aku, kamu, and sex

Negara A part 1



Negara A part 1

0Yola merebahkan kepalanya di dada Abdul, wajahnya mulai bermuram sendu mengingat bahwa Ia telah dinyatakan lulus ujian akselerasi dan itu artinya jika Ia akan segera berangkat ke negara A. lalu tinggal jauh dari suaminya.     
0

"Abdul." Panggil Yola, Abdul yang tidur terlentang sambil satu tangannya membelai rambut Yola, sedikit menoleh lalu mencium puncak kepala Yola.     

"Hm."     

"Berarti bentar lagi aku berangkat ke negara A dong."     

"Lalu kenapa?"     

"Jauh dari kamu."     

Abdul terkekeh, "Bucin."     

"Gara-gara kamu."     

"Kita sudah membahas ini sebelumnya, sayang. Nanti kalau libur semester aku susul kamu ke sana, atau kamu pulang ke sini."     

"Kamu ga anterin aku sampai di sana?" Tanya Yola dengan nada sendu.     

"Ya antar dong, sayang. Mana bisa aku melepaskan kamu tanpa tahu dimana kamu tinggal dan kuliah, dimana kamu berobat, ga bisa begitu. Aku antar kamu, aku tungguin sampai proses masuk kuliah selesai dan juga proses pengobatannya juga."     

"Bener, ya."     

"Iya. Udah malam sekarang tidur yuk." Ucap Abdul lalu merubah posisi menjadi miring menghadap Yola, dengan satu tangan untuk bantal Yola dan yang satu memeluk tubuh Yola erat. Begitupun dengan Yolamemeluk erat sang suami bahkan kakinya kini diatas paha Abdul.     

"Aku pasti bakalan kangen berat, nih." Ucap Abdul.     

"Abdul."     

"Hm."     

Yola tak melanjutkan kata-katanya, namun Ia menambah erat pelukan pada suaminya, Abdul mencium berulang puncak kepala Yola, Ia tahu apa yang dirasakan istrinya, walau tak terucap.     

"Percayalah ini tak akan lama, kita nikmati prosesnya, katanya mau surat-suratan." Kata Abdul, lalu Yola mengangguk tegas.     

"Kita masih telponan, video call juga, jangan sedih, semangat untuk masa depan kita. OK?"     

Yola mendongak lalu menatap wajah tampan suaminya yang sedang tersenyum lembut, lalu tangan yang tadi memeluk dirinya kini beralih membelai pipi Yola dengan sayang.     

"Aku percaya kamu perempuan yang luar biasa, pasti bisa melewati ini."     

"Kalau aku pingin tidur di peluk sama kamu gimana?" Kata Yola sambil menatap wajah suaminya.     

"Aku akan datangm lalu peluk kamu errrraaaatt banget."     

Yola tersenyum senang. "Bener ya."     

"Iya, semoga Allah meridhoi setiap langkah kita, ya sayang."     

"Amiin."     

Abdul menarik dagu Yola, lalu mencium lembut bibir istri kesayangannya itu. Melumatnya perlahan dengan kedua mata terpejam, begitupun dengan Yola. Menikmati setiap detik kebersamaan dengan keintiman yang mendalam. Hingga beberapa saat kemudian mereka mengurai ciuman yang berpaut.     

"Tidurlah sayang." Kata Abdul.     

"Tumben ga minta macam-macam."     

"Tadi katanya ga boleh." Jawab Abdul.     

"tadi katanya mau pelan-pelan aja."     

Keduanya tertawa, lalu kembali menyatukan bibir mereka sebelum keduanya lalu terlelap ke dalam mimpi yang indah.     

Di belahan bumi yang lain, sosok pemuda berusia 25 tahun sedang duduk di kursi kebesarannya, laki-laki berperawakan tinggi besar itu adalah seorang pemilik perusahaan raksasa di negara A. Namun Ia memiliki dua identitas yang berbeda selain CEO dia juga seorang dosen yang terkenal tampan namun kejam, tidak pernah menerima permintaaf maaf karena keterlambatan, dan harus mengerjakan tugasnya tepatnya waktu.     

"Tuan, Nona Natasha ingin menemui anda." Lapor asistent pribadinya pada laki-laki itu.     

"Usir dia." Jawab laki-laki itu tanpa menoleh pada asistentnya.     

"Baik, Tuan."     

"Wanita brengsek!" umpatnya.     

Tak berapa lama terdengar pintu dibuka secara kasar. Dengan amarah yang mulai memuncak karena pekerjaannya terganggu, Laki-laki itu menatap tajam pada dua orang yang masuk tanpa permisi itu.     

"Maaf Tuan, saya sudah bilang pada nona Natasha jika anda tidak mau menemuinya. Tapi Nona menolak."     

"Martin. Tega sekali kamu mengusirku, apa aku benar-benar tidak ada artinya untukmu?" Kata Natasha dengan langkah cepat lalu berdiri tepat di depan meja kerja laki-laki yang disebut dengan sebutan Martin itu.     

"memang apa artinya dirimu untukku?" Kata Martin dengan tatapan sinis.     

"Aku ini istrimu." Ucap Natasha dengan nada tinggi.     

"Mantan istri lebih tepatnya." Ucap Martin dengan tatapan tajam lalu menyodorkan sebuah map diatas meja kerjanya agar Natasha dapat mengambil lalu membacanya.     

Perlahan Natasha mengambil map tersebut, lalu membacanya, betapa terkejutnya dia, jika Martin benar-benar telah menceraikannya.     

"Kau keterlaluan, Martin." Ucap Natasha dengan berlinang air mata.     

"Wanita peselingkuh bukanlah tipeku. Jadi silahkan kau pergi dengan laki-laki itu, jangan pernah kembali ke hadapanku." Ucap Martin tegas.     

"Kau mencintaiku."     

"Tidak ada cinta lagi untukmu. Pergi!"     

"Kau akan membayar semua ini, Martin."     

"Aku sudah membayar lunas semuanya, jadi kita impas." Ucap Martin sambil menatap tajam pada Natasha, yang sudah mengeratkan giginya, kesal. Lalu Natasha pergi meninggalkan ruangan Martin, dengan cekatan Jasson sang asisten langsung menutup pintu ruangan sang bos.     

Martin duduk bersandar di kursi kebesarannya lalu memijat keningnya.     

"Siapkan mobil, kita ke kampus sekarang." Titah Martin setelah nyeri di kepalanya sedikit mereda, kemudian Ia melangkah ke sebuah ruangan kusus untuknya dan mengganti pakaiannya.     

"Baik, Tuan." Jasson segera menghubungi sopir pribadi Martin untuk segera menyiapkan mobil di depan pintu lobby.     

"Kita berangkat." Titah Martin, Lalu Jasson mengangguk dan mengikuti langkah bosnya.     

Dengan setelah jas yang di padukan dengan kemeja tanpa dasi serta celana panjang bahan yang sesuai dengan warna jasnya, Martin melangkah dengan penuh percaya diri, menyusuri koridor ruangan kantor dengan jumawa, semua mata menunduk tatkala melihat sang bos melewati mereka, tak berani sedikitpun mereka mendongakkan kepala. Martin terkenal tegas sekaligus kejam. Siapa yang tidak menuruti perintahnya akan menerima akibat berupa pemecatan. Namun Martin juga dikenal sebagai bos yang royal, bahkan gaji seluruh karyawan diatas standar yang ditetapkan oleh pemerinyah, itu sebabnya banyak karyawan yang betah bekerja di kantor itu dengan catatan harus disiplin dan mengikuti peraturan kantor.     

"Sampai jam berapa aku di kampus?" Tanya Martin pada Asistennya yang langsung membuka jadwal sang bos di dalam Tab miliknya.     

"Sampai jam 4 sore, Tuan." Jawab Jasoon.     

"Setelah itu kita pergi ke Black house." Perintah Martin.     

"Baiak, Tuan."     

Mobil yang Martin kendarai meluncur dengan kecepatan rata-rata, dan dengan menempuh waktu setengah jam, mobil itu telah sampai di kampus elit negara A.     

Jasson membukakan pintu mobil untuk Martin, "Silahkan, Tuan." Ucap Jasson. Dan tanpa menjawab Martin keluar dari mobil dan dengan langkah lebar segera menuju ke ruangannya yang berada di kampus tersebut.     

Martin mengambil buku-buku yang akan Ia jadikan penunjang untuk mengajar, setelah semuanya siap, lalu Ia kembali keluar dari ruangannya menuju ke sebuah kelas yang sudah penuh dengan mahasiswa.     

Bukan sebuah rahasia, jika Martin terkenal sebagai dosen yang tampan, cerdas dan sekaligus kejam, maka tak satupun mahasiswanya yang berani terlambat masuk ke dalam kelasnya atau;     

"Keluar!" Ucap Martin dengan wajah dingin, saat satu mahasiswanya terlambat 30 detik dari jadwal mengajarnya. Seketika Mahasiswa itu langsung mundur teratur atau jika Ia membantah harus mengulang perkuliahannya tahun depan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.