aku, kamu, and sex

You



You

0Jam pulang sekolah telah tiba, seluruh siswa berbondong-bondong keluar dari gedung sekolah tapi tidak jhonatan dan para sepupunya. Mereka sudah menunggu saat-saat pulang sekolah seperti ini, menunggu suasana menjadi sepi lalu mereka dengan mudah memasang minicam disudut ruangan yang mereka kehendaki.     
0

"Masih ada anak-anak yang lewat, kita tunggu sampai benar-benar sepi." Ujar Yola sambil menatap keluar ruangan lalu melihat kea rah gedung administrasi yang masih ada beberapa siswa yang hilir mudik disana.     

"Ya udah, kita santai aja dulu." Ujar Fatih.     

"Tapi saat mereka sedang menunggu di dalam ruang kelas, mereka mendengar suara seseorang sedang menangis.     

"Kalian dengar ga? Ada suara kayak orang lagi nangis."     

Lalu mereka menajamkan pendengaran mereka, dan benar saja mereka mendengar suara anak orang yang lagi nangis.     

"Kita cari dimana asal suaranya." Kata Yola.     

Mereka serempak menyebar untuk mencari sumber suara, lalu Fatih berhenti didepan sebuah lemari.     

"Woy, suaranya dari sini." Panggil Fatih pada saudara-saudaranya.     

"Iya bener." Kata Yola yang langsung mendekat kearah lemari.     

"Cepet buka." Fakhri menatap ketiga saudaranya.     

"Oke, aku yang buka." Kata Jhonatan. Lalu perlahan membuka lemari yang terkunci dari luar itu dengan menggunakan alat seadanya yang mereka temukan di dalam kelas.     

CEKLEK     

Pintu kayu itu terbuka, lalu serempak mereka berteriak. "Waaaaaa." Lalu mereka saling tatap     

"Lala…!!" Teriak mereka serempak.     

"Kamu kenapa bisa disini. Bukannya kamu ga masuk sekolah?" Tanya Yola sambil membantu Lala keluar dari dalam lemari.     

"Nih, minum dulu" faith menyodorkan air minum mineral dari dalam tasnya pada Lala. Dengan ragu lala mengambil minuman itu dari tangan Fatih.     

Dalam sekali tegukan, minuman dalam botol itu langsung tandas. "Makasih." Ucap Lala pada Fatih.     

Mereka berlima duduk dilantai didalam kelas, hanya saling tatap satu sama lain, lalu Yola membuka pembicaraan karena tak tahan ingin bertanya apa yang terjadi pada lala.     

"Sebenarnya ada apa, La? Bukannya tadi kamu ga masuk sekolah?" Tanya Yola.     

"A…aku masuk kok, justru aku datang paling pagi diantara musrid-murid yang lain."     

"Terus, kok kamu bisa terkunci di lemari? Untung kamu ga pingsan karena kehabisan nafas." Ujar Si Fatih.     

"Lemari itu ka nada lubangnya di bagian belakang, jadi ada udara masuk kalau tidak aku pasti sudah mati."     

"Kalau tahu resikonya mati, kenapa kamu masuk dilemari?" Tanya Fakhri.     

"Kalau aku di dalam lemari mana mungkin aku bisa ngunci lemari dari luar?" Kata Lala. Jhonatan langsung menatap tajam pada Lala yang membuat lala takut.     

"Jadi, ada yang menjebak kamu? Itu maksud kamu kan?" UCap Jhonatan lalu pandangannya beralih pada ruang kelas yang kosong.     

"Iya,"     

"Serius?" Tanya Yola.     

Lala mengangguk, "Mungkin kalian ga akan percaya dengan apa yang bakal aku omongin tapi itulah kenyataan yang aku tahu."     

"Ngomong aja, La." Kata Fatih.     

"Leo yang nglakuin semua ini."     

"APA!!? Leo?" Kata mereka serempak.     

"Iya Leo, dia juga yang mengganti jawaban ulangan Silvia agar nilainya jelek, lalu menuduh Yola dan kamu Jhon yang menggantinya, karena silvia menemukan pulpen milik silvia yang jatuh di depan ruang TU. Bukankah semua pulpen kamu berstiker khusu, kayaknya hanya kamu yang punya stiker itu." Kata Lala.     

"Iya, itu stiker dari kak Ramond, dan aku memang kehilangan salah satu pulpen aku, karena stiker itu bernomor seri dan dibuat kusus buat aku sama Kak Ramond." Ucap Yola yang membuat ketiga saudara laki-lakinya terkejut.     

"Serius? Aku kok ga dibikinin sih? Aku kan juga adiknya." Ujar Fakhri cemberut.     

"Terus kenapa Leo bisa masukin kamu ke dalam lemari? Untung aja kita belum pulang, gimana jadinya kalau kita ga nemuin kamu, bisa mati kamu didalam lemari." Kata Jhonatan tanpa menatap Lala.     

"Tadi pagi, aku mergoki Leo lagi begituan sama Pak Wiliam, Leo dan pak wiliam itu homo." Ujar Lala sambil begidik ngeri mengingat apa yang dia lihat di kelasnya tadi pagi.     

"Kamu ga bohong kan?" Tanya Yola yang tak percaya jika cowok cupu yang terkesan sopan dan pendiam itu adalah seorang homo dan psikopat.     

"Suer." Ucap Lala sambil mengacungkan dua jarinya ke depan Yola.     

"Terus kenapa kamu baru nangis sekarang, ga dari tadi aja waktu pas pelajaran." Tanya Fatih.     

"Aku juga ga tahu, tadi tuh aku di paksa minum putih gitu sama Pak wiliam dan Leo, habis itu aku ga tahu lagi apa yang terjadi, sadar-sadar baru aja, tau-tau aku lagi didalam lemari, terus aku ketakutan, lalu nangis."     

"Kita harus melaporkan ini pada kepala sekolah." Ujar Jhonatan.     

"Ga ada buktinya juga, nanti malah aku lagi yang kena gimana? Aku takut." Kata Lala sambil memeluk kedua lututnya.     

"Ya udah, kita jalankan rencana kita yang tadi, kita pasang kamera di beberapa tempat, bawa berapa kamera kamu Fakhri." Tanya Jhonatan.     

Fakhri membongkar isi tasnya, dan mengambil beberapa minicam yang ia bawa.     

"Cuma tiga nih."     

"Ya udah kita pasang di tiga tempat." Kata Yola.     

"Dimana aja pasangnya?"     

"Kelas, TU, kamar mandi." Kata Fatih.     

"Gila, kamar mandi, gimana kalau ada murid yang lagi pakai tuh kamar mandi, kita bisa kena masalah."     

"Terus dimana dong?" Tanya Fatih sambil menatap ketiga saudaranya dan juga lala.     

"Ruangan Pak Wiliam." Jawab Yola.     

"Setuju." Kata Lala.     

"Tapi besok kamu jangan masuk sekolah dulu, La. Aku takut kamu jadi sasaran mereka lagi, lebih aman kamu dirumah dulu deh, la." Kata Jhonatan lagi-lagi tak mau menatap Lala.     

"Setuju, benar kata bang Jhon, kamu dirumah aja dulu, La, sampai semuanya aman." Tandas Yola.     

"Oke deh, tapi kalau ada PR atau tugas, kasih tahu aku ya, aku sekolah disini karena beasiswa, kalau nilaiku turun, aku takut ga bisa sekolah lagi disini." Ucap lala sambil menundukkan kepalanya.     

"Oke, kita bakal kasih tahu kamu, tenang aja, kamu akan tetap sekolah disini La, walau tanpa beasiswa." Ujar Jhonatan.     

"Makasih." Ucap Lala singkat.     

"Ya udah ayo kita pasang, mumpung udah pada sepi, dan pak satpam belum ngunci seluruh ruangan." Kata Yola sambil menatap saudaranya.     

"Oke, kita bagi tugas." Kata Jhonatan.     

"Fakhri, kamu pasang di TU sama Fatih. Aku sama Yola pasang di ruangan Pak Wiliam, lalu sekarang kita pasang di ruang kelas bersama-sama." Ujar Jhonatan.     

"Oke siap." Kata mereka serempak.     

Lalu mereka bergegas memasang minicam itu disudut ruangan yang tidak diketahui oleh siapapun kecuali mereka berlima. Mulai dari ruang kelas, TU, dan Ruangan Pak Wiliam.     

"Gimana udah?" Tanya Jhonatan yang sudah selesai memasang minicam di ruang Pak Wiliam.     

"Udah dong." Jawab Fakhri dan Fatih.     

"Ya udah kita pulang." Ajak Jhonatan.     

"Bang, aku ga pulang bareng abang ya, aku mau ke toko buku dulu, sama Kak Ramond. Barusan Kak Ramond kirim pesan, dia lagi dijalan mau jemput."     

"Ya udah kalau gitu." Kata Jhonatan cuek.     

"Eh, bang…antar Lala pulang dong kasian, dia kan ga bawa motor, kalau dijalan kenapa-napa gimana?" Kata Yola Pada Jhonata.     

Jhonatan menarik nafas panjang, lalu menatap pada Lala yang berdiri sambil menundukkan wajahnya, karena takut pada Jhonatan.     

"Ya udah, ayo La aku antar kamu pulang." Kata Jhonatan, sedangkan Fakhri dan Fatih hanya tersenyum penuh arti karena mereka tahu jika Lala sebenarnya suka pada Jhonatan sedangkan Jhonatan tak tahu dengan perasaannya sendiri karena ada perempuan lain yang selalu mengusik pikirannya setiap waktu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.