Paman, Apakah Aku Layak Menjadi Simpananmu

Paman, Maaf (2)



Paman, Maaf (2)

0Tangan besar Li Yan dengan lembut menyeka air matanya, dia kemudian berkata , "Sudah, jangan menangis lagi, aku tidak akan menggodamu lagi."     
0

"Jangan sentuh aku, aku membencimu!" ​​Qiao Mu menepis tangannya, kemudian dengan panik melihat wajah pria itu tiba-tiba mendekat.     

Uh…     

Hampir segera setelah Qiao Mu berkata , Li Yan memegangi wajahnya, mencium bibirnya dan menghalangi kata-katanya.     

Qiao Mu melebarkan matanya dan menatap wajah yang hanya berjarak satu inci darinya. Dia kemudian mendorong pria itu dengan keras, tapi melihat wajahnya yang merengut karena menahan rasa sakit, dia tidak berani lagi menggunakan kekuatan karena khawatir menyentuh lukanya.     

Pada saat ini, dirinya bahkan masih peduli apakah pria itu terluka atau tidak. Dia benar-benar sudah bodoh sampai tidak tertolong!     

Lidah pria itu langsung masuk dan menelusuri seluruh area di dalam mulutnya.     

Qiao Mu membuka mulutnya dan menggigit bibirnya dengan keras untuk menghentikannya melanjutkan.     

Namun, pria itu tidak merasakan sakit sama sekali. Dia bahkan tidak mundur dan malah semakin ganas.     

Qiao Mu tidak bisa mendorongnya, gigitannya juga tidak berguna. Dia yang dicium seperti ini akhirnya hanya bisa menangis keras.     

Li Yan terkejut. Dia buru-buru berhenti dan memeluk wanita kecil itu ke dalam pelukannya. Dia menepuk punggungnya dengan ringan, "Anak baik, jangan menangis lagi."     

"Kamu sudah menindasku, dasar bajingan! Kamu hanya tahu bagaimana menindasku!" Qiao Mu menangis keras. Dia sudah tidak lagi peduli dengan bagaimana penampilannya. Dia merasa sakit dan tidak nyaman di hatinya.     

Li Yan memeluknya dengan sepenuh hati dan berbisik, "Mumu, aku tidak berpikir untuk tidak menginginkanmu, percayalah padaku, ya?"     

Qiao Mu terus menangis dengan keras. Setelah beberapa saat, dia berhenti menangis dan menatapnya dengan mata besar yang berair, "Apa yang kamu katakan?"     

Pria itu baru saja memanggilnya Mumu?     

Li Yan menatap penampilan wanita itu yang tampak bodoh dan berkata dengan tidak berdaya, "Aku tidak berpikir untuk tidak menginginkanmu. Kamu adalah milikku, bagaimana mungkin aku tidak menginginkanmu?"     

Qiao Mu berkedip. Dia tidak bisa lagi membedakan kalimat mana yang benar dan kalimat mana yang bohong.     

Qiao Mu mengerucutkan bibirnya, lalu berkata sambil tercekat, "Bagaimana dengan tunanganmu? Jika kamu ingin bersama tunanganmu, maka jangan bersamaku. Jika kamu ingin bersamaku, campakkan saja tunanganmu!"     

"Baiklah!" Li Yan menjawab dengan bibir tersenyum. Dia lalu menyentuh kepala Qiao Mu, "Ayo pulang dulu."     

"Itu bukan rumahku!"     

Melihat makhluk kecil yang masih berkeras itu, Li Yan pun tidak berdaya. Wanita kecil yang tidak mau ditundukkan ini ternyata bisa menyatakan cinta kepadanya. Li Yan benar-benar harus bersyukur bahwa dia sangat penting baginya.     

Qiao Mu benar-benar tidak punya tenaga untuk menangis lagi. Meskipun dia tidak ingin terlalu dekat dengan pria itu, tapi berbaring di pelukannya seperti ini membuatnya benar-benar tidak ingin bergerak.     

Karena Qiao Mu tidak tidur nyenyak selama beberapa hari, dengan berbaring di pelukannya, dia pun langsung merasa sedikit mengantuk.     

Dalam keadaan linglung, dia mendengar suara pria itu di atas kepalanya, "Jika kalian masih menginginkan cucu kalian, pulanglah dalam waktu setengah jam dan jelaskan semua masalahnya dengan jelas."     

Cucu?      

Qiao Mu mengerutkan kening dengan bingung. Siapa yang berbicara dengan Li Yan di telepon?     

Setelah Li Yan usai berkata, dia menutup telepon dan mengabaikan reaksi orang di seberang telepon.     

Jika bukan karena orang tuanya yang menyeretnya ke dalam masalah, semua masalah tidak akan menjadi begitu besar dan berputar-putar seperti ini hingga membuat makhluk kecilnya begitu sedih dan sakit hati.     

Tangan besar Li Yan dengan lembut membelai rambut Qiao Mu. Meskipun masalah menjadi rumit, tetapi apa yang dia dapat juga banyak.     

...     

Ketika mobil tiba di kediaman Keluarga Li, Qiao Mu masih tertidur.     

Melihat wajahnya yang tenang, Li Yan tidak tega untuk membangunkannya.     

Li Yan dengan lembut menggendongnya keluar dari mobil, namun Lei Yi buru-buru berkata, "Tuan Muda, lukamu belum sembuh, sebaiknya bangunkan Nona Qiao saja."     

Ketika Lei Yi selesai berbicara, Li Yan mencibir sambil memelototinya, "Aku tidak selemah itu."     

Lei Yi langsung terdiam. Dia merasa bahwa dirinya benar-benar terlalu kurang kerjaan mengurusi hal ini!     

Pada saat ini, sebuah mobil melaju ke halaman. Suara rem yang mendadak membuat alis Li Yan sedikit mengernyit. Dia menundukkan kepalanya dan melirik wanita kecil yang sedang tidur, lalu berbalik untuk melihat orang yang datang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.