Paman, Apakah Aku Layak Menjadi Simpananmu

Apakah Saraf Otakmu Putus Satu?



Apakah Saraf Otakmu Putus Satu?

0"Xiaxia, kamu tidak mungkin melupakanku. Aku tahu kamu masih mencintaiku, begitu juga aku. Untuk urusan keluargaku, aku akan mencoba yang terbaik untuk menyelesaikannya, beri aku waktu."     
0

Chi Xia menarik napas dalam-dalam, "Maaf, aku sudah punya pacar, urusanmu tidak ada hubungannya denganku!"     

"Bagaimana mungkin! Kamus sedang berbohong kepadaku, 'kan? Xiaxia, aku akan kembali ke Tiongkok, bisakah kita bertemu dan berbicara?"     

Dia akan kembali ke Tiongkok… Apa hubungannya dengannya jika dia akan kembali ke Tiongkok? Dia sudah memiliki tunangan dan kini masih tidak ingin melepaskannya?     

Betapa egoisnya orang ini!     

Chi Xia menggenggam ponselnya erat-erat dan berkata dengan suara dingin, "Pacarku ada di sebelahku, percaya atau tidak, tolong jangan pengaruhi hubungan kami!"     

Ketika orang di ujung telepon masih ingin mengatakan sesuatu, tangan Chi Xia yang memegang ponsel itu seketika kosong. Ponselnya ternyata sudah diambil.     

Dia mendongakkan kepala dengan takjub dan melihat Su Chen menempelkan ponsel ke telinganya, lalu berbicara dengan suara dingin, "Siapa kamu?"     

Orang di ujung telepon mendengar kata-kata Su Chen. Kemudian, Su Chen mencibir dengan dingin, "Keberanian untuk berbicara denganku saja tidak punya. Jangan menelepon lagi di masa depan!"     

Setelah mengucapkan itu, dia langsung menutup telepon.     

Melihat Su Chen membantunya menangani masalah dengan gesit, Chi Xia tertegun. Begitu dia tersadar dari lamunannya, dia menyambar ponselnya kembali, "Kenapa kamu ikut campur dengan urusanku!"     

Su Chen menatapnya dengan sorot mata dingin, "Kamu masih tidak bersedia aku membantumu memutuskan hubunganmu dengannya? Kamu sendiri yang mengatakan pacarmu tepat di sebelahmu, selain aku apakah ada orang lain di sampingmu?"     

Chi Xia tercekat dan mengakui bahwa dia salah. Dia menggertakkan giginya dan tidak mengatakan apa-apa.     

Dia menundukkan kepalanya dengan suasana hati yang buruk. Ya, yang dia inginkan hanyalah menyingkirkan Gu Cheng!     

Su Chen melirik gadis yang tampak putus asa itu dan berkata, "Jadi, apa terakhir kali kamu mabuk karena pria ini?"     

"Bukan urusanmu!"     

"Kamu mabuk karena pria lain dan muntah di tubuhku, tapi masih mengatakan ini bukan urusanku?" Tampaknya selama membahas kejadian ini, itu mengingatkannya pada adegan waktu itu. Matanya pun sedikit suram.     

Chi Xia sedikit merasa bersalah dan bergumam pelan, "Aku sudah meminta maaf berkali-kali. Jika kamu masih menyimpan dendam, bagaimana kalau kamu memuntahiku kembali?"     

Bagi Su Chen, ucapan ini terdengar begitu menjijikkan.     

Dia mendengus dingin. Ketika hendak mengatakan sesuatu, dia melihat Chi Xia memeluk dirinya sendiri. Pakaiannya tipis, bibirnya sedikit pucat dan tubuhnya sedikit gemetar.     

Dia melirik pendingin yang bertiup langsung ke arahnya dan mengerutkan kening. Dia lalu mengangkat tangannya untuk mematikan pendingin, "Apa saraf otakmu sebagai wanita putus satu? Tidak bisakah kamu mengatakan kalau merasa dingin? Tidak punya mulut?"     

Chi Xia sungkan untuk berbicara ketika duduk di mobil orang lain. Ketika mendengar kata-kata Su Chen, dia terkejut. Untuk sesaat hatinya menjadi hangat.     

Pendingin dimatikan, Chi Xia pun merasa lebih baik, "Tuan Su, terima kasih."     

Ucapan terima kasih itu tidak mendapat tanggapan apa pun. Suasana di dalam mobil kembali tenang.     

Saat mobil sampai di area asrama universitas, hujan di luar sudah berhenti.     

Chi Xia mengucapkan terima kasih lagi dan hendak keluar dari mobil. Su Chen melirik karpet mobil kotor yang diinjak Chi Xia, "Bawalah pulang dan cuci sebelum mengembalikannya padaku."     

Chi Xia terdiam, "…"     

Meskipun Chi Xia tahu bahwa dia memang agak kotor, tapi harga dirinya seketika hancur ketika diejek seperti ini olehnya.     

Dia berpikir sejenak, "Tuan Su, bagaimana jika aku mengganti biaya cucinya?"     

"Aku tidak kekurangan uang!"     

Chi Xia hanya bisa menerima nasibnya dan mengambil karpet mobil. Dia menutup pintu, kemudian mobil itu melaju dengan cepat.     

Melihat benda di tangannya, Chi Xia menghela napas. Tumpangan ini sepertinya memang bukan tumpangan biasa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.