aku, kamu, and sex

Sampai Sini.



Sampai Sini.

0Perjalanan panjang yang harusmereka tempuh untuk menuju ke negara yang hampir 13 jam lamanya di pesawat telah mereka lalui, dan kini mereka berada di bandara internasional negara A, di hadapan mereka telah telah menunggu sopir keluarga Danil yang memang bertugas menjaga kediaman Danil selama si empunya tidak menempatinya.     
0

Abdul mengandeng jemri Yola dengan erat, dibelakang mereka ada Fatih yang berjalan sambil menatap sekeliling bandara, sejak Ia membaca surat dari Cintya otaknya ekstra waspada untuk mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi.     

Abdul dan Yola masuk ke dalam mobil jemputan mereka, lalu diikuti oleh Fatih yang duduk di samping Pak Sopir.     

"Capek?" Tanya Abdul pada Istrinya.     

"Tidak, aku dijalan tidur terus." Jawab Yola, sambil melirik Abdul lalu menatap jalanan yang tidak terlalu padat di penghujung senja itu.     

"Kamu tidur dah kayak kebo tahu ga, Yol. Lama bener." Kata Fatih sambil menoleh ke belakang.     

"Ya biarin, kamu belum aja merasakan enaknya tidur ditemenin sama istri, aduhhhh mantab euy…" Jawab Yola sambil tersenyum lebar.     

"Gitu ya kamu, aku perasaan dari kita berangkat Cuma jadi body guard aja plus obat nyamuk untuk kalian, ckckcckk… sungguh terlalu." Ucap Fatih prihatin dengan dirinya sendiri.     

"Ya semoga kamu juga cepat dapat tambatan hati." Tandas Abdul yang membuat Fatih langsung menengadahkan kedua tangannya sambil berucap Amiin dengan kencang.     

Yola dan Abdul hanya terkekeh, "Semoga cita-cita kamu dapat bule kesampaian ya." Doa Yola untuk saudara sepupunya itu.     

"Amiin, bidadari bermata biru, I am coming." Kata Fatih. Abdul dan Yola tak tahan untuk tidak tertawa karena melihat tingkah Fatih yang entah sudah berapa hari ini memnag sedikit absurd. Patah hati memenag merubah segalanya, entah itu menjadi indah atau menjadi kelam. Dan Yola sangat memahami dengan apa yang sedang di alami oleh saudaranya itu.     

"Niat banget sih kamu mau dapatin bidadari bermata biru?" Tanya Yola pada sepupunya itu.     

"Kamu lihat dong, Yol. Matanya Momma…. Aduhai jernih cantik kan, pantas saja Opa sayang banget sama Momma… dan anehnya momma juga sayang banget sama Opa. Padahal usia mereka terlampau jauh."     

"Itu namanya cinta yang tak memandang usia, cinta sejati." Kata Abdul.     

"Sampai sekarang momma sama Opa masih lengket kayak lem tikus, susah bener di pisahin, satu ke kamar yang satu lagi iku, yang satu nengokin aku di rumah nih, yang satu iku juga, apa-apa mereka bareng, bahkan mandi sekalipun aku yakin mereka bareng tuh." Ucap Fatih yang membuat Abdul dan Yola kembali tersenyum lebar.     

"Biarin aja, mereka itu pasangan romantic yang bisa menjadi contoh untuk kita." Kata Yola.     

"Padahal kata papa, dulu opa ga mau cari penggantinya Oma lho, tapi semenjak bertemu dengan momma yang usianya masih dibawah papa dia langsung jatuh cinta, heran ya… sedahsyat itukah cinta?"     

"Iya lah cinta itu memang dahsyat nyatanya bisa merubah kamu, yang dulu irit bicara sekarang malah jadi cerewet." Kata Yola sambil mencibir.     

"jangan mulai deh, Yol. Itu bukan cinta, karena kalau kita tidak pernah menyakitkan, itu hanya sebuah kekhilafan sebuah hati yang memang tidak mempunyai mata, maklumlah yang mempunyai mata itu Cuma dua, kepala ama kaki." Kata faith sambil membuka bungkus coklat.     

"Kata siapa hati tak punya mata, nyatanya ada istilah mata hati." Kilah Yola.     

"Ya elah, mata hati itu gunanya Cuma satu melihat kebaikan di setiap keburukan, bukan melihat cinta itu di peruntukkan untuk siapa." Balas Fatih sambil menyerahkan potongan coklat pada Yola.     

"Makasih." Ucap Yola, lalu menyuapkan coklat itu ke mulut Abdul dan juga ke mulutnya sendiri.     

"Tuh kan, aku tuh Cuma jadi auhhhh! Aku tak tega menyetakan itu untuk diriku sendiri." Kata Fatih sambil memegang dadanya seolah sedang kesakitan.     

"Alaahh lebay kamu, Fatih." Tandas Yola sambil menoel pungung Fatih yang justru tertawa.     

"Masih lama ga pak sopir, saya capek nih mau tidur." Kata Fatih menggunakan bahasa dari negara A, pada sang sopir.     

"Tidak, tuan. Sebentar lagi kita akan sampai." Ucap Sang sopir.     

"Baguslah, aku yakin sudah super ngantuk." Kata Fatih lalu menyandarkan tubuhnya di jok mobil, lalu memejam kan matanya.     

Lagi, Yola dan Abdul hanya mampu terkekeh melihat ke –Absurdan faith. "Patah hati memnag luar biasa efeknya ya." Kata Abdul pada Yola.     

"Iya, kasian nih bocah." Ucap Yola sambil kembali menoel bahu Fatih yang ternyata benar-benar sudah tertidur.     

"Aih! Udah tidur, sekarang yang kebo itu siapa coba yang, tadi dia bilang aku yang kebo, tapi nyatanya dia uda tidur duluan padahal tadi dipesawat kata pramugarinya dia juga tidur terus di kursi." Ujar Yola yang membuat Abdul tersenyum labar.     

"Tidak apa-apa, dia mungkin lelah, atau sedang ingin mengalihkan pikirannya makanya ia memilih untuk tidur." Abdul tahu dengan benar apa yang terjadi dengan Fatih, mengenai surat ancaman itu hingga masalah patah hatinya dengan Anisa adik kandungnya.     

'Semoga kamu mendapatkan ganti yang benar-benar bisa memahami dan mengerti dirimu dan berani hidup bersamamu dalam suka dan duka.' Doa Abdul dalam hati untuk adik sepupunya itu.     

Tak lama kemudian mobil yang mereka tumpangi telah sampai di halaman rumah milik Danil. Lalu sang sopir membukakan pintu untuk Abdul dan Yola. Di depan pintu rumah terlihat Emma sang asisten rumah tangga telah menunggu mereka, lalu setelah melihat Yola keluar dari mobil, Emma berlari lalu memeluk Yola dengan erat.     

"Apa kabar nona Yola?" Tanya Emma setelah melepaskan pelukannya.     

"Alhamdulilah aku baik, oya kenal kan ini Abdul suamiku, dan itu masih ingatkan, dia Fatih sepupuku." Kata Yola lalu Emma mengangguk.     

"Saya masih ingat kok, selamat datang Tuan Abdul, saya Emma pengurus rumah ini, senang bertemu dengan anda." Kata Emma sambil menunduk sopan.     

"Terimakasih."     

"Cuma Abdul aja yang disambut nih." Kata Fatih sambil bersandar di depan mobil.     

"Maaf, selamat datang Tuan muda Fatih." Kata Emma sambil menunduk sopan pada Fatih.     

"Terimakasih, nah gitu dong, sekarang tolong bawakan tasku ya Emma, aku mau ke kamar dulu, mau tidur, ngantuk banget."     

"barusan kamu baru bangun tidur, sekarang udah bilang ngantuk?" Tanya Yola tak percaya jika sepupunya ini benar-benar penyuka tidur.     

"Biar kan saja sih, yang." Kata Abdul sambil berjalan mengikuti Fatih yang sudah terlebih dahulu masuk ke dalam rumah, sementara barang-barang mereka telah dibawa oleh Pak sopir ke dalam rumah.     

"Ehm, rumahnya nyaman, ada musholanya juga ternyata." Kata Abdul.     

"Iya, ayah membuatnya saat tinggal disini bersama bunda waktu itu kaminmasih di kandungan."     

"Pantas di Akta kelahiranmu tertulis nama kota ini sebagai tempat lahirmu." Ujar Abdul sambil menaiki tangga untuk menuju kamar Yola yang berada dilantai dua.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.