aku, kamu, and sex

Pertemuan 1



Pertemuan 1

0Yolla memutar-mutar ponselnya sambil menunggu giliran dia mengembalikan formulir daftar ulang di kampus yang ia tuju, karena jurusan mereka berbeda, Fahri tidak bersama dengan Yola, namun mereka masih dalam satu kawasan. Abdul duduk tak jauh dari Yola berdiri sambil tengok kanan kiri, melihat situasi.     
0

"Yang, duduk sih. Kenapa harus berdiri?" Ujar Abdul pada Yola yang sedang tersenyum sambil menatapnya.     

"Ga apa-apa, yang. Pegel dari tadi duduk terus."     

"Tapi lihat kondisi kamu dong, yang. Kamu ga boleh capek."     

"Aku ga capek kok, beneran deh, aku ga capek." Kata Yola meyakinkan Abdul.     

Tiba-tiba Yola merasakan ingin ke kamar mandi. Lalu meminta Abdul untuk menggantikan dirinya mengantri.     

"Yang, aku ke kamar mandi dulu ya, kamu yang nungguin." Kata Yola pada sang suami.     

"Oke, ga aku antar aja?" Tanya Abdul.     

"Ga deh, nanti antrianku kesalib lebih lama lagi kita nanti." Kilah Yola.     

"Oke, kalau begitu, kamu hati-hati, aku tunggu disini. Kemarikan berkasnya biar aku yang mengantri."     

Yola memberikan berkasnya pada Abdul lalu berjalan cepat menuju ke kamar mandi untuk mahasiswa.     

Sebelum Yola mencapai kamar mandi, ponselnya berdering lalu Yola segera melihat siapa yang menelponnya, Fatih. Nama itu tertera di layar ponselnya.     

"Assalamualaikum, Fahri."     

"Waalaikumsalam. Yol."     

"Kamu udah selesai?" Tanya Fahri disebrang telpon.     

"Belum, Abdul lagi antri untuk mengembalikan formulir, aku lagi mau ke toilet." Jawab Yola sambil berjalan.     

"Ya udah, aku tunggu di parkiran ya."     

"Siap. Ok-ok." Kata Yola.     

"Ya udah, Assalamualaikum."     

"Waalaikumsalam." Yola hendak menaruh kembali ponselnya ke dalam saku saat tidak sengaja Ia menabrak seseorang, hingga Yola terjatuh.     

"Aduh…." Kata Yola sambil memegang tangannya yang terasa sakit karena menahan tubuhnya dan berbenturan dengan lantai.     

Laki-laki yang menabraknya berdiri mematung, Ia hanya menatap Yola dengan tatapan dingin, namun tangannya terulur untuk membantu Yola berdiri, namun ditolaj oleh Yola.     

Yola berdiri perlahan, dilihatnya telapak tangannya yang memerah bahkan hampir memar karena terjatuh. Laki-laki itu masih terdiam dan hanya menatap Yola tanpa berkedip.     

"Maafkan saya." Ucap Yola. Namun laki-laki itu tetap diam tak megucapkan sepatah katapun. Membuat Yola mengerutkan dahi.     

"Maaf saya terburu-buru mau ke toilet tadi." Ucap Yola. Lagi, laki-laki itu tetap diam. Lalu Ia kembali berucap.     

"Kalau begitu saya permisi dulu." Yola langsung melangkah pergi meninggalkan laki-laki bertubuh tinggi besar itu. Yola menoleh ke belakang namun laki-laki itu tetap diam di tempat bersama asistennya yang berdiri di belakangnya.     

Yola menarik nafas panjang, "Ya Allah, itu manusia tuli atau bisu? Diajak ngomong diam saja." Gumam Yola sambil berjalan menuju ke toilet perempuan. Sampai di toilet Ia lalu buru-buru menyelesaikan urusannya agar sang suami tidak lama menunggunya.     

"Cari tahu siapa gadis kecil itu." Kata Martin. Ya laki-laki yang ditabrak Yola adalah Martin sang dokter killer dan kejam.     

"Baik, Tuan. Mau diapakan gadis itu, Tuan." Tanya Jasson sambil menunduk sopan.     

"Biarkan saja, aku hanya ingin tahu siapa dia."     

"Baik." Ucap Jasoon.     

"Kita kembali ke kantor atau kita mau kemana tuan?" Tanya Jasson lagi, memang Martin sulit ditebak kemauannya.     

"Kita ke black house setelah dari kantor." Kata Martin lalu masuk ke dalam ruangannya.     

Sementara Yola telah selesai dengan urusannya di kamar mandi lalu Ia segera kembali ke tempat daftar ulang. Abdul tersenyum saat melihat Yola kembali, namun dahinya mengerut saat melihat Yola yang seperti menahan sakit pada tangannya.     

"Kamu kenapa?" Tanya Abdul khawatir.     

"Tadi jatuh nabrak orang, eh! Orang itu Cuma diam aja, aku bilang maaf diam, aku bilang permisi tetap diam." Kata Yola.     

"Mungkin dia tak mengerti bahasmu?" Tanya Abdul sambil memgang tangan Yola yang ada bekas merahnya.     

"Mengertilah, aku kan pakai bahasa negara ini." Jawab Yola.     

"Laki-laki atau perempuan?" Tanya Abdul.     

"Laki-laki, seumuran kak Ramond, tuaan dikitlah." Jawab Yola sambil sedikit berpikir.     

"Hm, siapa tahu dia malah tertarik denganmu, waduh! Baru mau masuk sudah punya saingan nih aku." Kata Abdul sambil melirik Yola.     

"Mana bisa dia saingan sama kamu, kan kita sudah menikah." Kata Yola.     

"Iya benar. Kamu udah jadi milikku sekarang, tapi tidak menutup kemungkinan namanya juga negara bebas, mana mau mereka menggunakan tata karma adat pernikahan, seperti di negara kita." Tutur Abdul yang membuat Yola terkekeh.     

"Kamu cemburu ya." Tebak Yola.     

Abdul melirik Yola, "Menurutmu?"     

"Kamu sedang cemburu."     

"Ya jelas aku cemburu, kalau ada laki-laki lain yang mendekatimu."     

"Dia tidak mendekatiku, hanya bertabrakan secara tidak sengaja pula." Kata Yola.     

"O, begitu."     

"Iya dong."     

Abdul menarik nafas panjang, lalu menatap istrinya dengan kedua tangan memegang tangan Yola.     

"Kamu bener hati-hati selama disini ya. Jangan mudah percaya dengan orang lain."     

"Iya, aku akan hati-hati." Jawab Yola.     

"Ya sudah ayo kita pulang." Ajak Abdul.     

"Memang udah selesai?" Tanya Yola pada Abdul, lalu sang suami mengangguk.     

"Sudah beres nyonya Abdul." Jawab Abdul, yang membuat Yola tersenyum senang.     

"Syukur dah kalau sudah selesai, ayo kita pulang, Fatih menunggu kita di parkiran mobil."     

"Ok." Abdul mengandeng pdengan lembut tangan Yola karena tak mau lebih membuat Yola merasakan sakit, lalu mereka berjalan beriringan menuju ke parkiran mobil.     

Dilain pihak, Martin pun sudah keluar dari ruangannya dan hendak kembali ke kantornya, namun disela perjalanannya menuju ke parkiran Ia melihat sosoj yang tadi menabraknya.     

Martin berdiri agak jauh dari Yola sambil menatap interaksi antara Yola dan Abdul.     

"Masih kecil sudah pacar-pacaran." Batin Martin. Namun Ia masih setia mengamati Yola dan Abdul yang telah masuk ke dalam mobil bersama Fatih dan seorang sopir.     

"catat Plat mobilnya." Perintah Martin pada Jasson yang langsung melaksanakan apa yang diperintahkan oleh sang bos.     

"Cari siapa pemilik mobil utu." Lanjut Martin.     

"Baik Tuan, akan saya cari tahu dengan segera." Balas Jasson.     

Setelah mobil yang dinaiki oleh Yola keluar dari area parkir, kini Martin kembali melangkah ke parkiran khusus untuk para dosen dan staf.     

"Kamu siapa? Mengapa membuat aku seperti kaku setiap kali menatap wajahmy." Ucap Martin.     

"Apa kah aku bisa mendapatkanmu, gadis kecil?" Tanya Martin dalam hati.     

Martin membuka ponselnya lalu mencari tahu tentang kebiasaan kaum muslim yang mengguanakan jilbab, Ia membaca berbagai macam artikel, dan akhirnya menyimpulkan sesuatu hal.     

"Dia mempunyai alasan yang kuat kenapa tidak mau menerima bantuanku untuk berdiri." Ucap Martin.     

"Aku pasti akan mendapatkanmu, gadis kecil." Batin Martin, lalu mobil yang Ia tumpangi kembali meluncur ke jalanan yang akan mengantarkan Ia kembali ke aktifitas sebenarnya, yaitu menjadi bos besar di perusahaannya.     

"gadis kecil." Gumam Martin, kala ia tiba-tiba menatap Yika.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.