aku, kamu, and sex

pesan terakhir



pesan terakhir

0angin sore berhembus sepoi-sepoi seiring musim hujan yang tergantikan musim kemarau, disela-sela jajaran batu nisan yang tersusun rapi, gadis mungil nan ayu berjalan dengan wajah sendu, memandangi hamparan pemakaman elit di kota K, seraya kakinya tak berhenti melangkah menuju makan dengan hiasan batu nisan marmer yang indah, dia berjongkok disisi makam lalu tangnnya merogoh tas pungung yang dia dekap didada. perlahan dia lantunkan surat Yasin dan tahlil dengan suara lembut. sepuluh menit kemudian dia letak kan buku kecil berisi surat Yasin dan tahlil yang baru saja dia baca. di belai batu nisan itu dengan lembut, dan ingatannya kembali pada sosok yang sudah terbaring dengan tenang di bawah batu nisan itu.     
0

flashback on     

'"jelita, ibu mau meminta sesuatu padamu, tapi ini adalah permintaan yang sangat sulit. tapi ibu berharap kau bisa mengabulkannya." ucap nyonya Mahendra, ya dia adalah ibu dari seorang Danil mahendra.     

"ibu mau minta apa? inshaallah jelita akan memberikan untuk ibu, apa lagi ibu sudah jauh-jauh datang kemari. dan ibu sudah jelita anggap sebagai ibuku sendiri, katakanlah Bu, jangan ragu."     

Dengan ragu nyonya Mahendra akhirny mengatakan maksudnya.     

"ibu ingin meminta masa depanmu."     

"maksud ibu?" jawab jelita dengan mengernyitkan alisnya, bingung.     

"ibu ingin kau menikahi putra ibu, tapi.." nyonya Mahendra menatap jelita dengan tatapan sendu, membuat hati jelita menjadi trenyuh dan berpikir yang tidak-tidak, apa putranya seorang penyakitan, atau apa.     

"tapi..??" tanya jelita     

nyonya Mahendra memegang kedua tangan jelita yang bertengger dipangkuan.     

"anak ibu gay." jawab nyonya Mahendra dengan menundukkan wajahnya, dan air matanya mengalir dipipi perempuan renta tersebut.     

jujur saja, jelita bingung harus menjawab apa. dia hany diam dan menatap sesosok wanita tua yang ada dihadapannya.     

"karena itulah ibu tadi bilang, ibu minta masa depanmu, permintaan yang sulit, dan mungkin harus mengorbankan seluruh hidupmu."     

"bagaimana ibu tau kalau putra ibu seorang gay, ibu tidak boleh menuduh sembarangan apa lagi dia putra ibu sendiri."     

"ibu tidak menuduh putra ibu, jelita, tapi.. ibu menyaksikan sendiri putra ibu berhubungan intim dengan pacarnya sesama pria di apartemennya pada saat ibu berkunjung kesana."     

"astagfirullah.." jawab jelita dengan menyapukan kedua tangan nya didada.     

"jelita, ibu tidak tau lagi harus berbuat apa, ibu hanya ingin dia bisa kembali normal, dan ibu yakin kau bisa membimbingnya kembali kejalan yang benar."     

"ibu mohon jelita, ibu pun tidak mau dia dihujat karena dia gay, tolong bantulah ibu." nyonya Mahendra menatap jelita dengan tatapan memohon, dengan air mata yang masih mengalir di pipinya.     

"baik lah Bu, jelita akan menikahi anak ibu."     

tangis wanita tua itu berhenti digantikan sedikit isakan dan sedikit senyum kelegaan diwajahnya.     

"trimakasih..trimakasih jelita, kau memang anak yang baik."     

"ibu juga orang yang baik, ibu sudah membiayai pendidikanku, dan membantu usaha ayahku yang hampir bangkrut."     

"ini tak sebanding dengan itu semua jelita."     

"jelita ikhlas Bu."     

"jelita, berjanjilah bahwa kamu tidak akan meninggalkan Danil apapun yang terjadi."     

"jelita janji Bu, jelita akan ada di sisi mas Danil sekuat dan semampu jelita."     

"ibu akan melamarmu, dan meminta Danil untuk menikahi mu."     

flashback off     

"ibu, aku tak menyangka, mendengar sendiri kenyataan mas Danil seorang gay ternyata lebih menyakitkan, tapi ibu jangan khawatir aku akan menepati janjiku pada ibu, ibu yang tenang ya disana, jelita pulang dulu ya Bu, kapan-kapan jelita kesini lagi."     

gadis itu beranjak berdiri melangkah keluar dari area pemakaman, tanp dia sadari empat pasang mata menatapnya dengan tajam.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.