Consumed by You (21+)

Penaklukan (21+)



Penaklukan (21+)

0Ken mencoba meraba di mana letak spesial spot tersebut, sementara lidahnya tak berjeda menggoda benda mungil menggemaskan di atas vagina. Benda yang mampu membuat Rika melenguh sensual.     
0

Rika menggigit bibir bawahnya kuat seolah menahan diri untuk tak mengatakan sesuatu yang membuat pria muda itu semakin merasa menang.     

Yah, nyatanya, kenyataan berbanding terbalik dengan yang ada.     

''Mmhhh—aahhh~ hangh... damn—aa-aahh! T-Theree... hhh, there... hangh~!'' Rika seketika bisa menyuarakan kosakata Inggris, mendesah lebih keras kala G-spotnya tertohok berkali-kali. Mungkin kemampuan berbahasa inggris dia keluar dalam kondisi-kondisi darurat a.k.a spesial.     

Mulut yang biasa kasar tersebut meracau tanpa sadar.     

Nampak raut yang Ken tunjukan sangat senang. Puas. Apalagi seringaiannya sangat, sangat menikmati wajah sensual Rika.     

Tubuh sintal itu membusur. Menggelinjang beberapa kali disaat Ken menohok G-spotnya berkali-kali.     

Meski se-gahar apapun pribadi Tadashi Rika, semuanya akan terdengar seperti sebuah mitos saja sekarang. Ia kalah telak dalam genggaman serigala tampan bernama Fujisaki Kenkichi.     

Rika rasakan sesuatu yang benar-benar menuntut. Sangat. Dua titik diserang. G-spot serta mutiara spesial dimana hanya Ken satu-satunya pria yang pernah menikmatinya—dua rius!     

"Mmahhh... Ken-samm... mnahh... a-aa—AAAHHH!" Rika menyerah dalam lolongannya.     

Ini adalah puncak pertama dimana Rika muncratkan orgasmenya dalam mulut sang majikan ber-title begundal.     

Shit!     

"Hhh... hahh... k-kimochi (enak)..." lirih Rika hampir berbisik.     

"Hahah!" gelak Ken sesudah menyemburnya air suci milik Rika menandakan kemenangan. Ke-me-na-ngan! Victory! Vici!     

Apakah Ken akan berhenti? Tidak. Ia keranjingan dengan tubuh sensitif Rika. Ia ketagihan, ingin lagi melihat Rika mendesah, mengerang keras lalu terkulai lemas. Itu sebuah prestasi, sebuah identitas penghargaan atas segala upaya Tuan Muda Fujisaki.     

"Rika-chan, enak, kah? Kimochi ka?" Ken sudah membisik mesra di dekat telinga Rika. Gadis itu masih lunglai akibat orgasmenya. Sementara jari Ken sudah dikeluarkan dari liang surga dan sedang asik mengelus serta mengusap-usap area vagina yang basah kuyup.     

Tak mau menunggu jawaban Rika, Ken sudah memburu bibir Rika untuk dilumat. Bibir yang kenyal menggairahkan sejak pertama Ken melihatnya. Ohh, sepertinya semua bagian tubuh Rika itu menggairahkan.     

"Hoummcchh... ommcchh... haarrhhmmhh..." Ken rakus melumat bibir tak berdaya tersebut. Bahkan kini satu tangannya sudah menyibakkan sweater atas Rika dan menemukan gundukan menggemaskan yang langsung ia remas, sesekali dipilinnya puncak dada yang sudah tegang dan berwarna pink.     

Astaga, nona ini benar-benar serba pink. Tak hanya kepalanya saja, tapi juga vaginanya, klitorisnya, bibirnya, serta putingnya... semua berwarna pink segar. Apakah Ken akan memiliki fetish pink pada nantinya? Doakan saja.     

Rika yang memang sejak tadi hanya terkulai lemas tentu saja tak bisa melakukan pemberontakan seperti di awal, dan hanya pasrah menerima bibir Ken untuk melumat bilahan kenyal tipis mungil miliknya.     

Sementara itu, lutut Tadashi Rika masih merasakan sensasi lunglai akibat anti-klimaks (keadaan sesudah klimaks).     

"Mmppchh! Mmchh... egmmhh..." Meski kepala sang nona muda bergerak kanan dan kiri, nyatanya Ken lebih berkuasa atas dirinya, bibirnya, serta tubuhnya. Lumatan itu benar-benar dalam, hingga Rika tak kuasa menolak.     

''Hhammpchh~ mnghh~ mhhh...'' Nafas Rika nampak memburu cepat, berat. Antara tengah bernafsu dan juga mencari nafas bantuan karena bibir Ken melumat ganas—menekan—bibir kenyalnya.     

Punggung Rika membusur, otomatis dada montok itu ikutan naik tatkala tangan sang majikan memonopoli bagian sana.     

Rika pejamkan matanya erat seraya cengkram seprai yang ada di atas kepalanya. Tangannya memang terikat, namun masih bisa memegang sesuatu tentu saja.     

Lumatan itu terhenti, karena Ken nampaknya paham betul kondisi si nona muda yang hampir kehabisan nafas. Hey! Tak mungkin kan Ken membiarkan gadis incarannya mati karena lemas berciuman?     

"Mmhh... hahhhh! haghh! K-Ken-sama... yame—tte kudasai—nghh... ahh~" Kembali lagi, tubuh seksi Rika menggeliat karena sentuhan Ken.     

Seorang gadis yang bereaksi menggerakkan tubuh serta pinggul menandakan ia memang tengah terangsang. Dan sialannya, Rika mengutuk hal ini.     

Fujisaki Kenkichi, biang dari semua desahan dan orgasmenya.     

"Yadda... nnhh..." Ia berbisik lirih, menatap Ken dengan tatapan sayu—khas sekali. Meski mulutnya meracau seolah tidak ingin, namun tubuh sebaliknya. Wajah Rika sudah merah padam, apalagi saliva nampak mengalir di sudut bibirnya.     

Ken menghentikan cumbuannya, namun mulut tak sudi berhenti begitu saja. Mulut itu merayap turun ke leher, memberikan beberapa stempel merah tanda Rika telah dimiliki Ken.     

Puas menjelajah leher mulus, kini mulut brengsek itu kembali turun dan menemukan salah satu surga yang dicari. Oppai (payudara) montok Rika.     

Tuan Muda Ken rakus menghisapi puting pink Rika yang kian menegang dalam jajahan mulut Ken. Hisap, sedot, tarik, gigit kecil dan oppai satunya diremas agresif menggunakan tangan Ken yang piawai.     

Oppai malang itu dinikmati sepuasnya oleh mulut Ken tanpa peduli apakah Rika merasakan nyeri di putingnya yang bengkak atau tidak. Ken rakus bagai bayi kehausan.     

Tiba-tiba, tangan Ken meluncur turun, mengelus area vagina Rika yang kuyup, lalu menggesek cepat klitoris yang baru saja dieksplorasi.     

Ken butuh lenguh merdu Rika lagi.     

Rika kira, semua benar-benar sudah berakhir. Rika mengira, bahwa Ken akan berhenti jika sudah puas menghukumnya. Meski jujur saja dirinya bingung maksudnya hukuman itu untuk kesalahan apa, sih?     

''Aahngh~'' Mendapat serangan tak terduga kembali, dada Rika membusur ke atas. Putingnya terasa nyeri akibat mulut rakus sang majikan.     

Rika gelengkan kepalanya kanan dan kiri. Tubuh seksi yang tadi sempat terdiam karena lemas kembali meronta. Menggeliat. Menggelinjang. Apapun seolah ia antara menerima dan menolak diperlakukan semacam ini.     

Hahh... meski sialannya itu me-mang-nik-mat!     

"Mmhh... mmahh... aa—ahh~ ya-yaddaahh..." Suara Rika serasa semakin melemah gara-gara sejak tadi Ken tak mau berhenti sama sekali untuk menjamahnya. Ia kira sehabis ini bakal dibiarkan pergi.     

Mutiara spesial yang sempat menjadi penyebab muncratnya orgasme harus dirangsang kembali? Pria bajingan sialan! Tangan dan mulutnya sama-sama brengsek. Apalagi otaknya!     

Kepala Rika mendongak sesekali. Matanya tertutup erat. Nampaknya nona muda pinky ini terdengar terisak. Antara ia memang menyukai sentuhan Ken tanpa sadar atau malah merasa nasibnya sangat sial. "Sudd—aahh... cuk—kuphh... mmnaahh~ hangh~ su-sudahh..."     

Meski bilang ingin berhenti, Rika nampaknya malah makin lebarkan dua pahanya, seolah-olah memberikan keleluasaan bagi tangan brengsek majikan barunya.     

Tapi... rasanya sedikit tidak enak karena ia baru saja mengalami orgasme. Setidaknya jika boleh, cabut nyawanya saja sekarang juga. Sayang Kami-sama tidak mengabulkan keinginan murninya.     

===BERSAMBUNG===     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.