aku, kamu, and sex

Aku dan kamu



Aku dan kamu

0Yola bersandar di bahu Abdul, saat ini mereka sedang berada di sebuah bukit untuk melihat matahari terbenam. Abdul sengaja mengajak istrinya ke bukit ini untuk membuatnya senang karena sudah lama ia menginginkan ingin pergi ke bukit dan bisa melihat matahari tenggelam.     
0

Dengan sengaja juga hari ini pulang lebih cepat dari kantor untuk menemani istrinya di rumah serta menyiapkan semua perlengkapan yang akan mereka bawa ke negara A.     

"Kamu senang?" Tanya Abdul sambil membelai pipi istrinya.     

"Hm, aku senang. Terimakasih. Aku akan mengingat tempat ini selalu."     

"Hanya tempatnya saja?"     

"Sama orang yang menjgajakku kemarilah." Yola mengeratkan pelukannya pada lengan sang suami, kepalanya masih betah menyandar di bahu suaminya tat kala perlahan matahari mulai tengelam diperaduan.     

"Aku akan kangen saat-saat kita bersama, aku akan kangen saat kita tersenyum bersama, aku juga kangen saat kita makan bersama, tidur bersama. Segala hal saat kita bersama."     

Abdul tersenyum, "Seharusnya kita menambah lagi sesuatu yang kita lakukan bersama." Abdul tersenyum jahil. Seketika Yola langsung melepaskan lengan Abdul lalu duduk menjauh darinya.     

"Kenapa sih sayang, kok menjauh gitu, nanti kangen lho."     

"Aku tahu apa maksudmu."     

"Jadi?" Abdul menaikkan satu alisnya.     

"Besok lagi." Ucap Yola langsung menunduk diatas kedua lututnya. Abdul tertawa lebar melihat tingkah sang istri, lalu memeluk Yola yang sedang menyembunyikan wajahnya diantara kedua lutut.     

"Apaan yang besok?" Tanya Abdul sambil memeluk Yola dari belakang.     

"Ya yang lain-lain."     

"Apa yang lain-lain?"     

"Abdul!"     

"Yola…"     

"Aku sayang kamu." Kata Abdul menyandarkan kepalanya di pungung Yola.     

"Berat."     

"Yang berat ini yang bakal buat kamu rindu."     

"Ih! Beneran…"     

"Aku juga beneran."     

Abdul menegakkan pungungnya, lalu menarik tubuh Yola agar mau bersandar di dadanya. Yola menurut dengan nyaman Ia menyandarkan tubuhnya di dada sang suami, hingga beberapa saat matahari itu benar-benar tenggelam.     

"Kita pulang?" Tanya Abdul sambil menunduk menatap wajah sang istri.     

"Ya. Ayo kita pulang." Ucap Yola, lalu bangkit dari duduknya.     

"Kita makan diluar ya." Ajak Abdul.     

"Oke, aku nurut aja."     

Mereka berjalan melewati jalan setapak yang diterangi lampu-lampu jalan, lalu terlihat Pak Karim yang telah berdiri sambil membukakan pintu mobil.     

"Terimakasih pak Karim, kita makan di tempat biasa ya." Kata Abdul yang langsung di angguki oleh Pak Karim.     

"Baik, Gus." Ucap Pak Karim, lalu menutup pintu mobil setelah Abdul duduk di bangku belakang bersama Yoa.     

Mobil yang di kendarai Pak Karim meluncur ke jalanan yang ramai, karena hari itu bertepatan hari minggu jadi banyak para muda-mudi yang hilir mudik mencari hiburan atau sekedar nongkrong di pinggir jalan.     

"Di sini, Gus?" Tanya Pak Karim memastikan sebelum memarkirkan mobilnya ke dalam restoran apung.     

"Ya." Ucap Abdul.     

"Sayang, kita sudah sampai ayo turun." Abdul mengajak Yola turun dari mobil lalu mengandengnya mesra masuk ke dalam restoran.     

"Kita sholat dulu ya. Disitu ada masjid."     

"Iya," jawab Yola singkat sambil melihat pemandangan saung di beberapa lokasi yang menjadi ke khasan rumah makan tersebut.     

"Pak Karim kemana, kok ga kelihatan?" Tanya Yola menengok ke belakang."     

"Lagi parkir mobil, sebentar lagi paling nyusul ke mushola."     

"Oke."     

Mereka sholat masghrib terlebih dahulu sebelum akhirnya memesan makanan lalu duduk di dalam salah satu saung, bersama Pak Karim.     

"Saya di sana sajalah, Gus."     

"Disini saja, bareng sama kami." Jawab Abdul.     

"Restoran hari ini ramai, kalau satu saung hanya ditempati satu atau dua orang kan kasian padahal kita makan bersama-sama." Lanjut Abdul.     

"Takut ganggu."     

"Tidak, Pak karim. Kami tidak merasa terganggu." Ucap yola sambil tersenyum.     

"Ya sudah kalau begitu. Terimakasih Gus."     

"sama-sama, Abah telpon ga, Pak?" Tanya Abdul pada Karim sambil mengengam tangan Yola.     

"Tidak, Gus. Abah tidak pernah menelpon, kalau tahu Gus e pergi sama mbak Yola."     

"Oh, Ya sudah siapa tahu Abah tidak bisa menghubungi nomorku, lalu telpon Pak Karim."     

'tidak kok."     

"Syukurlah kalau tidak."     

Makanan yang dinanti telah tiba, mereka memesan ikan bakar beserta lalapan. Yola sangat menikmati makanan tersebut, karena memnag baru kali ini Ia pergi dengan Abdul dan makan diluar, karena kesibukan Abdul yang tak kunjung selesai.     

"Kamu suka makanannya?" Tanya Abdul.     

"Suka, suka banget. Suasananya juga asik banget." Kata Yola sambil tersenyum.     

"Jangan banyak-banyak sambalnya, pedas lho." Abdul mengingatkan Yola, memang Yola adalah gadis pengagum sambal, jadi sebanyak apapun sambal bisa Ia lahap sendirian.     

"Aku suka makanan pedas sebenarnya."     

"Aku tahu, Cuma aku ga mau kamu sakit perut nanti."     

"Iya ya, makasih sayang udah ingatkan aku."     

"Pak Karim kenapa? Kok jadi kikuk gitu makannya." Tanya Abdul saat melihat Pak Karim salah tingkah.     

"Jadi pingij cepat pulang, Gus. Ingat istri."     

"Ya bungkusin aja buat Istri Pak Karim." Kata Yola.     

"Bukan ingat makanannya Mbak, tapi ingat pingin romantisan juga sama istri saya." Pak Karim nyengir.     

Abdul hanya geleng-geleng kepala, lalu tersenyum.     

"Kirain." Kata Yola. Lalu melanjutkan makannya.     

"Kalau kita tinggal di negara A, ga ada makanan kayak gini ya, yang." Kata Yola sambil mengangkat ikan bakar miliknya.     

"Ya bikin sendiri."     

"Kalau ga ada kamu ya sama aja ga enak."     

"Ngrayu nih."     

"Emang iya kok, kalau ga ada kamu itu ga enak."     

"Aku bakal sering nengokin kamu, tenang saja. Lagi pula disana akan ada Fatih yang akan selaly nemani kamu."     

Yola mengangguk, "Pinginnya ada kamu juga."     

"Setelah kuliah kita lulus, kita akan lebih sering tinggal bersama, sambil aku kumpulin Uang untuk bangun rumah di tempat yang waktu itu kamu pilih. Ketika kamu pulang aku ingin rumah itu sudah jadi." Ucap Abdul.     

"Amiin. Semoga pekerjaan dan kuliahmu lancar ya."     

"Amiin, sayangku."     

Malam semakin larut, mereka kembali melanjutkan perjalanan pulang, setelah menyelesaikan makan malam mereka.     

Jam setengah sepuluh malam mereka tiba di rumah Abah Sofyan, terdengar dari pengeras suara, jika Abah sedang memberikan pengajian pada santrinya.     

Abdul dan Yola langsung masuk ke dalam rumah setelah terlebih dahulu menemui Uminya yang sedang duduk di ruang keluarga sambil membaca kitab.     

"Umi walau sudah Khatam, tetap aja rajin baca kitab ya." Kata Yola sambil menoleh pada Abdul yang sedang melepas kancing kemejanya.     

"Ya begitulah umi, tekun dan rajin." Jawab Abdul lalu membuka kemejanya dan memberikannya pada Yola untuk di taruh di keranjang kotor bersama dengan jilbab Yola.     

"Aku mandi dulu ya, atau kita mau mandi bareng?" Tanya Abdul sambil memainkan kedua alisnya.     

"Apaan sih.. nanti ga jadi mandi."     

Abdul terkekeh, "Lha terus ngapain kok ga jadi mandi."     

"Ih,! Kamu tuh!"     

Abdul tertawa lebar lalu masuk ke dalam kamar mandi meninggalkan Yola yang menatapnya dengan tatapan kesal.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.