Paman, Apakah Aku Layak Menjadi Simpananmu

Kita Tidak Perlu Perang Dingin Lagi



Kita Tidak Perlu Perang Dingin Lagi

0Wajah kecil Qiao Mu sedikit memerah, satu tangannya bertumpu di dagunya, dan tangannya yang lain memegang sedotan.     
0

Di depannya berjajar berbagai ragam dan warna koktail.     

Qiao Mu memasukkan sedotan ke dalam gelas koktail dan meminumnya dalam satu tarikan napas.     

Dia meminum koktail seperti sedang minum air. Setelah minum satu gelas, kemudian gelas kedua, setelah beberapa saat ada beberapa gelas kosong di atas meja.     

Saat minum koktail dari satu gelas ke gelas lainnya, sedotannya tidak sengaja membentur gelas lainnya hingga terjatuh ke lantai.     

Suara pecahan gelas membuat pandangan mata keempat pria itu mengarah padanya.     

Qiao Mu melihat pecahan kaca di sebelah kakinya dan tidak bereaksi untuk sementara waktu, wajahnya tampak linglung.     

Dia hanya berpikir bahwa koktail gratis ini sayang jika tidak diminum. Lagi pula dia juga bosan sendirian dan tidak bisa mengobrol dengan sekelompok pria besar ini. Dia hanya bisa menghibur dirinya sendiri dengan bosan.     

Lu Jingzhi tersenyum dan berkata, "Kakak, kamu sebaiknya mengurus keluargamu ini dulu! Bisa-bisa dia mabuk jika tidak diperhatikan sedikit saja."     

Ling Xi berkata, "Qiao Mu, apa kamu datang untuk menghancurkan tempat ini? Apa kamu mengalami masalah dengan gelas anggurku?"     

Su Chen ikut menimpali, "Sungguh memusingkan untuk melayani leluhur sekecil seperti ini setiap hari."     

Qiao Mu berpikir dalam hati, 'mengapa aku tidak paham apa yang mereka katakan?'     

Melihat gelas koktail kosong di depan Qiao Mu, Li Yan melirik Lu Jingzhi dengan tatapan dingin, "Bukankah kamu bilang tidak akan bisa mabuk dengan kadar alkohol koktail?"     

Lu Jingzhi terbatuk ringan dan berkata, "Siapa yang menyangka jika kadar toleransi alkohol keponakan kecilmu sangat payah, dia masih bisa mabuk dengan alkohol semacam ini."     

Ketika Qiao Mu hendak melanjutkan minum sambil memegang sedotan, dia tiba-tiba merasakan pergelangan tangannya dicengkeram, saat mengangkat kepalanya dia bertemu dengan sorot mata yang dalam.     

Li Yan berkata dengan dingin, "Ayo pulang."     

"Ya."     

Qiao Mu tidak mabuk dan hanya sedikit pusing. Dia yang merasa tubuhnya ringan dan melayang-layang dibawa keluar oleh Li Yan.     

Sepanjang jalan, Qiao Mu dalam keadaan linglung, tetapi dia masih tahu dengan jelas bahwa dia sedang perang dingin dengan pria di sebelahnya.     

Setelah dibuat menderita seharian, sekarang di bawah pengaruh alkohol, dia jadi tidak dapat menahan emosinya. Dia benar-benar ingin bergegas untuk mencekik leher pria itu dan bertanya kepadanya mengapa dia menuduhnya!     

Li Yan mendapati wajah Qiao Mu yang memerah dan sedikit mengernyit, dia mengulurkan tangan untuk menyentuh dahinya, "Wajahmu sangat merah, apa kamu benar-benar mabuk?"     

Tangan besar dan hangat yang menyentuh dahinya membuat Qiao Mu terkejut, dia kemudian menepis pergi tangan besar itu, "Jangan sentuh aku!"     

Tatapan mata Li Yan menyusut.     

Qiao Mu menggigit bibirnya dan berkata dengan benci, "Pembohong!"     

Dasar pembohong besar! Dia dengan jelas mengatakan bahwa dia tidak akan lagi menindasnya!     

"Qiao Mu!" Li Yan berkata dengan wajah cemberut, "Kamu mau menyinggungku lagi?"     

Qiao Mu mendengus, dia memalingkan wajahnya ke samping dengan cemberut, lalu bergumam dengan marah, "Aku tidak menyinggungmu saja kamu sudah seperti ini, jika aku menyinggungmu, tidakkah aku akan mati mengenaskan?"     

Nada bicara wanita kecil itu penuh dengan kebencian, dia seperti landak berduri sepanjang hari ini.     

Ketika mobil berhenti, Qiao Mu keluar dari mobil dan langsung masuk ke dalam rumah, namun dia dengan cepat dihentikan oleh Li Yan.     

Li Yan memeluk tubuh mungil itu dalam pelukannya dan berkata tanpa daya, "Makhluk kecil, kamu membuat kesalahan di masa itu, aku tidak marah padamu, kita tidak perlu perang dingin lagi."     

Suara pria itu rendah dan dalam, seperti angin malam yang sejuk, membuat Qiao Mu merasa bertenaga.     

Dia menatap pria di depannya dengan heran, mengira dia berhalusinasi.     

Tapi…     

Apa dia tidak marah padanya karena kesalahan yang dia buat saat itu?     

Qiao Mu hanya merasakan sesak di dalam hatinya, juga api yang berkobar di dadanya.     

Apa yang Qiao Mu lakukan? Entah itu sekarang atau dulu, kesalahan apa yang dia lakukan? Mengapa pria itu berdiri begitu tinggi dan memasang sikap seolah memaafkannya?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.