah buku dan duduk dengan tenang sambil menenggelamkan dirinya pada isi buku tersebut.     

Gu Xiaoran seketika itu menjadi panik tidak karuan. Hanya tersisa 5 menit dari waktu yang diberikan oleh Mo Qing padanya. Tidak disangka-sangka, pria itu bukannya pergi dan melepaskannya, melainkan hanya pergi sejenak untuk mandi dan bersiap untuk menyantap 'camilan malamnya'.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.