aku, kamu, and sex

Martin 1



Martin 1

0Abdul tidur dengan nyenyak setelah mendapatkan apa yang diinginkan dari istrinya, begitupun dengan Yola merasa bahagia karena dapat memberikan sesuatu yang diinginkan oleh suaminya. Hingga suara adzan subuh berkumandang, mereka baru terbangun.     
0

Keduanya saling tatap, lalu berpelukan dengan hangat. "Makasih untuk semalam." Ucap Abdul sambil tersenyum.     

"Sama-sama. Maaf ya belum bisa jadi istri kamu yang sempurna, kamu sudah menahannya selama ini, aku juga tidak mau egois sehingga mengabaikan kebutuhanmu."     

"Iya sayang, tidak apa-apa, lain kali kita bisa melakukannya." Ucap Abdul lalu menatap Yola dengan tersenyum lebar.     

"Yak an?" Tanya Abdul lagi.     

Yola mengangguk karena selama disini Ia sering di beri nasehat oleh ayah dan bundanya perihal rumah tangga, dan Yola sedikit demi sedikit mengerti tentang hal tersebut.     

"Ya kamu mandi dulu aja sana, nanti ketinggalan subuhnya." Ucap Yola sambil membelai pipi Abdul.     

"Ok sayangku, aku mandi dulu ya." Ucap Abdul tak lupa mengecup kening Yola sebelum turun dari ranjang dan masuk ke dalam kamar mandi.     

Yola merapikan tempat tidurnya lalu menyiapkan baju mereka yang akan di bawa pulang ke pesantren dan dilanjutkan ke negara A.     

Setengah jam kemudian Yola telah merapikan semua keperluannya dan Abdul lalu memasukkannya ke dalam koper besar. Sedangkan Abdul telah selesai sholat subuhnya di mushola bersama ayah, dan bundanya.     

"Udah disiapkan semua, yang?" Tanya Abdul saat Yola mencium tangan suaminya.     

"Sudah, tinggal berangkat aja. Aku mandi dulu ya." Pamit Yola, pada sang suami.     

"Iya sana mandi dulu, ini biar aku bawa turun." Ucap Abdul sambil menyeret satu koper besar untuk di bawa ke dalam mobil.     

Sesuai renacananya mereka akan kembali ke pesantren setelah sholat subuh, agar tidak terjebak macet untuk keluar dari kota tersebut.     

"Abdul, ini berkas-berkas yang harus kamu bawa." Kata Danil pada menantunya itu, sambil menyodorkan berkas yang sudah dimasukkan dalam tas transparan.     

"Baik ayah, terimaksih atas bantuan ayah dan bunda." Ucap Abdul sambil menatap Danil dan Jelita.     

"Sama-sama, semoga perjalanan kalian aman, selamat sampai dipesantren dan juga di negara A, tanpa kendala apapun." Kata Danil dengan tersenyum lebar.     

"Amiin, yah."     

"Ayah, bunda." Sapa Yola yang ternyata sudah selesai mandi dan telah memakai baju rapi siap untuk berangkat kembali ke pesantren.     

"Yola sayang." Jelita memeluk tubuh anaknya yang sekarang tingginya telah melebihi bundanya.     

"Ingat pesan-pesan bunda ya, jadi istri yang baik, selama di negara A kamu tinggal dirumah kita yang dulu, dan juga Fatih harus tinggal bersamamu, kalian harus saling menjaga satu sama lain." Pesan Jelita pada anaknya.     

"Iya bunda."     

"Titipan dari Om Ronald sudah bunda masukkan ke dalam mobil ya." Ucap Jelita lagi.     

"Ya, terimakasih, bunda." Yola memeluk jelita dengan erat, lalu memeluk Danil tak kalah eratnya.     

"Ayah sama bunda baik-baik di rumah, dan jaga kesehatan ya." Pesan Yola pada Ayah dan bundanya.     

"Iya, kamu juga." Tambah Danil.     

Dan setelah berpamitan dengan seluruh keluarga, Abdul dan Yola serta Pak karim dan Yusuf berangkat untuk kembali ke pesantren.     

"Kangen sama bang Jhon." Kata Yola sambil bersandar di bahu Abdul.     

"Peluk dia kalau kita sudah sampai nanti." Jawab Abdul sambil mencium kepala Yola.     

"Iya dong, dia kana bang aku yang paling aku sayang." Jawab Yola.     

"Titipan dari Lala ga lupa kan?" Tanya Abdul pada Yola.     

"Ga kok, sudah ada di dalam tas." Ucap Yola pada Abdul.     

"Ya udah, takut ketinggalan."     

Martin melajukan mobilnya ke arah kantor dengan kecepatan tinggi, dan tak perlu menunggu waktu lama untuk mencapai kantor miliknya, setelah memarkirkan mobilnya Ia langsung turun dan masuk ke dalam kantor yang masih sepi karena memang masih terlalu pagi untuk jam kantor, hanya ada petugas keamanan yang ada di kantor itu.     

Setelah perjalanan panjang selama hampir seharian, kini Abdul dan Yola telah sampai kembali di pesantren, kedua orang tua Abdul menyambut mereka dengan bahagia, begitupun dengan ketiga saudara Yola, yang telah menunggu mereka di rumah Abah Sofyan.     

"Bagaimana kabar ayah dan Bunda?" Tanya Jhonatan pada Yola adiknya.     

"Alhamdulilah mereka baik. Mereka menitipkan sesuatu untuk abang." Jawab Yola, lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya.     

"Dan ini dari Lala." Yola menyodorkan dua benda yang diberikan oleh orang tua dan juga Lala, kekasih kakaknya itu.     

"Terimakasih."     

"sama-sama abang."     

"Lalu, kapan kalian berangkat ke negara A?"     

"Kata Abdul dua hari lagi."     

"Kamu hati-hati disana, jangan lupa kirim kabar pada Abang, nanti abang akan susul kamu kalau liburan telah tiba." Ucap Jhonatan,membuat Yola menjadi senang mendengarnya.     

"Iya, abang memang harus menjengukku, karena abang tidak bisa pulang ke rumah sebelum abang lulus kuliah."     

Jhonatan tersenyum, "Ya, abang memang tidak berniat pulang, karena belum mau bertemu dengan Lala, takut khilaf nanti bahaya."     

"Apa lagi sekrang Lala memakai jilbab, dan tambah cantik, satu lagi yang penting, dia sukses menjadi seniman muda saat ini."     

"Luar biasa, aku sudah mendengar tentang dia, melalui surat-surat yang selalu ia kirimkan."     

Dengan langkah lebar Ia lalu menuju ke lift khusus untuk petinggi perusahaan, dan tak lama kemudia Ia telah sampai di dalam ruangannya, Ia segera masuk dam menyalakan laptopnya.     

"Sial! Aku harus mencari pelakunya, siapa yang telah meledakkan gudangku di kota Ugma." Gumam Martin sambil tangannya tak berhenti bekerja untuk membuka akses CCTV di kawasan tersebut.     

"Aku harus segera mencari tahu siapa yang melakukan semua ini." Gumamnya lagi. Dan tak perlu waktu yang lama Martin telah menemukan ladang siapa yang berani mengacaukan pabriknya.     

Jasson yang dihubungi Danil untuk segera ke kantor, akhirnya datang juga, Ia lalu dengan cekatan membantu sang bos untuk mencari pelaku peledakan di kantor kepolisian.     

"Ini tuan orangnya, saya yakin memang di yang melakukan pengeboman itu. Kata Jasson pada Martin yang lalu menatap Laptop yang disodorkan pada dirinya.     

"Bagus, segera seret dia untuk bertangung jawab atas permasalahan yang telah Ia buat." Perintah Martin tegas.     

"Baik, tuan."     

Jasson langsung pergi dari hadapan Martin untuk menangkap pelaku peledakan salah satu pabriknya.     

Mata tajamnya mencari sebuah dokumen yang menyangkut orang tersebut, Ia ingin menghukum orang tersebut tapi Ia juga tidak boleh egois jika memang pria itu mempunyai anak dan istri.     

"baguslah dia masih lajang." Ucap Martin tersenyum semirk.     

Tak beberapa lama kemudian, ponsel miliknya berbunyi, menandakan ada telpon masuk untunya, lalu dengan segera Ia mengangkat telpon tersebut.     

"kamisudah melenyapkannya, Tuan." Lapor Jasson pada bosnya melalui telpon.     

"Bagus, cari tahu siapa lagi yang terlibat. Aku ingin segera kau menangani ini, paham?"     

"Baik, saya paham tuan." Kata Jasson, lalu panggilan telpon itu diputus oleh Martin.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.