Consumed by You (21+)

Pemaksaan (21+)



Pemaksaan (21+)

0Tuan Muda Fujisaki memasukkan dua jarinya ke dalam vagina Rika, mengocoknya cepat sambil menghantam G-spot si Pinky yang sudah ia hafal titik koordinatnya.     
0

Kocokan itu begitu hardcore hingga cairan Rika menyembur keluar membasahi meja dan lantai. Ken tak peduli. Ia terus mengocok vagina itu hingga Rika terus saja memuncratkan air sucinya diselingi jeritan tertahan si gadis.     

Lalu Ken berhenti sejenak, membiarkan Rika mengatur nafas. "Berapa banyak kau menyembur, sayank? Sepertinya itu sangat enak, ya kan? Mau lagi? Kau tau... aku tidak mempercayai mulutmu, sweetie. Aku lebih mempercayai... tubuh jujurmu."     

Usai itu, Ken kembali mengocok hardcore vagina Rika menggunakan dua jarinya hingga suara kecipak terdengar jelas.     

Ken paham jika perempuan sanggup orgasme belasan kali asalkan prianya pandai menstimulasi G-spotnya. Apalagi jika memakai jari, itu lebih mudah.     

Rika lelah sebenarnya. Harus orgasme berkali-kali itu bukan perkara mudah. Itu seperti kau kehilangan beberapa persen cairan tubuhmu hingga membuat kondisimu akan cepat lelah seperti bekerja dengan keras     

Itu sebabnya bermain seks itu cukup melelahkan apalagi jika harus sampai klimaks berkali-kali.     

''Mouuhh... aahh, YADDAHH—Ken-sammahh... yadda, yahhdaa...'' Meski suara Rika serasa serak karena sejak tadi tak bisa diam, dia berharap jika Ken mau berhenti sejenak dan membiarkan dirinya istirahat. Yah, setidaknya ia tidak dalam rangsangan obat atau bakal fatal akibatnya.     

Tubuh sintal Rika kelojotan tak keruan tatkala Ken kembali menyodok G-spotnya berkali-kali tanpa lelah.     

Tangan Rika meremas-remas kuat pinggir meja seolah itu adalah seprai. Dada Rika naik turun dengan irama cepat, sesekali mendongakkan kepalanya dan gelengkan kepala ke kanan-kiri.     

Lalu setelahnya, ''Yadddaakghhh~!'' Muncrat lagi. Pinggul Rika terangkat bersamaan dengan dada yang membusur.     

"Wohohoo..." Ken mengeluarkan tangan dari vagina Rika dan mengamati telapak tangannya yang basah kuyup akibat cairan spesial nona Pinky. Bahkan sampai bisa mengalir ke siku saking banyaknya. "Sekarang bodimu sangat responsif dengan sentuhanku, Rika-chan. Kau telah berhasil kulatih. Good! Kau memang gadisku yang pintar!"     

Ken pun mulai tegakkan badan, lalu lucuti sweater Rika dan bajunya sendiri. Untunglah Rika sedang lunglai, maka ia bisa santai melakukan semua.     

Selesai membuat keduanya sama-sama bugil, Ken menarik pinggang Rika agar lebih berada di tepi meja dan mendekat pada tubuh Ken yang sudah siap tempur.     

Apalagi waktu Rika menekuk lututnya, itu mempermudah Ken menarik Rika dan mulai mengelus vagina menggunakan ujung penisnya selama 2 detik, lalu—     

THRUST!!     

Ken menenggelamkan penis arogannya dalam-dalam ke vagina basah Rika tanpa peduli apakah gadis itu kaget atau suka. Tuan Muda segera saja memacu penisnya kencang-kencang sambil cengkeram pinggang ramping Rika dan menikmati ayunan aduhai payudara Rika. "Urghh! Yess sweetie! Urrghh! Kimochii! Haahh! Haahh! Vaginamu selalu saja enak, sayank!"     

Dan kali ini nampaknya Rika berakhir lagi di bawah dominasi Ken. Padahal awalnya ia hanya ingin meminta izin untuk menemui Ibunya.     

Hanya itu. Salah? Apa Ken tidak mau mengerti perasaan seorang putri yang begitu mrindukan sosok sang Ibu? Itulah mengapa Rika tak pernah menyukai sedikipun Ken meski hanya sebutir debu.     

Pria itu tahunya cuma napsu saja. Dalam otaknya hanya tersimpan bayangan kotor bagian-bagian tubuh perempuan—dan lainnya hanya mengenai uang.     

Rika rindu Ibunya. Rika ingin menangis dalam pelukan wanita yang melahirkannya. Rika cuma ingin mendengar langsung suara Ibu, melihat wajah paruh bayanya serta sentuhan lembut tangan Beliau.     

Ibunya.     

''Ngghhh... aahh... hakghh! aaghh... Ya—YAMETTEEE!'' Suara Rika tedengar parau. Entah karena bercampur dengan suara tangisan atau terlalu lama mendesah, yang jelas mengingat larangan Ken untuk menemui sang Ibu membuat ia sendiri kecewa besar.     

Ken mengekangnya terlalu kuat sampai Rika sendiri susah bernafas dengan bebas sekarang.     

''Ngahh~ aahh... mnahh... hikss... ahhh, I-Ibuu...'' Rika sama sekali tak menikmatinya. Bagaimana bisa jika ia bahkan dipaksa?     

Paksa, ini paksaan dari Ken!     

Ken tidak mempedulikan apakah Rika akan menangis atau berteriak, karena baginya itu sama-sama merangsang berahi Ken. "Iya, sayank... terus merintih, sayank... yang keras agar aku tau kau sangat menyukai ini..."     

Tuan Muda terus saja menghentakkan penis rakusnya. Terlebih lagi pijatan vagina Rika kian membuatnya mabuk. "Hah! Dasar Rika-chan tsundere! Lihat, vaginamu sangat rakus mengunyah penisku. Kau bilang yamette? Hentikan? Hah! Bercanda, ya?!"     

Sodokan pun dipertegas dan kuat sampai-sampai suara benturan dua daging beda empu pun terdengar jelas.     

PLEKK! PAAKK!! PLEKK!!     

Bunyinya berpadu dengan deru nafas Ken dan isakan Rika.     

"Kemari, sayankku!" Ken menarik tubuh Rika hingga gadis itu kini berposisi duduk sambil menekuk lutut di atas meja, sementara Ken terus memberikan pompaan di vagina Rika tanpa jeda, justru kian cepat.     

Ken menikmati wajah merona Rika dan suara erotisnya sambil dua tangan meremas bokong Rika agar ia bisa menggerakkan bokong beserta pinggul Rika berlawanan arah dengan sodokannya. "Ayo sayank... ayo berikan aku airmu lagi. Basahi penisku... banjiri... Rika sayank... Rika-chan sayankku..."     

Selain pria yang ia anggap bajingan, yang kini tengah menikmati menyodokkan penisnya secara hardcore pada vaginanya tanpa perduli dengan jeritannya... Rika juga benci suara Ken.     

Suara penuh semangat seolah dunia hanya milik Ken sendiri saja. Tidak sadarkah jika Rika sama sekali tak menikmati ini semua? Ia tersiksa! Ahh, tapi Ken mana paham? Otaknya hanya ada beberapa kata. Wanita. Oppai. Klitoris. Vagina.     

Lalu... uang.     

''Uru-sai... aaghh, aaa—aahh! URUH-SAI... aahhhh!'' Rika menjerit keras seraya tutupi dua telinganya dengan telapak tangan meski mulut terus mengudarakan desahan. Rasanya Rika berharap gendang telinganya pecah saja saat ini juga.     

Tubuh Rika ikut bergerak karena hentakan penis Ken. Beberapa kali benda keras itu menghujam dalam serta cepat liang kewanitaannya yang sangat basah.     

Jika Ken bersemangat menyetubuhi Rika, namun gadis muda itu tidak sama sekali. Sejak tadi ia hanya terisak, menjerit tak terima kemudian berteriak semampunya dengan suara serak.     

Ingin... pulang.     

Ibu.     

''Arrghh, ahhaghh, aargg—ngaaahhh!'' Tubuh Rika membusur seketika seraya remas kuat rambut Ken. Semburan air suci membasahi penis Ken yang masih menghentak cepat.     

Raut gadis muda itu nampak penuh guratan kelelahan. Kuyu. Basah penuh air mata dan juga keringat. Tubuhnya bergetar pasca orgasme bahkan terlihat lunglai hampir tak sadarkan diri.     

Ken menyeringai senang tatkala tau Rika sudah orgasme. "Rika-chan sayank sudah tumbang ne, fuhuhuu..."     

Lantas, Ken pun melepas penis yang masih tegang dan membopong Rika ke kasur. Setelah itu, ia kembali menyetubuhi Rika hingga 2 jam ke depan dengan berbagai macam posisi.     

Rika lunglai dan mungkin sudah pingsan di saat Ken menyemburkan semua benihnya.     

"Heehh? Rika-chan sudah tak sanggup lagi, ya?" Ken pun mencabut penisnya sehingga cairan putih kental berhasil lolos keluar mengalir ke anus Rika lalu jatuh ke seprei.     

Ken pun tidur memeluk Rika. Keduanya hanya berbalut selimut saja. "Aishiteru yo, Rika-chan..." bisiknya sambil mengecup kening Rika.     

Ken tertidur selama 3 jam, dan saat terbangun di subuh jam 4, hasratnya kembali bangkit. Namun ia tak mau membangunkan Rika. Maka, dengan Rika masih pingsan, Ken menyetubuhinya hingga 2 ronde.     

Anggaplah Ken gila, maniak, karena dia memang tergila-gila dengan Rika.     

Pagi harinya, Ken memilih membolos sekolah karena ia sudah berjanji membawa Nyonya Tadashi ke dokter.     

Ia memerintahkan Butler untuk tidak membangunkan Rika, dan juga tidak mengatakan kemana perginya sang tuan muda.     

Ken pun segera melajukan mobil sport-nya ke rumah Ibunya Rika. Ternyata Nyonya Tadashi sudah menunggu. "Okaa-san... iku yo (ayo kita pergi)..." ajaknya dan mereka pun berkendara ke sebuah rumah sakit internasional terkenal untuk memeriksakan penyakit Nyonya Tadashi.     

===BERSAMBUNG===     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.