aku, kamu, and sex

Kembali Pulang



Kembali Pulang

0Setelah dokter menerangkan hasil laboratorium bahwa, Yola sudah bisa dikatakan negative leukemia, dan hanya harusrutin chek up dokter, kini mereka besiap-siap untuk segera pulang ke rumah Abah.     
0

Danil dan Jelita serta Ramond dan Silvia, bersama-sama membantu Yola dan Abdul membereskan semua barang-barang yang akan di bawa lagi pulang ke rumah Abdul.     

"Ayah,bunda, terimakasih sudah membantuku dan juga Abdul."     

"Kak Ramond dan Kak Silvia, terimakasih juga ya, kalian nungguin aku sampai kita bisa pulang." Yola berkata dengan enyum lebar.     

"Sama-sama sayang, yang penting setelah ini kamu harus sering control ke dokter ya." Ucap Jelita pada sang anak.     

"Ya sudah, Pak Karim sudah menunggu di bawah, ayo sekaramg kita pulang." Kata Abdul yang baru saja dari depan untuk menerima telepon.     

'Yuk." Abdul mengandeng bahu Yola, dan di pungungnya ada tas laptop yang mengantung disana.     

Sedangkan barang-barang lain telah di bawa oleh Ramond dan Danl, karena memang mereka tak banyak membawa barang-barang, hanya pakaian ganti sehari-hari dan pakaian sholat.     

"Langsung ke rumah Pak." Titah Abdul pada pak Karim, saat mereka telah berada di dalam mobil.     

"Baik, gus." Jawab Pak Karim yang langsung melajukan mobilnya ke rumah Abah Sofyan.     

Di rumahnya Sofyan telah mempersiapkan segala sesuatunya, termasuk kamar untuk Yola.     

"Mereka belum tiba, bah?" Tanya Umi     

"Belum, sayang." Jawab Sofyan sambil merangkul bahu sang istri.     

"Aku kangen sama Abdul dan Yola." Ucap Umi dengan menyatukan kedua tangannya ke depan dada.     

"Sebentar lagi mereka akan datang, sabarlah."     

"Ya, aku akan bersabar, menunggu menantu cantikku, dan anak gantengku satu-satunya."     

"Lha aku ga dianggap, umi?" Protes Anisa.     

"Lha, memangnya kamu laki-laki, jelas-jelas kamu itu perempuan kok." Jawab Umi tak mau kalah.     

Umi dan Abah Sofyan tertawa kecil melihat anak gadisnya yang cemberut, lalu tak berapa lama dua mobil SUV masuk ke halaman rumah Abah Sofyan yang Nampak asri karena banyak terdapat tanaman dan bunga-bunga disana.     

"Assalamualaikum." Sapa Danil setelah berada di depan Sofyan yang mendekat ke arahnya.     

"Waalaikumsalam warrahmatullah. Ayo silahkan masuk dulu." Ucap Sofyan. Sedangkan Umi sudah menyambut, Jelita, Silvia dan juga Yola.     

"Umi, antar Yola ke kamarnya. Biar dia istirahat." Titah Sofyan pada istrinya.     

"Iya, Abah." Jawab Umi.     

"Ayo sayang, umi antar ke kamar kamu." Umi mengandeng Yola dan dibimbing ke kamar yang telah Ia persiapkan untuk Yola.     

"Terimakasih, Umi. Maaf jadi merepotkan umi."     

"Mana ada orang tua yang direpotkan sama anak." Ucap Umi sambil tersenyum.     

"Yola yang merepotkan, Umi."     

"Tidak ada yang merepotkan dan direpotkan, Yola juga anak Umi sama. Sudah kamu jangan banyak fikiran, sekarang kamu istirahat saja. Sebentar lagi Abdul datang. Nah … Tuh dia suami kamu." Ucap Umi yang melihat Abdul mendekati mereka sambil membawakan barang-barang milik Yola.     

"Umi tinggal dulu ya, umi mau nemenin Bunda sama kakak kamu Silvia."     

"Ya, Terimakasih Umi." Ucap Yola.     

"Mi, baju Abdul kok ga ada di kamar sebelah?" Tanya Abdul saat Uminya mau keluar dari kamar Yola.     

"Itu Umi pibdahin kesini semua."     

"Astaghfirullah, Umi."     

Umi tersenyum, "Ga apa-apa kan sayang, ini juga kamar kamu, siapa tahu kamu berubah pikiran ingin tidur di sini juga." Kata Umi sambil memainkan kedua alisnya, sengaja menggoda sang anak.     

Abdul tersenyum kecut lalu berucap, "Terimakasih Umi, nanti segera aku kasih cucu kalau begitu mah." Balas Abdul pada Umi, yang membuat Umi menggeleng-gelengkan kepala sambil berlalu meninggalkan anak dan menantunya, sementara Yola hanya termangu, melihat cara suami dan ibu mertuanya yang sangat akrab dan tidak kaku, seperti Abahnya.     

"Kasih Umi cucu yang banyak." Ucap Umi lalu benar-benar tak terlihat oleh pandangan mereka berdua.     

Abdul menepuk jidatnya, Umi memang selalu terlihat berwibawa dan berkarisma, tapi itu di depan orang lain tidak di depan anak mereka. Abah dan Umi sama hal nya seperti Danil dan Jelita yang selalu akrab dengan anak-anaknya, bahkan bisa mereka jadikan teman. Walau Abdul agak sungkan dengan Abah karena Abdul sangat menghormati Abahnya namun hubungan mereka sangat baik.     

"Maaf, Ya sayang. Begitulah Umi."     

"Tidak apa-apa. Aku seneng melihat kalian, ternyata Umi tak seseram yang biasa terlihat saat menengok asrama putrid." Ucap Yol.     

"Ya jelas beda, antara Umi kalau lagi di rumah dan di Asrama."     

"Oya, kamu mau kasih aku kejan. Mana kejutannya?"     

Abdul yang sedang merapikan baju Yola di lemari, berbalik menatap Yola, lalu tersenyum kecut.     

"Sebentar sayang."     

Abdul melangkah keluar kamar lalu menyuruh seseorang untuk memanggilkan Anisa, adik perempuan satu-satunya yang lebih sering berada di dalam asrama putrid dari pada di rumahnya sendiri.     

Abdul masuk kembali ke dalam kamar, lalu membantu Yola yang ternyata sedang menyelesaikan memasukkan bajunya ke dalam lemari.     

"Baju kamu semuanya disini." Ucap Yola.     

"Berarti kamu tidur di sini kan?" Lanjut Yola.     

"Tidak, aku hanya akan kesini kalau mau ganti baju aja. Aku tidur di kamar satu laginya saja, atau di kamar pengurus juga bisa." Ucap Abdul pada Yola sambil tersenyum.     

"Kenapa?"     

"Takut Khilaf. Kalau tiap hari ihat pemandangan indah seperti ini, mana sanggup aku nahannya, sayangku." Ucap Abdul sambil membingkai wajah Yola dengan kedua tangannya.\     

Dan saat itulah Anisa masuk, yang lupa mengetuk pintu karena dia pikir hanya ada kakaknya saja di ruangan itu.     

"Aduh! Maaf!" Ucap Anisa sambil menutup kedua matanya dengan telapak tangan.     

Abdul bertolak pingang menatap adik perempuan satu-satunya itu.     

"Kebiasaan, mulai sekarang kamu harus selalu minta ijin kalau mau masuk ke kamar kakak, paham?" Ucap Abdul pada Anisa, yang nyengir karena malu.     

"Paham kak. Maaf ya."     

"Kakak?" Tanya Yola bingung.     

"Ini kejutannya, Anisa itu sebenarnya adik kandungku, tapi dia lebih suka tinggal di asrama putrid dari pada di rumah, karena di alebih fokus hafalan ketika di sana, dari pada di rumah yang tak ada teman, hanya ada umi dan abah." Jelas Abdul panjang lebar.     

"Double hukuman, karena kamu dua kali menyembunyikan kebenaran dariku." Ucap Yola tegas pada Abdul, yang langsung mengaruk tengkuknya.     

"Syukurin lho kak, kan udah aku bilang suruh juju raja, tapi kakak ga percaya." Ucap Yola ikut menyalahkan kakaknya ini.     

"Iya, Iya. Maafkan aku para bidadari ku yang cantik-cantik." Kata Abdul.     

"Kamu juga, Nis. Kenapa kamu diam saja, waktu pertama kali kamu kenal sama aku, kamu ga bilang kalau kamu anak Abah Sofyan."     

"Ga ada yang tahu juga aku ini anak Abah, jika ada yang tahu pun mereka akan diam saja, aku hanya ingin punya banyak teman, tanpa embel-embel keluarga. Lagian kamu juga ga pernah nanya, dan kita ga pernah tahu tentang keluarga kita masing-masing, dan satu lagi kau juga menyembunyikan jika Jhonatan adalah kakak kandungmu dariku." Kilah Anisa.     

Skak Mat untuk Yola.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.