aku, kamu, and sex

Sebuah kesuksesan



Sebuah kesuksesan

0Yola mengantarkan surat yang Ia terima dari Anisa pada Jhonatan untuk diteruskan pada Fahri. Jhonatan menatap merah buda yang diberikan adiknya.     
0

"Sejak kapan Fahri sama Anisa saling surat-suratan?" Tanya Jhonatan sambil menaikkan satu alisnya, lalu melirik Yola yang hanya tersenyum sambil melirik sang kakak.     

"Tanya aja sendiri sama orangnya." UJar Yola.     

"Yang penting kakak kasih ke dia tuh suratnya, jangan bikin dia galau menanti jawaban dari Anisa." Lanjut Yola.     

Jhonatan masih menatap surat dengan amplop merah muda itu, lalu mengangguk perlahan.     

"Oke, baiklah. Besok pagi jam berapa berangkat?" Tanya Jhonatan sambil menatap Yola.     

"Jam 9 nan deh, ke bandara." Jawab Yola.     

"Hati-hati ya disana, kasih kabar sama abang, satu lagi kamu harus ingat kalau kamu udah punya suami."     

"Iya abang." Yola bergelayut dilengan abangnya.     

"Kamu harus selalu sehat, jaga kesehatan ya, abang ga mau kehilangan kamu."     

"Abang juga, jaga kesehatan, pulang kalau libur semester atau pas lebaran, kan kasian ayah dan bunda kalau lebaran abang ga pulang."     

"Iya iya bawel." Jhonatan mencubit pipi Yola.     

"IH sakit tahu abang!" Protes Yola membuat Jhonatan terkekeh.     

"Adik abang udah gede nih. Udah punya suami malah, bentar lagi punya ponakan nih, abang." Ujar Jhonatan menggoda Yola.     

"He.. ga tau kapan, doakan ya bang."     

"Doakan apaan? Cepet punya anak?" Tanya Jhonatan sambil melirik Yola yang tersenyum.     

"Pingin bang, Yola pingin punya anak. Biar kalau anak Yola udah gede, yola masih muda, asik kan bang, bisa pacaran lagi sama Abdul." Yola tertawa lebar.     

"Dasar kamu."     

"Lha emang iya." Bela Yola.     

"Abdul gimana?"     

"Abdul mah kapan aja dia selalu oke. Lagi pula dia udah kerja, udah bisa kasih makan anak sama istrinya."     

"Emang kalian udah pernah melakukan itu.." Tanya Jhonatan sambil menyatukan dua jari telunjuknya.     

"Ih, abang mau tahu aja deh." Jawab Yola.     

"Bukan gadis lagi nih adik Jhonatan." Kata Jhonatan sambil terkekeh lalu mendapat cubitan dipingang oleh Yola.     

"Bukan gadis tapi nyonya." Kata Yola bangga.     

"Nyonya Abdul." Yola dan Jhonatan menoleh ke belakang, ternyata Abdul telah berdiri di depan mereka.     

Abdul lalu menghampiri mereka berdua, Yola dengan segera berdiri lalu menunduk mencium pungung tangan suaminya. Selanjutnya Abdul duduk di tempat Yola, lalu Abdul meraih pingang ramping istrinya dan membawanya ke dalam pangkuan.     

Jhonatan hanya tersenyum kecut melihat keromantisan adiknya dan Abdul. Jhonatan akui jika mereka berdua memang sangat serasi dan keduanya sangat manja satu dengan yang lain.     

"Besok kalian berangkat, hati-hati ya." Ucap Jhonatan pada Abdul.     

"Ya, Ngomong – ngomong kamu pinter cari calon istri, Bang." Kata Abdul yang mengikuti Yola memanggil Jhonatan dengan sebutan Abang.     

"Cantik ya."     

"Inshaallah, bidadari sorga." Jawab Abdul sambil tersenyum     

"Amiin." Ucap Jhonatan sambil mengusap wajah dengan kedua tangannya.     

"Kamu ga kangen sama dia, Bang?"     

"Banget, makanya aku jadi takut kalau pulang, takut tiba-tiba nubruk dia." Kata Jhonatan lalu tertawa lebar.     

"Ni, aku ada kabar tentang calon bidadari kamu." Abdul menyerahkan Koran yang Ia baca di kantor tadi pagi.     

Jhonatan terbelalak kaget bercampur bahagia. LALA WIJAYA PELUKIS MUDA YANG SANGAT BERBAKAT. Tulisan yang tertera dalam artikel tersebut. Membuat Jhonatan tersenyum lebar, ternyata kekasihnya ini berhasil meraih cita-citanya. Mempunyai nama besar dengan kerja kerasnya sendiri, agar mampu disejajarkan dengan namanya kelak.     

"Dia memang sangat luar biasa, dia sangat bekerja keras untuk meraih cita-citanya." Kata Jhonatan dengan Rona bahagia, melihat gadis yang Ia cintai fotonya terpampang jelas di lembar utama Koran nasional itu.     

"Dia cantik pakai jilbab." Lanjut Jhonatan. Abdul dan Yola saling tatap lalu tersenyum senang melihat wajah Jhonatan yang bahagia melihat keberhasilan Lala.     

"Memang kamu tidak tahu kalau dia pakai jilbab?" Tanya Abdul.     

"Tidak, dulu waktu kami masih sekolah dia belum memakai jilbab, kayaknya baru-baru ini dia pakai." Jawab Jhonatan,     

"Semenjak dia mau ikut pameran, dia sudah memakai jilbab, abang tahu ga? Kalau Ayah mau buatin Gallery pribadi buat Lala?" Tanya Yola.     

"Serius?"     

"Iya benar lho, bang. Ayah aja ngomong sendiri ke dia nih. Ya kan, Yang?" Ujar Yola.     

Abdul mengangguk, Jhonatan tersenyum senang, ternyata orang tuanya sangat mendukung karir Lala.     

"Alhamdulilah, aku senang mendengarnya, ternyata Bunda dan Ayah sangat memperhatikan Lala." Jhonatan benar-benar teraru.     

"Makanya abang juga harus semangat, supaya Lala juga bangga sama Abang." Kata Yola sambil mengengam jemari Jhonatan.     

"Ya, abang semangat kok, pasti." Ujar Jhonatan.     

"Udah Asar yuk siap-siap ke masjid. " Ajak Abdul pada Jhonatan, lalu Jhonatan mengangguk dan mereka bersama-sama pergi ke masjid pondok. Sedangkan Yola sholat ashar dirumah bersama Umi dan Anisa.     

Setelah sholat Asar selesai, Jhonatan kembali ke kamarnya di asrama putra, lalu menemui Fahri yang ternyata baru pulang dari masjid Madrasah.     

"Fahri, ada titipan dari Yola." Kata Jhonatan yang membuat Fahri langsung tersenyum bahagia, Ia tahu itu surat balasan dari Anisa. Lalu dengan hati berdebar Fahri mengambil surat itu dari tangan Jhonatan.     

"Eit! Jawab dulu, ini dari siapa?" Kata Jhonatan dengan menyembunyikan surat itu dibelakang tubuhnya.     

"Jhon, please." Mohon Fahri pada Jhonatan, tapi Jhonatan masih saja senang menggoda Fahri yang wajahnya telah berubah merah.     

"Dari siapa dulu? Ga mungkin dari Yola ini kan?" Kata Jhonatan.     

Fahri mendesah nafas berat, "Iya itu dari Anisa."     

"Sejak kapan kamu dekat dengan Anisa?" Tanya Jhonatan sambil menaikkan satu alisnya.     

"Sejak kemarin, dan ini baru mau mulai babak baru." Kata Fahri pada Jhonatan.     

"Babak baru?" Jhonatan mengerutkan dahi.     

"Oke, aku kasih tahu jika Aku menyukai Anisa, dan itu surat balasan dari Anisa, apa kah dia suka padaku atau tidak."     

"Ow, begitu rupanya." Kata Jhonatan sambil tersenyum mengoda Fahri.     

"Jhon, please mana suratnya?" Lagi, Fahri merengek pada Jhonatan. Lalu Jhonatan memberikan surat itu pada Fahri lalu kembali ke kamarnya. Namun sebelum ke kamarnya Ia mencari Fatih yang tak terlihat dimatanya sejak siang tadi.     

"Kemana Fatih, kok ga lihat dia dari siang tadi ya?" Lalu Jhonatan kembali ke kamar Fahri dan menanyakan dimana keberadaan Fatih pada Fahri.     

"Dimana Fatih, apa kau melihatnya Fahri?" Tanya Jhonatan pada Fahri.     

"Lalu Fahri berpikir sejenak, kayaknya dia sedang di kantin Madrasah siang tadi, barusan juga sholat bareng kok, kayaknya dia masih disana deh." Jawab Fahri sambil menatap Jhonatan.     

"Ya sudah, nanti aku cari sendiri dimana keberadaan Fatih."     

"Ok, tapi aku rasa sebentar lagi dia kembali ke kamar."     

"Baiklah, kabari aku kalau dia sudah tiba dikamar ya."     

"Oke."     

"Ya sudah aku balik ke kamarku dulu." Kata Jhonatan dan meninggalkan Fahri di kamar asramanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.