aku, kamu, and sex

Aku jatuh cinta?



Aku jatuh cinta?

0Fahri duduk di bangku taman madrasah sambil membaca buku kesukaannya sedangkan disampingnya tergeletak laptop yang selalu Ia bawa kemanapun Ia pergi. Hidup seorang Fahri tak jauh dari ketiga saudaranya, buku-buku dan laptop. Tak ada hal menarik lain baginya kecuali tiga hal itu.     
0

Anisa yang melihat Fahri duduk di taman Madrasah ingin mendekat namun hatinya ragu. Tapi rasa yang ada dalam hatinya tak mungkin Ia abaikan begitu saja tanpa adanya perjuangan. Akhirnya dengan berbagai pertimbangan dan sedikit membuang rasa malunya Anisa mendekati Fahri yang sibuk dengan bacaannya.     

"Assalamualaikum." Sapa Anisa pada Fahri dengan jarak yang tak terlalu dekat.     

Fahri mendongak lalu menjawab salam dari Anisa, "Waalaikumsalam,__ Eh Anisa, silahkan duduk." Ucap Fahri. Anisa lalu duduk didepan Fahri dengan pembatas jalan setapak.     

"Ada apa nisa?" Tanya Fahri polos sepolos-polosnya bahkan dia tak tahu jika saat ini jantung Anisa berdetak tak karuan.     

Mendengar pertanyaan dari Fahri, Anisa hanya mengeleng dan wajahnya menunduk dalam-dalam. Dan Fahri pun bingung harus bagaimana bersikap dengan seorang perempuan. Selama ini Ia hanya dekat dengan Yola dan Ibunya, Humaira.     

Anisa berdiri dari posisi duduknya, "Maaf kak, saya pergi dulu." Mendengar kata-kata Anisa, ada rasa tidak rela jika Anisa tiba-tiba pergi begitu saja. Maka dengan cepat Fahri menahan Anisa supaya tidak meninggalkannya.     

"Anisa!" Panggil Fahri membuat Langkah Anisa terhenti.     

Anisa membalik tubuhnya dan menatap Fahri yang berdiri tepat di hadapannya dengan wajah bingung, Fahri menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidaklah gatal, namun tak ada yang dapat Ia lakukan sebagai pelampiasan kebingungannya menghadapi perempuan seperti Anisa.     

"Ehm, apa? Ehm_" Fahri bingung mau berkata apa, tapi sayangnya Anisa semakin intens menatapnya membuat Ia semakin gugup.     

"Itu, Apa…" Kata Fahri gelagapan.     

"Sebenarnya Anisa mau minta tolong, untuk mengupgrade Virus di laptop Anisa, tapi tadi kelihatannya kak Fahri sedang sibuk, jadi Anisa_"     

"Oke, aku akan bantu, dimana laptopnya?" Kata Fahri memotong ucapan Anisa.     

"Dirumah, sebenatr aku ambilkan." Ucap Anisa, lalu pergi dengan berlari kecil menuju ke rumahnya yang tidak jauh dari Madrasah.     

Fahri terduduk sambil memegang dadanya yang tiba-tiba berdebar kencang.     

"Kenapa jadi deg-deg-an gini ya?" Gumam Abdul.     

"Ga mungkin kan aku jantungan?"     

"Apa aku perlu bertanya pada Ibu?"     

"Coba aku kirim email sama ibu."     

Fahri meraih laptopnya lalu menyalakan wifinya agar bisa terkoneksi dengan internet dari Madrasah. Lalu membuka emailnya dan mengirim pesan pada sang ibu.     

[Assalamualaikum, Ibu.]     

Semenit     

Dua menit     

Tiga menit     

Belum ada balasan dari Humaira, hingga lima menit kemudian, Humaira baru membalas pesannya.     

[waalaikumsalam, anak ibu, apa kamu baik-baik saja?] balas Humaira.     

Fahri tersenyum senang membaca balasan dari ibu nya lalu dengan cepat Ia kembali membalas.     

[Alhamdulilah Fahri baik-baik saja, bu. Ibu dan ayah apa kabar?]     

[Alhamdulilah ayah dan ibu juga baik. Ada apa sayang?]     

[Bu, Fahri mau Tanya, jantung Fahri kenapa berdebar-debar, deg-deg-an.]     

[kenapa]     

[Itu yang mau Fahri Tanya sama Ibu, kenapa jantung Fahri deg-degan kencang.]     

[Kamu sedang ada masalah?]     

[tidak]     

[Kamu sedang banyak tugas]     

[tidak juga, lagi santai malah]     

[lalu sebelum deg-degan apa yang kamu lakukan, olahraga?]     

[tidak. Hanya saja baru saja Fahri bertemu dengan Anisa, dan tiba-tiba jantungku berdebar kencang buk, apa aku jantungan ya bu?]     

Humaira tertawa di ujung sana [ Anisa itu siapa]     

[Anisa itu adiknya abdul suami Yola.]     

[Berarti dia putri Abah Sofyan]     

[iya, ibu betul]     

[Wah, sebentar lagi ibu bakalan punya mantu nih.]     

[Apa maksud ibu?]     

[Kau mungkin sedang jatuh cinta sama Anisa.]     

[Jatuh cinta? Ibu ada-ada aja, ga mungkin lah bu.]     

[Ya sudah sekarang begini saja, nanti kalau kamu bertemu lagi dengan Anisa, coba kamu rasakan apakah tiba-tiba kamu merasakan lagi rasa berdebar-debar itu atau tidak, atau malah lebih cepat.]     

[Masa harus begitu, bu.]     

[Ya, memang harus seperti itu.]     

[Baiklah, bu. Aku ikuti saran dari ibu.]     

[Bagus, kamu baik-baik disana ya, jaga kesehatan]     

[Baik bunda, salam untuk ayah katakan kalau aku sangat merindukan ayah]     

[Ok, Assalamualaikum]     

[Waalaikumsalam bunda]     

Fahri mematikan laptopnya dan ternyata Anisa sudah datang dan berdiri tak jauh darinya sambil mendekap tas yang Fahri yakini jika itu berisi laptop.     

"Maaf, aku tidak tahu kalau kamu sudah datang." Kata Fahri kikuk.     

"Tidak apa-apa tadi sepertinya kamu sedang sangat serius, jadi aku tidak mau menganggumu."     

"Iya, maaf ya. Duduk lah." Kata Fahri cangung. Lalu Anisa mengangguk dan duduk di hadapan Fahri.     

"Ini laptopnya." Kata Anisa sambil menyerahkan laptop miliknya.     

"Oh, baik. Aku akan segera meng upgrade anti virus untuk laptop mu." Kata Fahri tanpa menatap Anisa. Dadanya penuh debaran yang tak menentu, sampai dia berpikir sejak kapan dia sering berdebar ketika berdekatan dengan Anisa?     

"Kok kamu melamun?" Tegur Anisa.     

"Oh, maaf."     

"Ya sudah aku tinggal dulu ya,"     

"baiklah nanti aku akan mengantarkannya jika sudah selesai." Balas Fahri dengan menunduk.     

"Baiklah,"     

"Assalamualaikum."     

"Waalaikumsalam."     

Setelah Fahri membalas salam darinya Anisa pergi meninggalkan Fahri yang masih duduk di taman Madrasah. Tanpa Fahri ketahui sama halnya dengan dirinya, Anisa pun merasakan debaran yang sama. Diam-diam Anisa memegang dadanya yang berdebar kencang, begitu juga dengan Fahri yang memegang dadanya saat Anisa sudah menjauh darinya.     

"Apa benar kata bunda, kalau aku suka sama Anisa?" Fahri mengerutkan dahi memikirkan hatinya yang tanpa Ia sadari memang selalu tertuju padanya.     

"Cinta itu memang aneh, dulu Yola cinta banget sama kak Ramond, tapi sekarang bisa lengket gitu sama Abdul. Masa iya aku juga bernasib sama dengan mereka." Gumam Fahri sambil mengerutkan dahi.     

Fahri mengelengkan kepalanya kuat-kauat, lalu kembali fokus pada laptop milik Anisa, ia lalu membuka tas milik Anisa dan mengambil laptop berwarna hitam. Fahri meletakkan Laptop milik Anisa di atas meja taman, lalu mulai membukanya , dahinya mengerut kala melihat secarik kertas, yang terselip di dalamnya. Perlahan Ia membuka lipatan kertas itu dan membacanya. Sebaris puisi cantik yang entah ditujukan kepada siapa. Namun hati Fahri mendadak jadi bahagia bercampur perasaan aneh.     

Bayangmu terlintas dipikiranku memenuhi segala angganku     

Apakah kau seorang hantu?     

Warna indah dari manik matamu     

Memencarkan keindahan dalam setiap kedipan dan lirikan mata     

Aku tercekat     

Ketika mata indah itu menatapku dengan sayu     

Aku terjerembab dalam buaian CINTA bagai masuk ke dalam pusaran laut terdalam.     

Sesaat akupun bertanya,     

Apakah ini cinta?     

Apa kah aku jatuh cinta?     

Aku tak mengerti     

Saat pertama kali aku memandangmu     

Saat itu dan detik demi detik selanjutnya     

Aku terpesona padamu.     

Bolehkah jika aku katakan,     

Jika Aku mencintaimu sejak saat itu?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.