Pekerjaanku [End]

Hidup Baru



Hidup Baru

0Bos Kecil memilih untuk tinggal di apartemen yang ada di pusat kota. Yang aku tahu, apartemen itu sudah atas nama Bos. Wajar kalau di tempati sama dia kan. Sedangkan aku memilih untuk menyewa apartemen yang jauh lebih murah dari milik Bos. Ya, aku harus banyak berhemat walau tidak lagi membiayai kuliah kedua adikku.     
0

Setiap hari, pekerjaanku masih sama. Sebelum berangkat ke kantor, aku akan menjemput Bos dulu di apartemen. Jadi dari apartemenku lalu ke apartemen Bos Kecil, baru ke kantor. Nggak ribet karena arahnya pas. Dan nggak lama karena jaraknya hanya 10 menit dari apartemenku ke apartemen Bos, lalu ke kantor.     

Aku udah bilang kan kalau setiap 2 atau 3 minggu sekali kami akan balik ke Indonesia?     

Kami, aku dan Bos Kecil, akan berpisah di bandara karena beda tujuan. Bos yang akan langsung menuju apartemennya yang dulu dan aku yang langsung menuju rumah.     

Dulu, awal-awal aku pindah ke Singapura, Bapak dan Ibu hanya diam saja ketika aku pulang. Mereka sama sekali tidak menganggapku ada. Bisa dimaklumi karena aku memang yang salah, pergi tanpa pamit. Perlu waktu lama agar Bapak dan Ibu mau menerimaku lagi. Mungkin sekitar 4 bulan. Dan sekarang sudah 2 tahun berlalu. Rasanya waltu cepat berlalu.     

Kembalinya aku kali ini karena ada acara spesial. Adik tampanku akan menikah minggu depan, jadi aku sekalian mengambil cuti. Untungnya Bos berbaik hati mengabulkan keinginanku, dengan berbagai catatan.     

Iya, nggak salah. Elardo Ramzi, adikku yang berbeda usia 5 tahun dariku akan menikah. Yang artinya aku akan di langkahi. Nggak masalah sih buatku, toh jodoh itu udah ada yang atur. Kalau Edo nikah duluan, itu tandanya jodoh Edo lebih dekat dibandingkan denganku.     

Sayangnya kebahagiaan kami harus ternodai dengan cibiran tetangga. Itu salah satu alasan kenapa aku males banget pulang ke rumah. Karena setiap kali keberadaanku terlihat oleh mereka, rasanya mereka bisa mati kalau nggak mencibirku.     

Julukan bujang lapuk udah biasa aku dengar. Aku sih nggak pernah mikirin kata orang ya. Toh mereka menghabiskan waktu dengan menggosipkan diriku, aku sibuk belajar dan memperkaya diri. Jadi sebenarnya mereka yang rugi.     

Besar harapanku agar Bapak dan Ibu bisa berpikir simpel sepertiku. Mengabaikan omongan orang lain dan nggak terpengaruh dengan ucapan mereka. Kayaknya harus ada pelatihan biar kedua orangtuaku menjadi strong menghadapi cibiran para tetangga.     

"Mas nggak papa Mas Edo nikah duluan?" Fara memang adik yang paling perhatian. Dia juga yang nggak segan bertanya apapun kepadaku.     

"Biasa aja sih. Kenapa?" aku bertanya balik.     

"Ibu sedih soalnya Mas dikatain bujang nggak laku. Ibu cuma bisa nangis dan ngurung diri pas kabar Mas Edo mau nikah duluan kesebar."     

Gimana ya? Kadang susah juga sih bilangin ke orangtua kalau aku baik-baik saja. Baik dalam arti yang sebenarnya karena memang aku merasa seperti itu.     

"Bilangin sama Ibu, nggak usah dipikirin." kataku pada akhirnya.     

"Aku udah bilang kayak gitu ke Bapak sama Ibu, tapi nggak ada efeknya. Ibu tetep sedih, Bapak juga. Kalau kayak gini kan yang kasihan Mas Edo. Hari bahagia kok malah sedih."     

"Nanti Mas ngomong sama Edo." kataku akhirnya, sekalian memberi kode keras ke Fara kalau aku lagi nggak mau diganggu.     

Karena aku akan cuti selama 3 minggu, aku jadi harus mengerjakan banyak hal diawal, biar Bos nantinya nggak ribet juga pas aku lagi cuti. Kan nggak keren, pas lagi nerima tamu kok malah sibuk sama kerjaan. Jadi, selama Bos menikmati weekend bersama keluarga kecilnya, aku akan berkutat dengan pekerjaan. Itu hal yang biasa kok.     

***     

Sekarang alasan Bos Kecil balik ke Indonesia adalah anak kecil yang berumur 2 tahun bernama Nur Aksara Dauqi. Anak laki-laki Kara bersama pria nggak bertanggung jawab itu. Mereka hidup layaknya sebuah keluarga yang normal dan bahagia.     

Bos menyembunyikan keberadaan Kara dan Aksara dari keluarganya. Bukan karena ingin merahasiakan keberadaannya, tapi biar Aksara nggak terlalu dekat dengan keluarga Narendra sejak awal. Itu juga kesepakatan yang dibuat Kara bersama Bos Kecil.     

Dulu, ketika mengetahui Kara hamil, Bos berniat melamarnya. Bahkan sebelum pulang ke Indonesia, Bos Kecil udah siapin cincin buat lamar itu anak gadis orang. Tahunya, dia udah keduluan, malah tekdung juga. Lamaran Bos tetap diajukan, dan ditolak. Entah kenapa penolakan itu tersebar di kampus tapi dengan cerita yang berbeda.     

Berita yang beredar adalah bahwa bos nggak mau nikahin Kara yang sudah hamil. Faktanya adalah Kara yang menolak lamaran Bos. Nggak tahu sih apa yang ada dipikiran Kara sehingga menolak lamaran itu. Padahal awalnya Kara membawa Bos ke keluarganya dan berkata bahwa Bos adalah ayah dari sang bayi. Itu sebabnya Bos mendapat beberapa pukulan.     

Nggak tahu sih jalan pikiran Bos tuh gimana, udah tahu ditolak lamarannya sama Kara, Bos tetap deket sama gadis itu seolah nggak terjadi sesuatu.     

Bos juga bertindak seolah anak yang dikandung Kara itu anak dia juga. Semua keperluan Aksara dipenuhi bahkan sebelum dia lahir. Dia juga mendapatkan dokter terbaik yang ada di kota ini. Pokoknya Bos tuh sayang banget sama anak itu, si Aksara yang menggemaskan.     

Sampai sekarang, Bos masih menyokong finansial Kara dan anaknya. Dan setiap kali pulang, Bos akan langsung menuju apartemen yang ditempati oleh kedua ibu anak itu. Meski Bos bertanggung jawab atas mereka, Bos nggak langsung memberitahu semua hal tentangnya ke mereka. Sekali lagi, privasi adalah privasi.     

Sampai detik ini, yah mungkin sekitar 4 tahun Bos kenal dan dekat dengan Kara, Bos nggak pernah sekalipun membawa Kara ke rumahnya. Rumah yang dia tinggali selama menempuh kuliah, juga rumah utama keluarga Narendra. Hanya ke apartemen.     

Dan Bos juga nggak pernah memperkenalkan Kara kepada keluarganya. Eh, tapi pernah kok Kara bertemu dengan para kakak. Sewaktu acara tahunan di Jakarta dan kebetulan Kara diajak ke Jakarta. Tapi cuma sebatas itu sih.     

Sialnya, setelah nggak menjalin hubungan apa-apa sama Kara, Bos nggak tertarik untuk dekat dengan perempuan lain. Padahal kalau Bos mau membuka diri, pasti bakal banyak perempuan yang akan tertarik. Eh, ada seorang yang selalu membuat Bos menghentikan semua kegiatannya ketika gadis itu ada di dekatnya. Dia adalah Kaluna Springfield, anak dari sahabat Nyonya Clara yang tinggal di Bali, Stephanie Springfield.     

Aku nggak tahu sih hubungan mereka seperti apa, tapi para kakak selalu saja menjodohkan keduanya agar mereka terlibat hubungan romantis. Padahal kan Miss Kaluna masih kecil, beda 6 tahun lebih muda dari Bos. Tapi yang namanya cinta kan nggak pernah tahu kan ya.     

Sayangnya sampai sekarang nggak ada yang terjadi diantara keduanya. Bos yang terlalu pendiam sepertinya nggak mau bergerak maju terlebih dahulu. Miss Kaluna juga sepertinya malu-malu kucing gitu kalau ada Bos. Tapi dari mata mereka kelihatan jelas kalau keduanya saling menyukai. Sering saling curi pandang.     

Pernah beberapa kali Bos memintaku untuk mencarikan anting yang bagus sebagai kado ulangtahun untuk Miss Kaluna. Setiap tahun kayaknya si Bos ngasihnya anting mulu. Kalau bukan aku yang beli, itu artinya Bos udah beliin kado sendiri buat Miss Kaluna.     

Kalau kata Mr. Ilham, aku dan Bos adalah 2 orang yang memiliki kisah cinta yang tragis. Aku yang ditinggal nikah sama mantan pacarku, dan Bos yang nggak pernah memiliki keberanian untuk mengungkapkan perasaannya. Memang harus gitu ya perumpamaannya?     

***     

Hal mengejutkan yang terjadi ketika kami mulai pindah ke Singapura adalah keputusan Miss Kaluna untuk tinggal bersama dengan Bos Kecil selama dirinya menempuh pendidikan. Aku menerima kabar itu seminggu sebelum Miss Kaluna pindah. Semuanya serba dadakan, dan kami biasa aja sih menanggapinya.     

Well, memangnya apa yang akan diributkan?     

Apartemen Bos kan luas, ada 2 kamar yang bisa digunakan oleh Miss Kaluna untuk tinggal bersama Bos. Selain itu, apartemen selalu dibersihkan oleh orang yang memang dipekerjakan khusus untuk membersihkan apartemen itu. Jadi, apa yang perlu diributkan?     

Alasan Miss Kaluna ingin tinggal di bersama Bos karena hanya dia satu-satunya orang yang dikenal di Singapura ini. Padahal sebenarnya Miss Kaluna sendiri sudah punya apartemen, yang letaknya satu gedung dengan apartemen Bos. Cuma beda lantai aja.     

Orang kaya mah emang gitu. Beli apartemen kayak beli permen. Bisa beli dimana aja dan range harga yang bervariasi.     

Seminggu pertama, keluarga Springfield tinggal di apartemen. Maksudnya mereka tinggal di apartemen Miss Kaluna, sedangkan Miss Kaluna tinggal bersama dengan Mr. Carl, kakak Miss Kaluna, dan Bos di apartemen Bos.     

"Itu alasan adikku biar bisa tinggal bareng sama Angga. Sebenernya mah dia berani tinggal sendirian. Enak ya jadi perempuan, bisa pasang tampang sok lemah gitu." apa coba maksud ucapan Mr. Carl?     

"Itu keputusan yang bijaksana, Sir." kataku, berusaha senetral mungkin.     

Ada banyak kekhawatiran memang melepas anak gadis untuk tinggal sendirian di negeri orang. Menurutku, keputusan Mr. dan Mrs. Springfield untuk menitipkan putri semata wayangnya ke Bos adalah hal yang tepat. Yang nggak tepat tuh ucapan Mr. Carl tentang adiknya. Mana ada kakak kok nyuruh adiknya merayu laki-laki sembarangan coba?     

"No. Kaluna tahu banget kalau ini bisa jadi ajang pdkt ke Angga. Mungkin nanti Angga bisa dapet perawannya adikku." ucapan ini yang aku maksudkan. Aku nggak akan menyuruh Fara untuk tidur dengan laki-laki random.     

"Itu sedikit kasar, Sir." baru saja aku ingin menyeruput kopiku, Mr. Carl langsung menepuk pundakku keras. Sampai kopinya tumpah dan mengenai baju kerjaku.     

"Angga nggak pernah bawa perempuan ke apartemen ini kan? Dia udah putus beneran sama anak itu kan?" kini suara Mr. Carl terdengar serius.     

"No, Sir. Mr. Angga sekarang tidak sedang dalam hubungan romantis dengan siapapun."     

Terlihat Mr. Carl yang menghela napas lega. "Aku nggak mau adikku merusak hubungan orang. Hukum tuai tabur itu berlaku."     

Aku paham apa yang dimaksud oleh Mr. Carl. Meski seolah menyuruh adiknya mengumpankan diri untuk Bos, tapi Mr. Carl sendiri masih waras untuk nggak ngajarin adiknya menjadi seorang perusak hubungan orang.     

Setelah anggota keluarga Springfield pergi, apartemen menjadi sepi. Yah biasanya memang sepi sih. Bedanya, setiap pagi sekarang ada menu sarapan yang bervariasi untuk kami. Itu masakan Miss Kaluna yang ternyata sangat enak. Aku juga dapat jatah sarapan. Bahkan kadang dapat bonus bekal makan siang juga. Ternyata ada untungnya Miss Kaluna tinggal bareng sama Bos.     

Yang aneh tuh, Bos jadi oga-ogahan pulang ke rumah. Setiap hari dia akan bekerja sampai larut malam. Mungkin sekitar jam 11 baru pulang. Kadang aku nemenin, tapi kadang juga aku tinggal pulang karena udah capek banget. Mungkin Bos nggak nyaman dengan kehadiran orang baru di rumahnya. Iya lah, orang biasanya cuma sendirian. Pol mentok sama aku doang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.