aku, kamu, and sex

Yola dan Abdul 2



Yola dan Abdul 2

0"Maaf, aku akan selalu mengingatmu, agar aku bisa kembali padamu." Ucap Yola pada Abdul.      1

"Jika kau kehilangan arah, maka cukup dengar suaraku yang muncul dari dalam hatimu, maka aku akan datang menjemputmu pulang." Ucap Abdul.     

"Hm."     

"Sekarang kamu tidur ya." Abdul merapikan bantal Yola, namun saat Yola hendak berbaring, tangannya menarik kerah baju Abdul.     

"Tidurlah disini, bersama ku."     

Abdul mengangguk, lalu berputar ke sisi yang lain, lalu berbaring miring sambil memeluk Yola.     

"Terimakasih, kau tidak pernah meninggalkan aku."     

"Itu tak kan pernah terjadi selama aku masih hidup, sayangku."     

Wajah mereka bersemu merah saat Abdul memanggilnya dengan sebutan 'sayang.'     

"Aku mencintaimu, Yola. Sungguh, aku ingin bercerita satu hal padamu, apa kamu mau mendengarnya?"     

"tentu saja akan aku dengar, ceritalah."     

"Sebenarnya sebelum aku bertemu denganmu di pesantren, aku sudah pernah bertemu denganmu sebelumnya."     

"Kapan, dimana?" Tanya Yola sambil menatap mata Abdul yang jernih bagaikan telaga yang meneduhkan.     

"Akan kah kau percaya jika aku bilang bahwa aku bertemu denganmu, didalam mimpi?"     

Yola tertegun, bagaimana mungkin mereka memiliki mimpi yang sama? Apa ini yang disebut dengan takdir?     

"Aku percaya?"     

"Kenapa?"     

"Karena aku juga bertemu denganmu didalam mimpi, sebelum aku masuk pesantren."     

Kini berganti Abdul yang menatap Yola, "Benarkah?"     

"Hm, dalam mimpiku kamu melambaikan tangan padaku, itu mimpi pertama, lalu kedua, kau menolongku saat aku terperodok ke dalam lubang, mimpi yang ketiga kita duduk bersama di sebuah bangunan yang tak tahu dimana itu berada." Cerita Yola.     

"Yang keempat dalam mimpi itu aku memebrikanmu bunga mawar putih, yang kelima kita bergandengan tangan lalu tiba-tiba kita terjatuh tapi masih tetap bergandengan tangan." Kata abdul melanjutkan cerita Yola, yang ternyata mimpi mereka juga sama.     

"Bagaimana kau tahu?" Tanya Yola.     

"Karena aku juga memimpika hal itu."     

"Apa?"     

"Ya, kita berdua mempunyai mimpi yang sama."     

"Apa itu artinya kita berdua memang berjodoh?"     

"Amiin, sampai maut memisahkan kita, dan mempertemukan kita lagi."     

"Amiin."     

"Tidurlah, sayangku, aku akan ada di sini, untukmu."     

"Hm."     

Yola memejamkan matanya sambil rebah miring menghadap pada Abdul.     

'Ya Allah sembuhkan istri hamba ya Allah, berikan waktu untuk kami bersama dalam mengarungi kehidupan rumah tangga yang kau ridhoi.' Doa Abdul di dalam hati lalu mengecup kening Yola dan membetulkan selimutnya, lalu Ia ikut tertidur sambil memeluk tubuh Yola.     

Sementara di negara C, Silvia sedang berkemas karena akan datang menjenguk Yola yang sedang sakit dan akan menjalani operasi.     

Ramond dengan langkah cepat menyusuri tangga rumah mereka, Ia baru saja pulang dari kantor, dan ingij secepatnya sampai rumah dan membantu Silvia berkemas.     

"Assalamualaikum." Sapa Ramond, membuat Silvia menoleh lalu membalas salam dari Ramond.     

"Waalaikumsalam, kakak sudah pulang?" Ucap Silvia seraya mencium tangan Ramond, lalu Ramond mencium kening Silvia dengan sayang.     

"Aku merindukanmu."Kata Ramond dengan mengerlingkan satu matanya.     

"Gombal."     

"Wajib hukumnya mengombali istri."     

"Istri jangan digombalin, tapi beneran disayang."     

"Iya deh iya. Sudah selesai berkemas?" Tanya Ramond sambil menatap lekat wajah Istri kecilnya itu.     

"Hampir selesai, tinggal beberapa saja yang belum dimasukkan, kakak lapar? Biar aku siapkan makanan."     

Ronald terdiam namun matanya menatap Silvia tanpa berkedip, "Laper sih, tapi aku tak ingin makan apapun selain makan kamu." Ucap Ramond yang langsung mengendong Silvia membuat Silvia terjingkat kaget dan mengalungkan tangannya ke leher Ramond.     

"Kakak bikin aku kaget." Gerutu Silvia.     

Ramond hanya tersenyum, lalu membaringkan Silvia di atas ranjang.     

"Masih sakit?" Tanya Ramond sambil menatap area bawah Silvia.     

"Sedikit, habisnya kakak ga mau berhenti sih semalaman."     

Ramond terkekeh, "Salahkan dirimu kenapa selalu menggodaku."     

"Siapa yang menggoda kakak?"     

"Mana ada suami yang tahan melihat tubuh istrinya semolek ini?" Kata Ramond sambil menyusuri tubuh Silvia dengan telunjuknya.     

"Nyatanya sudah beberapa bulan kita menikah, kakak tahan ga ngapa-ngapain sama aku." Protes Yola.     

"Itu karena aku belum melihat tubuh istriku yang molek, dan belum merasakan betapa manisnya bibir ini." Ucap Ramond sambil menyentuh bibir Silvia, membuat Silvia memejamkan matanya, seiring dengan degup jantungnya yang semakin tak beraturan.     

"Kau benar-benar membuatku candu dengan ciumanmu, Silvia. Aku ingin merasakan lagi dan lagi bibir merah ini." Ucap Ramond dari dalam hatinya.     

Silvia tersenyum, lalu menarik kepala Ramond dan menciumnya dalam. Keduanya lalu kembali mengulang percintaan yang penuh gairah seperti semalam. Saling membelai, mencium dan melumat lalu saling memuaskan satu sama lain.     

"Kau benar-benar membuatku tak mampu berpaling darimu, Silvia." Kata Ramodn.     

"Kau tahu ini ide siapa?"     

"Maksudmu, kau?"     

"Ya, ini ide papa Matt dan Mama, menurut mereka sex akan membuat kita lebih bisa melihat pasangan kita masing-masing sehingga bisa menimbulkan rasa sayang diantara keduanya." Kata Silvia dengan menatap Ramond yang juga sedang menatapnya.     

"Dan itu berhasil, kita jadi lebih dekat dan lebih saling menyayangi satu sama lain." Ucap Ramond.     

"Ya, itu benar. Aku sungguh bersyukur tentang itu kak."     

"Akupun sama, bagaimana jika kau hamil aku selalu mengeluarkan didalam."     

"Tak masalah, aku juga suka punya anak, rumah kita akan ramai, dan keinginan ayah serta nenek akan terwujud, mereka ingin kita mempunyai anak yang banyak, agar rumah ini menjadi ramai."     

"Baiklah, kita akan mempunyai anak yang banyak, kau siap?"     

"Tentu saja." Ucap Silvia lalu kembali mencium bibir Ramond.     

"Kau sudah tak malu lagi denganku sekarang rupanya?" Ujar Ramond setelah melepaskan pagutan mereka.     

"Tidak, malah sekarang mungkin jadi malu-maluin." Jawab Silvia sambil tersenyum.     

Ramond tertawa, "Tapi aku menyukainya, apa lagi jika kamu sedang mendesah dan menyebutkan namaku, membuat aku semakin bergairah."     

Silvia terkekeh, "Benarkah, bagaimana kalau seperti ini?" Ucap Silvia lalu merangkak ke atas tubuh Ramond lalu menuruninya perlahan.     

Ramond mendesah, saat tiba-tiba benda pusakanya terkurung dalam lumatan hangat mulut istrinya.     

"Auggghhh… Sayang."     

"Ehm…ehm.." Silvia menikmati kulumannya, seperti sedang melumat lollipop kesukaannya.     

"Ini enak sekali." Ucap Silvia lalu mencium pucuk kepala benda panjang yang sedang Ia pegang.     

"Aughh… Silvia, kau benar-benar…."     

"Jangan hentikan aku, sayangku." Silvia tak mau kalah, Ia kembali melumat benda yang tiba-tiba saja menjadi favoritnya. Benda yang menjadi pusat kenikmatan baginya.     

Ramond terus mengeluarkan erangan karena perbuatan Silvia begitu juga Silvia yang juga mengeluarkan desahan dan gumaman karena merasakan kenikmatan yang luar biasa.     

Ramond mendesah panjang ketika cairan putih kembali keluar dari benda panjang berharganya yang membuat Silvia tersenyum senang.     

Ramond terenggah namun Ia sedang mengumpulkan tenagayang lebih besar untuk membalas kelakuan istri mungilnya itu padanya.     

"Sayang, kau benar-benar hebat."     

"Itu hukumanmu, karena tak memberiku waktu istirahat semalam." Ucap Silvia lalu merebahkan kepalanya di dada Ramond.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.