aku, kamu, and sex

Kebahagiaan Silvia dan Ramond



Kebahagiaan Silvia dan Ramond

0Silvia menatap benda pipih yang Ia pegang perasaannya berdebar tak karuan, lalu setelah melihat dengan seksama Ia tersenyum senang.     
0

"Garis dua. Itu artinya… Kakkkkkk!" Teriak Silvia sambil berlari keluar kamar mandi, Ramond yang sedang menyiapkan sajadah untuk sholat subuh terkejut dengan teriakan dari istrinya.     

"Ada apa, Silvia?" Tanya Ramond dengan perasaan khawatir. Namun Silvia malah tersenyum lebar, membuat Ramond mengerutkan dahinya bingung.     

"Ada apa? Kenapa kamu berteriak?" Tanya Ramond dengan rasa penasaran yang sangat tinggi. Lalu Yola menutup mata Ramond dengan telapak tangannya. Ramond hanya menurut apa yang dilakukan oleh Silvia.     

Lalu beberapa detik kemudian Ia menarik tangannya dari wajah Ramond. Dan yang pertama kali Ramond lihat adalah benda pipih bergaris dua. Ramond kembali menajamkan penglihatannya, lalu tersenyum lebar.     

"Alhamdulilah." Ucap Ramond lalu mengangkat tubuh Silvia tinggi, lalu menurunkannya kemudian memluk tubuh mungil itu dengan sayang.     

"terimakasih sayang, aku bahagia banget." Ucap Ramond.     

"Sama-sama sayang, aku juga bahagia banget." Jawab Silvia.     

Keduanya berpelukan dengan erat, lalu kembali saling menatap satu sama lain, dengan perasaan yang tak terkira.     

"Apa kamu tidak akan terganggu jika harus hamil dan menyelesaikan sekolah?" Tanya Ramond pada Silvia.     

"Tidak sayang, kan sekolahnya di rumah, jadi aku tak perlu merisaukan tentang tugas sekolah pasti gurunya pun sudah mengerti." Jawab Yola dalam dekapan Ramond.     

"Ya sudah, kamu ke kamar mandi lagi sana, lalu mandi dan kita sholat subuh bareng." Tutur Ramond.     

"Iya, tunggu aku sebentar ya, aku ingin kita sholat bareng." Kata Silvia bahagia,     

"Baiklah, kita sholat bareng yah."Ucap Ramond dan membiarkan Silvia untuk pergi ke kamar mandi.     

Tak berapa lama kemudian silvia telah kembali lagi dan berganti Ramond yang wudhu dan berujung dengan mereka sholat bersama.     

"Anak kita laki-laki atau perempuan ya?" Tanya Silvia, pada suaminya setelah mereka selesai sholat dan Silvia duduk bersandar di kepala ranjang, sedangkan Ramond rebah dip aha Silvia sambil membelai lembut perut Silvia yang masih rata.     

"Laki-laki atau perempaun bagiku sama saja, aku akan tetap menerima dan menyayanginya." Kata Ramond lalu mencium perut Silvia.     

"Iya, aku juga pasti akan menyayanginya."     

"Nanti kita ke rumah danau, kita temui papa dan mama Molly, pasti mereka senang mendengar kabar dari kita."     

"Ya, aku setuju, tapi nanti kamu ke kantor."     

"Nanti aku berangkat siang saja, aku temani kamu ke rumah sakit lalu ke rumah danau."     

"Baiklah, terima kasih ya kak."     

"Sampai kapan kamu panggil aku sebagai kakak?" Tanya Ramond sambil tersenyum menatap Silvia yang tampak malu-malu.     

"Aku bingung mau panggil kamu apa?"     

"Panggil Daddy…" Kata Ramond.     

"Mom and Dad." Lanjut Ramond.     

Silvia tertawa, "Oke, Dad."     

"Itu kedengarannya sangat indah di telinggaku, ayo panggil aku lagi."     

"Dad, Daddy."     

"Ini sungguh luar biasa, kita sudah dipanggil Daddy and mommy disaat usia kita masih sangat muda. Sungguh ini sangat luar biasa, bagaimana menurutmu?"     

"kamu benar, ini sangat luar biasa, aku sangat bahagia, suatu saat jika anak kita telah dewasa, kita masih muda, kita masih bisa mengulang kembali masa-masa pacaran kita."     

"ya, kamu ingin punya anak berapa?" Tanya Ramond pada Silvia yang sedang tampak berpikir.     

"Empat atau lima mungkin, biar rumah kita jadi rame, ga sepi, aku sudah bosan kesepian, apa lagi kalau kamu lagi di kantor, aku bingung di rumah kalau hanya sekolah."     

"Baiklah, berapapun dan apapun maumu, aku akan memberikannya."     

"Terimakasih, selama ini kau telah memberikan apapun yang aku mau, termasuk ini." Ucap Silvia sambil membelai perutnya.     

"Kamu memang sengaja sering menggodaku, karena kamu ingin lekas punya anak dariku, hm?" Tanya Ramond sambil bamgkit duduk dan menatap lekat wajah Silvia.     

Silvia mengangguk, "Aku tak perduli dengan umurku, yang aku inginkan hanya ini, karena aku merasa apa yang dikatakan oleh ayahku itu benar, jika ibuku tidak bisa memberikan aku saudara kandung, maka aku sendiri yang akan membuat anak yang banyak." Silvia tertawa, dan Ramond tersenyum lebar, karena baru kali ini Ia bisa melihat istrinya ini bisa tertawa dengan lepas.     

"Syukurlah kalau kamu justru bahagia dengan kehamilanmu ini, bukan terbebani." Ujar Ramond lalu memeluk tubuh Silvia.     

"kamu tahu apa yang aku takutkan dalam hidupku?" Tanya Ramond yang membuat Silvia mendongak.     

"Apa?"     

"Tidak bisa membuatmu bahagia." Jawab Ramond.     

"Aku takut suatu hari nanti aku akan dimintai pertangung jawaban dari ayahmu, dan aku tak mampu menjawabnya. Tapi hari ini ke khawatiranku sirana, karena aku melihat kebahagiaan dimatamu, maafkan aku jika dulu aku sempat menghindarimu, itu bukan maksud aku untuk menjauhimu, tapi aku takut jika kamu hamil kamu akan mengalami kesulitan, tapi lihat sekarang kau justru sangat bahagia, maafkan aku karena telah salah menduga, dan terimakasih karena selalu menggodaku, dan membuatku khilaf berkali-kali hingga membuatmu hamil sekarang." Kata Ramond panjang lebar.     

"Jangan khilaf lagi, tapi lakukan itu penuh dengan cinta kak."     

"memangnya selama ini enggak dengan cinta? Aku sudah bilang aku mencintaimu."     

"Iya aku percaya, maaf ya kak."     

"Kenapa kak lagi?"     

"karena belum terbiasa memanggil selain kakak."     

"Baiklah, sekarang kamu harus lebih membiasakan dirimu untuk memanggilku kakak oke?"     

"Ya baiklah, suamiku."     

"Kamu ingin sarapan apa pagai ini? Biar aku yang buatkan." Tanya Ramond pada Silvia yang masih rebah di dadanya.     

"Ga usah kak, biar aku bikin sarapannya."     

"Tidak, kali ini aku yang bikin. Aku tidak ingin kamu capek dan lelah mengurus ku, sekarang kamu konsentrasi mengurus kesehatanmu dan calon bayi kita saja. Aku tak ingin sesuatu terjadi pada kalian."     

"Iya kak, aku akan baik-baik saja."     

"Kita berdua mempunyai riwayat kesehatan yang tidak terlalu baik, aku ingin kamu lebih peka dengan keadaan tubuhmu dari sekarang, beri tahu aku kalau kamu merasakan sesuatu yang tidak nyaman dari tubuhmu, OK?"     

"Iya kak, baiklah. Kakak jangan mengkhawatirkan aku seperti itu."     

"Iya, aku percaya kamu bisa menjaga diri dan calon bayi kita dengan baik. Aku bikinkan sarapan dulu untuk mu ya. Aku mencintaimu."     

"Aku juga mencintaimu. Terimakasih kak."     

Ramond mengangguk, lalu mencium kening Silvia sekilas, lalu keluar dari kamar mereka menuju dapur.     

Pagi ini Ramond membuatkan Silvia Rpti isi daging kesukaan Silvia bersama nasi goreng untuk dirinya, lalu menyiapkan segelas susu untuk istrinya dan satu gelas jus jeruk tanpa es untuk dirinya sendiri.     

Sementara Silvia membereskan tempat tidur mereka dan setelah itu Ia turun mencari keberadaan suaminya yang ternyata sedang sibuk di dapur. Silvia memeluk suaminya dari belakang lalu menyandarkan kepalanya dipungung suaminya.     

"Makanan sudah siap, ayo kita makan." Ucap Ramond sambil memutar tubunya lalu memeluk pingang Silvia dan mengecup bibirnya sekilas.     

"Tunggu aku diruang makan, aku akan membawa makanan ini kesana, Ok."     

"Biar aku bantu."     

"Tidak perlu. Sudah sana duduk."     

Silvia lalu menurut menuju ke runag makan lalu duduk disana menunggu suaminya yang sedang merapikan makanan di atas meja.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.